- Erupsi Gunung Lewotobi Laki-Laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur menyebabkan ribuan orang mengungsi. Pasca-erupsi besar 1 Januari, jumlah pengungsi hingga 10 Januari mencapai 464 jiwa.
- Meningkatnya aktivitas Gunung Lewotobi, membuat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi [PVMBG] menaikan statusnya dari Level III Waspada ke Level IV Awas.
- Warga diminta tidak melakukan aktivitas pada radius 4 kilometer dari pusat erupsi dan sektoral 5 kilometer ke arah barat laut dan utara.
- Apabila terjadi erupsi dan hujan abu, masyarakat diimbau tetap di rumah dan apabila di luar disarankan menggunakan pelindung hidung, mulut dan mata.
Suara gemuruh membangunkan warga Desa Boru, Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, Rabu [10/1/2024]. Gunung Lewotobi Laki-Laki, kembali erupsi.
Freni Liwu, warga Boru, menuturkan suara gemuruh terdengar sekitar pukul 01.00 dan 03.00 WITA. Sore hari, banjir lahar dingin mengalir melewati kali mati di Desa Nurabelen, Kecamatan Ilebura dan Desa Nawakote, Kecamatan Wulanggitang.
“Banyak warga menyelamatkan diri ke Kabupaten Sikka.”
Saat Mongabay Indonesia berada di Desa Boru, sekitar 9 km dari Gunung Lewotobi, suara gemuruh terus terdengar, dari pagi hingga menjelang malam.
“Warga Desa Nobo dan Nurabelen sudah mengungsi ke halaman kantor Desa Riangrita. Sementara, warga di desa kami belum banyak bergerak karena minim informasi apa yang harus dilakukan,” ujar Damianus Rofin Sere Muda, warga Desa Lewotobi, Kecamatan Ilebura, Kamis.
Baca: Gunung Lewotobi Laki-laki Erupsi, Level Waspada Ditetapkan
Level Awas
Meningkatnya aktivitas Gunung Lewotobi sejak Selasa, pukul 23.00 WITA, membuat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi [PVMBG] menaikan statusnya dari Level III Waspada ke Level IV Awas.
Kepala Pos Pemantau Gunung Api [PGA] Lewotobi, Herman Yosef Mboro menjelaskan, secara visual terlihat sinar api di kawah utama dan lontaran lava pijar ke utara sejauh 50 meter dari kawah utama.
Warga diminta tidak melakukan aktivitas pada radius 4 kilometer dari pusat erupsi dan sektoral 5 kilometer ke arah barat laut dan utara.
“Warga Desa Dulipali, Kecamatan Wulanggitang, segera diungsikan karena dalam radius tersebut. Apabila terjadi erupsi dan hujan abu, masyarakat diimbau tetap di rumah dan apabila di luar disarankan menggunakan pelindung hidung, mulut dan mata,” sarannya.
Baca: Erupsi Gunung Api Ile Lewotolok di Lembata. Bagaimana Mitigasi dan Dampaknya?
Ribuan warga mengungsi
Posko penanganan erupsi melaporkan, hingga Rabu pukul 18.00 WITA, jumlah pengungsi sebanyak 5.464 jiwa. Rinciannya, 2.659 pengungsi laki-laki dan 2.805 perempuan.
Kepala BPBD Kabupaten Sikka, Kensius Didimus mengatakan, pasca-erupsi besar 1 Januari, pihaknya berkoordinasi dengan Pemda Flores Timur.
Hingga Kamis, total data penyintas di Kecamatan Talibura sebanyak 119 KK, terdiri 489 jiwa.
“Kami telah memberikan bantuan tenda, perlengkapan, serta sembako.”
Terkait kebutuhan air, Polda NTT mengirimkan 2 unit mobil watergen dan water treatment.
Teknisi water treatment, Edi M Nasir menjelaskan, alat ini bisa mengolah air menjadi panas, dingin, dan netral.
Air tawar dari danau, sungai, setu, pegunungan serta air payau dan air laut, bisa diolah menjadi air minum layak konsumsi. Kapasitas air minum yang dihasilkan bisa 4-8 ribu liter per jam bila menggunakan air tawar. Untuk air payau sekitar 2.500 liter per jam, sementara air asin atau air laut 700-900 liter per jam.
“Bila standby sekitar 10 menit bisa produksi air. Awal pengoperasian butuh 1 sampai 1,5 jam untuk bisa mendapatkan air bersih,” terangnya.
Wakil Batalyon B Pelopor Brimob Polda NTT, AKP Agustinus Silvester, mengatakan, mobil watergen menjadi solusi air minum pengungsi Lewotobi. Bisa memproduksi ratusan liter air minum layak konsumsi.
“Inovasi ini membuktikan, teknologi menjadi sahabat yang dapat mengubah keadaan sulit menjadi lebih baik. Memberikan sentuhan harapan bagi mereka yang membutuhkan,” ucapnya.
Mitigasi bencana
Freni berharap, ada kegiatan mitigasi bencana agar warga paham apa yang harus dilakukan.
“Saat letusan besar terjadi, warga panik dan banyak yang pergi menggunakan sepeda motor dan mobil ke arah Sikka. Terlebih, kejadiannya tengah malam,” ungkapnya.
Mitigasi bencana telah diatur pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana serta Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Menurut aturan tersebut, mitigasi merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.
Tujuannya, mengurangi risiko dan dampak yang diakibatkan bencana terhadap masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana.
Gunung Api Purba Ditemukan di Bawah Laut, Tertutup Ribuan Telur Raksasa