- Ikan dingkis menjadi simbol keberuntungan bagi masyarakat etnis Tionghoa di Batam dan Singapura sehingga menjadi sajian menu utama perayaan I
- Momen tahun baru imlek setiap tahunnya menjadi ‘emas’ berkah bagi nelayan di Pesisir Kota Batam untuk menangkap dan menjual ikan dingkis
- Harga ikan dingkis naik hingga 10 kali lipat dari biasanya saat Imlek. Musim ikan dingkis mendatangkan berkah bagi nelayan di Batam, dengan hasil penjualan mencapai puluhan bahkan ratusan juta rupiah.
- Tingginya permintaan ikan dingkis membuat nelayan di Batam bisa naik haji atau umrah.
Ada suasana berbeda di rumah-rumah panggung nelayan di pesisir Pulau Nguan, Kelurahan Galang Baru, Kecamatan Galang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, Senin (05/02/2024). Para nelayan Pulau Nguan mengaku senang, pasalnya sebentar lagi akan memasuki musim ikan dingkis (Siganus canaliculatus).
Kegembiraan itu terlihat saat mereka merajut alat tangkap ikan dingkis berbentuk kawat putih persegi panjang. “Ini namanya alat tangkap kelong,” kata Hidayat, seorang nelayan Pulau Nguan yang sedang merajut perangkap kelong di teras rumahnya.
Alat tangkap kelong akan dipasang oleh nelayan di pesisir laut Pulau Nguan beberapa hari menjelang puncak perayaan tahun baru Imlek, Sabtu (10/02/2024). Momen ini sangat ditunggu nelayan karena harga ikan dingkis bakal melambung hingga 10 kali lipat saat Imlek.
Anas salah seorang pengepul ikan di Pulau Nguan mengatakan, biasanya ikan dingkis dibandrol seharga Rp40.000/kg. “Puncaknya tepat pada tanggal 14 Februari 2024 ini, harga paling mahal bisa sampai Rp400.000, sekarang masih Rp100.000,” katanya kepada Mongabay Indonesia, Rabu (06/02/2024).
Kenaikan harga dingkis itu disebabkan karena banyaknya permintaan. Ikan dingkis menjadi santapan utama di rumah-rumah masyarakat Tionghoa di Kota Batam. Bahkan juga di Singapura.
baca : Ada Mitos Sirip Hiu dalam Perayaan Imlek, Seperti Apa Itu?

Musim Dingkis di Tengah Sulitnya Hasil Melaut
Hasil penjualan ikan dingkis nelayan di Batam bisa mencapai puluhan bahkan ratusan juta. Bahkan ada nelayan yang bisa naik haji atau umrah dari hanya menangkap ikan dingkis.
Tidak hanya di Pulau Nguan Galang Baru, panen dingkis juga dilakukan oleh nelayan di Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam. Nelayan tidak hanya menggunakan kelong, tetapi juga menangkap ikan dingkis dengan cara menyelam.
Seperti yang dilakukan Yeni, nelayan perempuan di Belakang Padang. Ia bersama suaminya, Toyib, sudah memanen ikan dingkis beberapa hari menjelang perayaan tahun baru Imlek di perairan Belakang Padang.
Hasil tangkapan ikan dingkis tahun 2024, kata Yeni, lebih baik dari tahun sebelumnya. “Tahun lalu (hasil tangkapan ikan dingkis) jatuh, hanya 9 ons saja, sekarang sudah lumayan, ada sekitar 15 kilogram,” katanya sambil menunggu pengepul yang akan mengekspor ikan dingkis ke Singapura.
Yeni mendengar informasi saat ini harga ikan dingkis sudah mencapai Rp300.000/kg. “Semalam ada yang bilang Rp320.000/kg. Ada yang bilang Rp200.000/kg. Eroh (bingung) juga ibu (berapa harga sebenarnya),” katanya dengan logat Melayu.
Momen Imlek ini, memberikan berkah bagi nelayan. Nelayan bisa mendapatkan penghasilan melaut lebih banyak dari hari biasanya. “Apalagi sekarang sembako mahal semua, setidaknya hasil dingkis bisa membeli cabe, bawang, beras, dan lainnya,” katanya.
Biasanya hasil panen dingkis tidak hanya untuk membeli sembako, bahkan bisa untuk membayar kuliah anak perempuan Yeni. “Nelayan sudah susah sekarang, makanya anak saya suruh kuliah, tidak usah jadi nelayan lah,” cetusnya.
baca juga : Mematahkan Mitos Menu Hiu Pembawa Kemakmuran Saat Imlek

