- Tiga nyawa melayang dalam banjir lahar hujan Gunung Semeru disertai tanah longsor di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis malam, 18 April 2024
- Sebanyak 700 jiwa dievakuasi di tenda pengungsian yang aman. Sejumlah lansia, anak-anak dan warga yang sakit dievakuasi dan menjalani perawatan di fasilitas kesehatan.
- Bupati Lumajang menetapkan status tanggap darurat bencana hidrometeorologi selama 14 hari terhitung sejak 19 April 2024 sampai 2 Mei 2024.
- Ahli kebencanan menyarankan agar stakeholder harus melakukan tindakan mitigasi, kesiapsiagaan, penanganan darurat, pemulihan dan rehabilitasi yang dilakukan secara utuh sesuai mandat, termasuk melakukan peringatan dini.
Hujan deras selama tiga hari menyebabkan banjir lahar hujan Gunung Semeru dan tanah longsor di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, pada Kamis (18/04/2023) malam. Tiga nyawa melayang karena terseret banjir dan tertimpun tanah longsor. Korban pasangan suami istri Bambang (50 tahun) dan Ngatini (47 tahun), warga Desa Kloposawit, Kecamatan Candipuro, meninggal terseret banjir. Sedangkan Ngatmini (50 tahun), warga Desa Sumberurip, Kecamatan Pronojiwo tertimbun tanah longsor.
Korban pasangan suami istri Bambang dan Ngatini terseret banjir lahar hujan Gunung Semeru saat melintasi Jembatan Kali Mujur, Desa Kloposawit, Kecamatan Candipuro dengan mengendarai sepeda motor. Saat melintas jembatan ambrol, sepeda motor terjatuh dan korban terseret arus sungai.
Jasad kedua korban ditemukan terpisah sejauh 10 meter dari penemuan sepeda motor. Warga bersama personil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang dan anggota Kepolisian Resor Lumajang mengevakuasi korban. “Jenazah tertimbun material vulkanik,” kata Kepala Kepolisian Resor Lumajang, Ajun Komisaris Mohammad Zainur Rofik dalam siaran tertulisnya.
Sedangkan Ngatmini meninggal tertimbun tanah longsor, suaminya Fatur Rohim berhasil menyelamatkan diri. Ngatmini tertimbun longsor saat tidur di kamar, hujan deras menyebabkan tanah tebing di belakang rumah longsor menimbun rumah korban.
Baca : Erupsi Semeru: Waspadai Lava, Lahar dan Awan Panas
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Patria Dwi Hastiadi menuturkan sebanyak 700 jiwa sempat dievakuasi di tenda pengungsian yang aman. Sejumlah lansia, anak-anak dan warga yang sakit dievakuasi dan menjalani perawatan di fasilitas kesehatan. “Sekarang sudah kembali ke rumah dan membersihkan sisa banjir. Didirikan dapur umum untuk melayani 2.000 orang,“ katanya saat dihubungi Mongabay Indonesia.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari dalam siaran persnya menyampaikan banjir di Kabupaten Lumajang melanda sebanyak tujuh desa dan tiga kelurahan tersebar di lima kecamatan. Meliputi Kecamatan Pronojiwo, Candipuro, Pasirian, Lumajang dan Sukodono.
Banjir menyebabkan empat rumah rusak, satu unit sepeda motor, dan 24 dam irigasi. Selain itu delapan jembatan putus akibat luapan lahar dingin di daerah aliran sungai (DAS) Regoyo, DAS Mujur dan DAS Glidik. Akses jalan Lumajang-Malang lewat Piket Nol tertutup tanah longsor.
BNPB mengimbau kepada Pemerintah Kabupaten Lumajang mengambil langkah mitigasi melihat potensi curah hujan secara berkala. “Serta memberikan informasi secara rutin kepada masyarakat yang berada di sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Regoyo untuk meminimalisir dampak banjir lahar dingin,” tulis Abdul Muhari.
Baca juga : Menyelamatkan Sisa Kehancuran Terjangan Erupsi Gunung Semeru
Tanggap Darurat Bencana
Penjabat Bupati Lumajang Indah Wahyuni mengeluarkan surat Keputusan tentang Status Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi selama 14 hari, terhitung sejak 19 April 2024 sampai 2 Mei 2024. Sekretaris Daerah Kabupaten Lumajang, Agus Triyono memimpin rapat koordinasi penanggulangan bencana lintas sektor.
“Status siaga darurat bencana hidrometeorologi naik menjadi tanggap darurat bencana hidrometeorologi,” kata Wahyuni dalam pernyataan tertulisnya. Status tanggap darurat bencana bertujuan agar penanganan bencana bisa dilakukan secara efektif, cepat, tepat, dan terpadu.
Pos Pemantauan Gunung Api (PGA) Gunung Semeru di Gunung Sawur Lumajang melaporkan terjadi dua kali erupsi di Gunung Semeru pada Jumat (19/04/2024). Dengan kolom letusan teramati setinggi 500 meter dari puncak kawah. Selain itu, terjadi 18 kali kegempaan dalam 12 jam, dengan amplitudo 12-22 milimeter. Pada pukul 06.24, Sabtu (20/04/2024) kembali terjadi erupsi. “Saat laporan dibuat, erupsi masih berlangsung,” kata Kepala PGA Gunung Semeru, Liswanto dalam keterangan tertulisnya.
