- Desa Dunu, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara, merupakan kampung pesisir yang menjadi habitat penyu untuk bertelur.
- Untuk menyelamatkan penyu dari ancaman perburuan, dilakukan adopsi tukik atau anak penyu di Gorontalo yang dicanangkan pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
- Sebanyak 74 tukik yang telah diadopsi dilepasliarkan di pesisir Desa Dunu.
- Penyu mempunyai peran penting menjaga ekosistem laut yang sehat. Laut yang sehat akan menjadi habitat berjuta ikan sebagai sumber protein penting bagi manusia.
Minggu pagi, 5 Juni 2022, puluhan orang berkumpul di pantai perkampungan Desa Dunu, Kecamatan Monano, Kabupaten Gorontalo Utara, Gorontalo. Mereka bersiap melepaskan sebanyak 74 tukik ke laut yang berhadapan dengan Samudera Pasifik.
Anak-anak penyu itu, telah diadopsi sebelum dilepasliarkan.
“Ini kegiatan yang pertama kali dilakukan di Gorontalo, mengambil momen Hari Lingkungan Hidup Sedunia,” kata Gusnar Lubis Ismail, ketua panitia kegiatan.
Untuk menyelamatkan penyu dari ancaman perburuan di Desa Dunu, Japesda bersama kelompok konservasi membuka donasi publik melalui adopsi tukik penyu. Caranya sederhana, cukup membayar satu ekor tukik seharga 10 ribu Rupiah sebagai biaya adopsi: operasional dan biaya pakan.
“Desa Dunu tempatnya penyu bertelur dan ada kelompok konservasi yang mengawasi,” ujarnya.
Baca: Melepas Tukik, Menjaga Masa Depan Ekosistem Bumi
Sabrun Ogu, Ketua Kelompok Konservasi Sinar Penyu bercerita, pada 1980-an banyak penyu bertelur di depan kampung mereka dan di saat itu pula perburuan telur dan daging marak. Bahkan, dirinya termasuk yang ikut berburu. Selain dikonsumsi, telur dan daging penyu juga dijual. Namun, sejak ada aturan penyu dilindungi, warga pelan-pelan meninggalkan kebiasaan tersebut.
“Kami akhirnya mencoba bikin penangkaran sederhana, demi menyelamatkan telur-telur penyu,” ungkapnya.
Pada 2015, Sabrun Ogu dan beberapa warga membentuk kelompok konservasi bernama Sinar Penyu. Kelompok ini sempat dibantu Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Gorontalo, namun penganggarannya terhenti di 2019. Meski begitu, upaya konservasi penyu tidak terhenti.
Mereka bersama masyarakat desa tetap merawat dan menjaga habitat penyu di pesisir Desa Dunu.
“Pernah di 2018, masyarakat menemukan nelayan dari luar kabupaten yang datang untuk menangkap penyu. Mereka melaporkannya pada kami. Nelayan tersebut kami bawa ke kantor desa untuk disidang, lalu kami laporkan ke polisi,” ujar Sabrun.
Baca: Jejak Pelindung Tukik dari Pantai Sindangkerta
Letak pesisir Desa Dunu tidak jauh dari kawasan Cagar Alam Pulau Mas, Popaya, dan Raja. Di wilayah ini terdapat empat dari tujuh jenis penyu yang ada di dunia. Jenis itu adalah penyu sisik [Eretmochelys imbricate], penyu belimbing [Dermochelys cariacea], penyu tempayan [Caretta caretta], dan penyu hijau [Chelonia mydas]. Namun, saat ini masyarakat di Desa Dunu hanya bisa menemukan dua jenis saja, yakni penyu sisik dan penyu hijau. Hal yang menunjukkan penyu semakin terancam di habitatnya.
Kelompok konservasi Sinar Penyu sering melakukan patroli pengamanan. Bila musim bertelur antara Maret hingga Agustus, mereka berpatroli 3-4 kali dalam seminggu, baik di pulau-pulau sekitar atau di pantai dekat perkampungan.
Kelompok konservasi ini pada Maret-Agustus 2016 berhasil menangkar 450 telur dan menetaskan 431 tukik. Tahun 2017, dari 300 telur, yang menetas sebanyak 250 tukik. Tahun 2018, dari 180 telur, yang menetas 175 tukik. Tahun 2019, dari 50 telur yang menetas 40 tukik. Lalu pada 2022, sebanyak 90 tukik dihasilkan dari proses penangkaran sebanyak 190 telur. Keseluruhan, terdapat 1.265 telur yang menghasilkan sebanyak 986 tukik.
Baca juga: Komitmen Konservasi Penyu di Tengah Pandemi di Cilacap
Optimis
Nur Ain Lapolo, Direktur Japesda mengatakan, berbagai upaya yang telah dilakukan Kelompok Konservasi Sinar Penyu telah memberikan rasa optimis akan keselamatan penyu di habitatnya. Adopsi tukik membuka kesempatan siapa saja untuk menjadi orang tua asuh.
“Pencanangan adopsi merupakan langkah penting kami dalam aksi bersama menuju lingkungan hidup yang sehat dan berkelanjutan,” ujarnya.
Sebuah riset yang dipublikasikan di oceana.org, menjelaskan bahwa penyu mempunyai peran penting menjaga ekosistem laut yang sehat. Laut yang sehat akan menjadi habitat berjuta ikan, yang merupakan sumber protein penting manusia.
Penangkapan ikan komersial, hilangnya habitat, dan perubahan iklim adalah ancaman nyata yang disebabkan manusia, mendorong penyu menuju kepunahan. Seiring menurunnya populasi penyu, menurun pula kemampuan mereka menjaga ekosistem laut.
“Lautan kita tidak sehat, di bawah ancaman signifikan penangkapan ikan berlebihan, polusi, dan perubahan iklim. Sudah saatnya kita melindungi penyu dan membangun kembali populasinya ke tingkat yang sehat, sebagai langkah penting memastikan laut yang sehat dan tangguh untuk masa depan,” tulis laporan tersebut.
Pemerintah Indonesia, melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.106/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2018 tentang Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi menetapkan penyu sisik, penyu hijau, penyu lekang, penyu tempayan dan penyu pipih sebagai jenis dilindungi.