- Chapman’s pygmy chameleons atau bunglon kerdil chapman merupakan bunglon paling langka di dunia berstatus Kritis.
- Pertama kali dideskripsikan peneliti pada 1992 dan ditemukan kembali pada 2016 di tiga lokasi di petak kecil hutan Malawi, Afrika. Kehidupannya terancam dikarenakan habitatnya rusak akibat deforestasi.
- Ukuran tubuh Rhampholeon chapmanorum hanya 2,2 inchi atau 5,5 sentimeter. Satwa ini berada di lantai hutan dengan menyamarkan tubuhnya sebagaimana pola warna daun yang sudah membusuk.
- Genetik bunglon dari tiga lokasi yang ditemukan itu sangat berbeda, yang menunjukkan mereka terisolasi di petak hutan masing-masing. Sehingga, mereka tidak dapat bertemu untuk melakukan perkawinan dan berkembang biak.
Inilah bunglon paling langka di dunia berstatus Kritis [Critically Endangered]. Pertama kali dideskripsikan peneliti pada 1992. Kehidupannya terancam dikarenakan habitatnya rusak akibat deforestasi.
Chapman’s pygmy chameleons atau bunglon kerdil chapman, ditemukan kembali oleh para peneliti tahun 2016, di petak kecil hutan Malawi, Afrika. Tim riset ini terdiri dari ilmuwan dari South African National Biodiversity Institute [SANBI] dan Museums of Malawi.
Hasil studi ini sudah dipublikasikan di Jurnal Oryx, jurnal konservasi internasional, dengan penulis utama Professor Krystal Tolley dari South African National Biodiversity Institute dan University of the Witwatersrand. Tulisan berjudul “Clinging to survival: Critically Endangered Chapman’s pygmy chameleon [Rhampholeon chapmanorum] persists in shrinking forest patches” ini, terbit edisi 3 Agustus 2021.
Ukuran tubuh Rhampholeon chapmanorum hanya 2,2 inchi atau 5,5 sentimeter. Satwa ini berada di lantai hutan dengan menyamarkan tubuhnya sebagaimana pola warna daun yang sudah membusuk.
Baca: Satu Abad Menghilang, Bunglon Warna-warni Ini Ditemukan Kembali

Ketika ditemukan di hutan, wilayah perbukitan di Malawi, pada 1992 lalu, bunglon ini dilepaskan kembali ke hutan sejauh 95 kilometer, dekat kawasan Mikundi, juga di Malawi. Tujuannya, untuk menyelamatkan kehidupan satwa ini sekaligus meningkatkan peluang bertambahnya populasi.
Bunglon kerdil ini ditemukan di tiga lokasi survei.
“Lokasi pertama yang kami temukan berada di tepi hutan, yang kebanyakan ada tanaman jagung dan singkong. Selanjutnya, kami masuk ke hutan dan menemukan beberapa individu lagi, meski kami tidak bisa memastikan hingga sampai kapan mereka bertahan di habitatnya,” ungkap Krystal Tolley, dikutip dari EurekAlert!
Baca: Bunglon yang Ditemukan di Madagaskar Ini, Bisa Jadi Reptil Terkecil di Dunia

Terisolasi
Tim riset membandingkan kondisi hutan saat ini dengan tahun 1980-an menggunakan citra satelit. Diperkirakan, hutan telah berkurang hingga 80 persen, sehingga tim mengidentifikasi keberadaan bunglon di target lokasinya dengan menjelajah hutan pada malam hari.
Tim menemukan sebanyak 17 bunglon dewasa di dua petak hutan yang berada di perbukitan Malawi, serta 21 bunglon dewasa dan 11 bunglon remaja di satu petak hutan wilayah Mikundi. Diperkirakan, masih ada individu bunglon lagi di petak hutan lain yang belum disurvei oleh tim.
Baca: Rahasia Kumbang Besi yang Tidak Terluka Meski Disakiti

Para peneliti mengambil sampel dari jaringan ekor bunglon tersebut untuk dilakukan analisis DNA. Hasilnya menunjukkan, genetik bunglon di tiga lokasi yang ditemukan itu sangat berbeda, yang menunjukkan bahwa mereka terisolasi di petak hutan masing-masing. Sehingga, tidak dapat bertemu untuk melakukan perkawinan dan berkembang biak, alih-alih menambah keragaman genetik.
“Kondisi hutan yang rusak harus mendapat perhatian serius, sebelum spesies ini benar-benar mencapai titik yang tidak bisa diselamatkan. Tindakan konservasi harus dilakukan cepat dengan menghentikan perusakan hutan dan memulihkan serta menyambungkan habitat bunglon ini,” terang Tolley, dilansir dari LiveScience.
Baca: Mengapa Beberapa Jenis Burung Memiliki Kecerdasan Luar Biasa?

Tolley menambahkan, bunglon kerdil chapman merupakan makhluk kecil cantik yang lembut. Sangat berbeda sekali dengan jenis bunglon lain yang biasanya mendesis dan menggigit.
“Bunglon chapman tidak memiliki ekor seperti kebanyakan bunglon. Bisa jadi, dikarenakan hidupnya lebih banyak berjalan di lantai hutan, di serasah daun yang sudah gugur, serta merangkat di semak-semak rendah pada malam hari untuk tidur, ketimbang beraktivitas di pohon.”
Jenis ini berwarna cokelat, namun dapat berubah menjadi biru dan hijau yang begitu indah dengan sejumlah titik di tubuh. Bisa jadi, ini sebagai bentuk komunikasi sesama mereka. Chapman juga bergetar ketika ditangkap, sebagai pola perlindungan diri sekaligus cara menakuti pemangsa.
“Saya begitu sedih dengan kondisi mereka. Bunglon kerdil chapman sungguh tidak berdaya, menjadi korban akibat rusaknya lingkungan,” jelasnya.