Gunung Semeru berstatus siaga. Liswanto merekomendasikan agar masyarakat tidak beraktivitas di sektor tenggara sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 13 kilometer dari puncak. Masyarakat juga tidak beraktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan. Lantaran berpotensi perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 kilometer dari puncak.
Selain itu, aktivitas dalam radius lima kilometer dari kawah atau puncak Gunung Api Semeru dilarang karena rawan lontaran batu pijar. Selain itu, juga mewaspadai potensi awan panas, guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai. Terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Serta potensi lahar hujan pada sejumlah sungai, anak sungai Besuk Kobokan.
Waspada Cuaca Ekstrem
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas 1 Juanda Sidoarjo memprediksi terjadi cuaca ekstrem di Jawa Timur pada 16-21 April 2024. Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Juanda, Taufiq Hermawam dalam keterangan tertulis, Selasa (16/04/2024) menjelaskan cuaca ekstrem mengakibatkan bencana hidrometeorologi. Meliputi hujan hebat, banjir, tanah longsor, angin kencang, puting beliung dan hujan es.
“Cuaca ekstrem berpotensi terjadi di 38 kabupaten/kota di Jawa Timur, termasuk Kabupaten Lumajang,” tulis Taufiq. Daerah di Jawa Timur masih dalam masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Suhu muka air laut di perairan Jawa Tmur masih hangat sehingga mengakibatkan peningkatan pasokkan uap air ke atmosfir. Analisis data menunjukkan atmosfir dalam kondisi labil dan lembab, mulai lapisan bawah hingga atas.
Selain itu, terdapat gangguan gelombang atmosfir ekuatorial Rossby sehingga mendukung terbentuknya awan konvektif. Untuk itu, Taufiq menghimbau masyarakat dan Pemerintah kabupaten/kota di Jawa Timur agar senantiasa waspada terhadap peningkatan potensi cuaca ekstrem. Berupa hujan lebat disertai petir dan angin kencang selama sepekan kedepan
“Waspada dan segera antisipasi dampak cuaca ekstrem seperti banjir, tanah longsor dan pohon tumbang,” tambah Taufiq.
Baca juga : Rehabilitasi Hutan Diperlukan Pasca Letusan Gunung Semeru
Mitigasi dan Kesiapsiagaan Bencana
Direktur Pusat Penelitian Penanggulangan Bencana Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Eko Teguh Paripurno menjelaskan stakeholder harus melakukan tindakan mitigasi, kesiapsiagaan, penanganan darurat, pemulihan dan rehabilitasi. Penanganan bencana dilakukaan pra bencana, saat bencana dan pasca bencana.
Kerja pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, kedaruratan, rehabilitasi dan kontsruksi harus dilakukan secara utuh, tidak parsial sesuai mandat. Kolaborasi pentahelix, melibatkan pemerintah, masyarakat, lembaga usaha, media dan akademisi. “Apakah mereka sudah menjalankan mandat penanggulagan bencana,” katanya kepada Mongabay Indonesia, Minggu (21/04/2024).
Dalam kesiapsiagaan, lanjutnya, juga ada peringatan dini. Sehingga harus diterapkan peringatan dini yang diketahui semua orang. Erupsi itu alamiah, namun bisa dilakukan pencegahan atas bahaya yang ditimbulkan. Jika banjir lahar hujan dipicu hujan, maka dilakukan tindakan agar hujan tidak terjadi di puncak Gunung Semeru dan tidak ada guguran lava dan pelaharan.
Untuk mencegah atau mengurangi bahaya, katanya, bisa dilakukan mitigasi. untuk melindungi warga di sekitar sungai. Seperti dibangun tanggul untuk mencegah lahar mengalir kemana-mana. Melihat bagaimana kesiapsiagaan dan mekanisme peringatan dini. Ada empat hal, apakah bahaya di Semeru diketahui, orang memahami risiko.
Pentahelix melakukan pengamatan, diseminasi, dan merespons. Memastikan kembali setiap orang di kaki Gunung Semeru untuk mengetahui tempat yang berisiko. Serta turut memantau kejadian bahaya, desiminasi dan melakukan upaya penyelamatan.
Relawan kaki semeru, kata Eko, juga aktif memperingatkan kepada para penambang pasir atas bahaya banjir lahar hujan. Selain itu, dilakukan memperbanyak jalur penyelamatan. Memperkuat keterampilan dan pengetahuan.
“Lahar merupakan siklus, erupsi terjadi karena hujan. Tinggal bagaimana mengolahnya untuk mencegah jatuh korban,” katanya.
Kepala Pusat Vulkanologi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menjelaskan sepanjang aliran Besuk Kobokan menyimpan material vulkanik yang tertimpun selama tiga tahun erupsi Gunung Semeru. Sehingga harus dilakukan upaya pencegahan untuk mengantisipasi agar tidak terulang kejadian serupa.
“Volumenya besar. Pada 16 April sudah kirimkan informasi potensi lahar hujan saat cuaca ekstrem kepada stakeholder,” katanya kepada Mongabay Indonesia, Minggu (21/04/2024).
Lahar hujan, katanya, merupakan dampak sekunder erupsi Gunung Semeru. Korban banjir lahar hujan dan longsor, katanya, berada ke 19 kilometer dari jalur luapan lahar. Tiga korban jiwa kemarin, katanya, tidak terprediksi. PVMBG juga aktif berkoordinasi untuk memberikan peringatan dini kepada para stakeholder. (***)