Tradisi Panen Ikan Dingkis
Camat Belakang Padang Kota Batam, Yudi Admajianto, mengatakan bahwa musim ikan dingkis di Belakang Padang pada hari perayaan tahun baru Imlek sudah menjadi tradisi. Ikan dingkis dijadikan sajian utama etnis Tionghoa saat puncak Imlek. “Nelayan kita sudah turun temurun mencari ikan dingkis pada masa Imlek,” katanya, Kamis (08/02/2024).
Yudi mengatakan bahwa sentral utama perairan penghasil ikan dingkis di Batam adalah perairan Belakang Padang, tepatnya di Kelurahan Kasu, Kelurahan Pecung, dan Pemping. “Jadi saat musim dingkis hampir semua nelayan memasang kelong,” kataNYA.
Yudi membenarkan bahwa pada musim Imlek, harga ikan dingkis naik drastis. “Selain itu, pada musim Imlek ini juga ikan dingkis berada dalam kondisi bertelur, harganya bisa sampai Rp400.000/kg,” katanya.
Pangsa pasarnya, tidak hanya dijual untuk masyarakat lokal di Batam, tetapi juga diekspor ke Singapura. Permintaan ikan dingkis dari negara Singapura juga cukup tinggi. “Belakang Padang sendiri menjadi pelabuhan tempat pengecekan terakhir ikan dari Batam yang akan diekspor ke Singapura,” katanya.
Pada momen tahun baru Imlek ini, mayoritas ekspor ikan ke Singapura adalah jenis ikan dingkis. “Sekarang rata-rata yang diekspor ikan dingkis, setiap malam 5 ton, semua kapal (ekspor) biasanya sekarang isinya ikan dingkis,” jelasnya.
baca juga : Laut Tercemar Minyak Hitam, Ratusan Nelayan Batam Tak Bisa Melaut

Menurut Yudi, ikan dingkis Belakang Padang memang dinilai unggul dibandingkan ikan di perairan Batam lainnya. “Memang favorit ikan dingkis itu di Belakang Padang, telurnya penuh tidak anyir, orang Singapura katanya bisa membedakan ikan dingkis Belakang Padang atau di luar Belakang Padang,”
Momen Imlek membuat nelayan di Belakang Padang antusias mencari ikan dingkis. Baik dengan cara memasang kelong atau dengan cara menyelam. “Warga kami antusias mencari ikan dingkis, uangnya bisa dijadikan masyarakat sebagai tabungan, bahkan ada yang sampai naik haji dan umrah hasil menangkap ikan dingkis,” katanya.
Dikutip dari kantor berita Antara, ikan dingkis dianggap sebagai simbol keberuntungan dalam momen perayaan Tahun Baru Imlek. Sehingga ikan dingkis menjadi sajian khas saat tahun baru Imlek.
Selain itu, momen tahun baru Imlek bersamaan dengan musim bertelurnya ikan dingkis. Saat bertelur, ikan berukuran selebar telapak tangan orang dewasa ini juga memiliki daging yang tebal.
Masyarakat Tionghoa menyajikan ikan dingkis tepat di hari tahun baru Imlek. Ada yang ikannya dikukus, digoreng, kuah kuning, hingga asam pedas.
Masyarakat nelayan pesisir di Batam menyebutkan ikan dingkis menjelang Imlek dengan istilah “dingkis datang”. Saat berakhirnya Imlek disebut “dingkis balek”. (***)