- Nama Ignatius Iking sudah tak asing di telinga masyarakat Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, sebagai petani sekaligus penyuluh pertanian swadaya.
- Mantan Ketua Gapoktan Wa Wua, Desa Langir, Kecamatan Kangae, ini sejatinya petani jagung. Dia sukses mengajak kelompok tani Sint Louis Mery de Monfort, yang anggotanya perempuan, menanam jagung tiga kali setahun.
- Kini, Iking membuat pupuk cair organik berbahan kulit pisang dan daun kelor.
- Sebanyak 6 kg kulit pisang dicampur 6 liter air menghasilkan 5 liter pupuk cair. Ampas fermentasi dijemur kering dan disimpan, lalu dicampur tanah menjadi kompos.
Nama Ignatius Iking sudah tak asing di telinga masyarakat Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Selain sebagai petani, ia juga penyuluh pertanian swadaya.
Mantan Ketua Gapoktan Wa Wua, Desa Langir, Kecamatan Kangae, ini sejatinya petani jagung. Dia sukses mengajak kelompok tani Sint Louis Mery de Monfort, yang anggotanya perempuan, menanam jagung tiga kali setahun.
Prestasi ini membuat Iking dinobatkan sebagai pelaku pembangunan ketahanan pangan. Atas prakarsa dan prestasinya mendukung ketahanan pangan tingkat nasional, dia bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2012.
“Sudah empat hari saya lakukan fermentasi kulit pisang guna dijadikan pupuk cair organik,” terangnya kepada Mongabay Indonesia, pertengahan Januari 2023.
Untuk kulit pisang 1 kg dibutuhkan air 1 liter, sementara daun kelor 1 kg airnya sebanyak 16 liter. Dia juga menggunakan EM-4 sebagai mikroorganisme, dengan molase sebagai sumber energi yang mempercepat proses fermentasi.
Butuh 3-4 hari mengubah kulit pisang sebagai pupuk cari, sementara daun kelor butuh dua minggu.
“Sebanyak 6 kg kulit pisang dicampur 6 liter air menghasilkan 5 liter pupuk cair. Ampas fermentasi dijemur kering dan disimpan, lalu dicampur tanah menjadi kompos,” ujarnya.
Baca: Resahnya Petani Jagung di Sikka dengan Ulat Grayak

Atasi kelangkaan pupuk
Kelangkaan pupuk kimia sering dialami petani di Kabupaten Sikka, termasuk petani jagung yang terdaftar di kelompok tani maupun tidak. Kondisi tersebut, secara tidak langsung memaksa Iking membuat pupuk organik cair, sejak Agustus 2022.
Pupuk cair organik ini diuji coba di lahan jagungnya. Setelah berhasil, dia mengajarkan kepada empat kelompok tani.
Di lahan jagung satu hektar miliknya, bila menggunakan pupuk kulit pisang menghasilkan 4 ton jagung ubinan. Bila menggunakan pupuk daun kelor menghasilkan 6 ton jagung ubinan kering.
“Daun kelor ada campuran gula, beras dan EM 4. Saya berencana minta akademisi untuk melakukan kajian,” tuturnya.
Iking menggunakan botol plastik bekas air mineral untuk menyimpan pupuk-pupuk cair organik produksinya. Botol-botol ini dipilih di jalan atau dibeli dari pemulung.
Baca: Inilah Momala, Jagung Lokal Berwarna Ungu dari Gorontalo

Untuk semua tanaman
Untuk tanaman jagung, seminggu sekali diberikan pupuk cair dengan cara menyiramkan ke tanah, bagian akar tanaman. Butuh 6 kali pemupukan hingga jagung berbunga lalu berhenti.
Penyuluh Pertanian Swadaya Berprestasi tingkat Nasional tahun 2015 ini menerangkan, sudah ada yang memberikan testimoni terkait pupuk cairnya. Ada dari petani buah naga yang ukurannya lebih besar dan ketimun yang lebih cepat berbunga dan buahnya besar.
“Pupuk cair ini bisa digunakan untuk semua tanaman umur pendek maupun panjang dengan takaran sama. Untuk lahan jagung seperempat hektar butuh 16 liter pupuk cair hingga berbunga,” ujarnya.
Iking menjual produknya kepada petani seharga Rp20 ribu per liter.
“Masa kadaluarsa tergantung penyimpanan. Bila aroma khasnya masih ada berarti masih layak, sampai dua tahun,” terangnya.
Baca juga: Rahasia Jagung Manis, Rasa Manisnya Berkurang Jika Terlalu Lama Disimpan

Maria Nona Kesna, Kepala Desa Paubekor, Kecamatan Koting, mengaku membeli enam botol pupuk cair organik tersebut dan dipergunakan untuk lahan jagungnya seluas satu hektar. Setelah dipupuk seminggu dua kali, jagungnya tampak lebih subur.
“Bila panen saya undang Pak Iking untuk sosialisasi ke petani di desa saya,” ungkapnya.
