Lagi, Pesut Ditemukan Mati di Sungai Mahakam

 

 

Lagi! Satu individu pesut mahakam (Orcaella brevirostri), ditemukan mati di Sungai Mahakam, tepatnya di Desa Rantau Hempang, Muara Kaman, Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. Bangkai pesut yang diperkirakan sudah berhari itu terbawa arus hingga bermuara di sungai kecil dekat pemukiman warga, Minggu (26/3/2017).

Bangkai mamalia itu, pertama kali ditemukan oleh Henson, anggota Komunitas Save Pesut Mahakam Kalimantan Timur (Kaltim). Saat itu, Henson yang tengah duduk bersama warga melihat bangkai pesut. Ia lantas mengikatnya di tepi sungai dan melaporkan penemuan itu pada Yayasan RASI (Rare Aquatic Species of Indonesia) dan pemerintah setempat. Kabar kematian pesut itu mendadak heboh dan diunggah di salah satu akun media sosial milik Direktur RASI, Budiono.

Peneliti Yayasan RASI, Danielle Kreb mengatakan, kematian pesut mahakam kali ini adalah duka di 2017. Sebelumnya, akhir 2016, satu individu pesut mahakam ditemukan mati dan hanyut di Sungai Mahakam hingga ke Samarinda.

“Info sementara memang seperti yang diunggah di Facebook. Kami akan meneliti ke lapangan, berapa usia dan bagaimana fisiknya, termasuk gigi,” katanya, Minggu (26/3/2017).

Dijelaskan Danielle, pihaknya masih menduga kematian pesut akibat terjerat jaring nelayan (renggek). Jika renggek dipasang malam hari, tidak menutup kemungkinan akan menjerat pesut yang lewat atau mencari makan.

“Kalau kita lihat dari foto dan penjelasan sementara Henson, dugaannya karena jaring nelayan. Ada luka di kulit mamalia tersebut, dan bisa dilihat jelas dari foto yang beredar, kondisi tubuh utuh namun sedikit membusuk.”

Pemeriksaan bakal sulit dilakukan lantaran kondisi pesut yang membusuk,  membuat organ tubuhnya tidak baik lagi. “Itu menyulitkan, tapi tim kami tetap meneliti untuk mengetahu sebab kematiannya,” ujarnya.

Menurut Danielle, sosialisasi perlindungan pesut mahakam di Muara Kaman selalu digencarkan. Konflik dapat dicegah andai tidak ada jaring ikan yang dipasang malam hari, sebagai ancaman serius.

Kematian pesut ini tentu saja mengurangi jumlah yang ada. Jika di 2015, jumlahnya diperkirakan 78 – 85 individu, saat ini dipastikan menyusut. “Jika tiap tahun ada yang mati, sementara populasi tidak bertambah, ancaman kepunahan itu pasti. Harus ada langkah-langkah penyelamatan,” jelasnya.

 

Pesut ini ditemukan mati mengambang di Desa Rantau Hempang, Muara Kaman, Kutai Kartanegara, Kaltim, 26 Maret 2017. Foto: Akun Facebook Innal Rahman/Save The Mahakam Dolphin Group

 

Muara Kaman

Dijelaskan Danielle, Muara Kaman adalah habitat yang tepat untuk pesut mahakam. Kawasan tersebut lengkap dengan segala macam bentuk pakan dan anak-anak sungai untuk jalur lintasan pesut. Tapi, ancaman kematian di sana juga mengkhawatirkan.

Selain masalah jaring nelayan, Muara Kaman juga lintasan kapal dan ponton angkutan batu bara. Tidak hanya menimbulkan kematian, bunyi-bunyian yang ditimbulkan dapat membuat pesut tertekan. “Ponton batubara hilir mudik dan aktivitas nelayan selalu ada. Itu jelas mengganggu habitat dan kehidupan pesut.”

Danielle berharap, rencana zonasi pesut mahakam di Muara Kaman segera disetujui. Sehingga, habitat pesut tidak lagi terganggu dan populasinya bertambah. Dengan begitu tidak hanya ada zonasi mungkin juga ada rencana pengelolaan.

“Rencana ini sudah sampai ke meja Bupati Kukar, Rita Widyasari. Saya sendiri yang mempresentasikan masalah zonasi tersebut pada Bupati, beberapa waktu lalu. Kalau targetnya kapan, tidak ada. Diharapkan secepatnya disetujui, kalau bisa sebelum musim panas,” harapnya.

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,