Kelola Hutan Lindung untuk Swasembada Pertanian di Majalengka

Pemerintahan Jokowi – Jusuf Kalla telah memprioritaskan swasembada pangan berkelanjutan padi, jagung dan kedelai tercapai hingga tahun 2019. Sebagai salah satu program nawacita, pemeritah melalui kementrian Pertanian (Kementan) berusaha menggenjot produktivitas pangan dengan perluasan lahan tanam.

Tahun ini, Kementan melakukan perluasan areal tanam (PAT) seluas 210 ribu hektare dengan menargetkan produktivitas kedelai mencapai 1,2 juta ton.

Hal itu diungkapkan, Direktorat Aneka Kacang dan Umbi,  Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Arif Muliawan. Menurutnya, saat ini produktivitas kedelai nasional mengalami pengurangan. Di tahun 2016 saja, produktivitas kedelai hanya memenuhi sekitar 37,29 persen dari rata – rata kebutuhan nasional sebesar 2,3 juta ton dan sisanya masih dipenuhi dari impor.

 

 

“Produksi kedelai nasional setiap tahunnya cenderung turun. Sementara kebutuhan kedelai nasional masih tinggi, namun baru terpenuhi sekitar 800 ribu ton. Diharapkan dengan adanya PAT ini mampu menggenjot produktivitas kedelai seperti tahun 1992, yang sudah bisa ekspor. Targetnya tahun 2020 bisa tercapai swasembada kedelai,” tutur Arif, seusai acara gerakan tanam perdana PAT Kedelai, di Desa Sahbandar, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Kamis (04/05/2017).

Untuk mencapai target itu, kata Arif, pemerintah akan memfasilitasi sarana produksi, pendampingan serta memberikan bantuan melalui benih kedelai bersubsidi yang dapat dibeli dengan harga murah oleh para petani.

Dia melanjutkan PAT sendiri, di Provinsi Jawa Barat akan dibuka seluas 22 ribu hektar lahan baru untuk menopang kebutuhan pertanian. Jumlah penyedian lahan baru tersebut akan dibantu oleh Perum Perhutani Divisi Regional Jabar – Banten seluas 14 ribu hektar dan baru diproyeksikan perdana di Kabupaten Majalengka seluas 500 hektar.

“Selain meningkatkan produktivitas, dari segi harga Kementan akan menjamin pasar bagi petani kedelai. Untuk harga diatur dalam Permendag Nomor 63/M-DAG/PER/9/2016, yakni HPP kedelai diingkat petani Rp8.500/kg dan ditingkat pengrajin atau konsumen Rp9.200/kg,” paparnya.

Arif berharap, dengan dukungan serta peran aktif pemerintah daerah sangat dibutuhkan dalam memberikan perhatian khusus pada upaya pengembangan komoditi kedelai nasioal.

 

Masalah Lahan

Sementara itu, Kepala Perum Perhutani Regional Jabar – Banten, Andi Purwandi, menuturkan, pihaknya diberi kewenangan mengelola lahan hutan seluas 675 ribu hektar yang terbagi kedalam fungsi produksi dan fungsi lindung. Perihal progam tersebut, Perhutani akan menyediakan lahan tanam di 22 Kabupaten/Kota, 95 Kecamatan, 186 Desa, serta telah membentuk 416 kelompok kerja.

Dia mengakui, terkait penyediaan lahan masih tejadi gesekan kepentingan antara kawasan lindung dan produksi. Keberadaan hutan sangat penting sebagai penyeimbang lingkungan. Baik hutan lindung maupun produksi memiki pengaruh terhadap iklim makro dan peran hidrologis.

“Maka dari itu, kami buatkan beberapa zonasi. Ada zonasi produksi untuk pengembangan pertanian. Ada juga zonasi lindung dan perlindungan untuk mengkonservasi air, tanah dan lahan. Lalu zonasi adiktif yang khusus untuk aktivitas pertanian,” kata dia.

 

Petani menunjukan benih kedelai yang akan di tanam di Desa Sahbandar, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Kamis (4/5/2017). Foto : Donny Iqbal

 

Untuk kawasan hutan lindung, sambung dia, pihaknya akan mengkonversi pertanian semusim dengan tanaman kopi. Dengan begitu fungsi hidrolis di kawasan lindung yang memang harus memiliki tegakan pohon bisa beriringan dengan kebutuhan pertanian masyarakat.

Sudah sejak lama, pihak Perum Perhutani telah menggulirkan progam pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) untuk menopang akan tingginya kebutuhan lahan. Setelah program tersebut bergulir, banyak terjadi pembukaan wilayah secara masif.

“Perambahan hutan memang masih terjadi. Tetapi kami akan terus benahi supaya masyarakat juga bisa meminimalisir terjadinya bencana,” imbuhnya. Terutama masyarakat di sekitaran hutan yang memerlukan lahan bertani. Untuk menyiasati persoalan itu, pihaknya telah membuat zonasi adaktif.

Andi menerangkan, dalam upaya mendukung program tersebut, pihaknya sudah mengadopsi sistem polong-polongan untuk menyeimbangkan antara hutan produksi dan wilayah lindung selain sistem tumpang sari.

“Ya, nanti kita pantau perkembangannya. Kedelai ini akan ditanami sekitar bulan Mei – Juni. Ditargetkan produksinya 1 ton tiap hektarnya. Kami yakin itu tercapai terlebih tanah di lahan Perhutani cukup subur. Kami harapkan pemenuhan akan pangan ini bisa terselesaikan dengan baik,” kata Andi.

Sementara itu, risiko produksi pertanian juga semakin besar sejalan dengan semakin meningkatnya perubahan iklim global yang menyebabkan terjadinya banjir, kekeringan, maupun peningkatan serangan OPT.

Ditambah pemenuhan ketersediaan pangan bagi rakyat Indonesia sekitar 252 juta jiwa di tahun 2014 dengan laju 1.38 persen per tahun. Tentu, bukan merupakan masalah yang mudah dan sederhana untuk diatasi ditangah degreadasi lahan yang kian meningkat seiring laju pertumbuhan ekonomi.

 

Ditjen Tanaman Pangan Kementan, Arif Muliawan (kiri), Bupati Majalengka, Sutrisno (tengah) dan Kepala Perum Perhutani Regional Jabar – Banten, Andi Purwandi (kanan), berfoto bersama setelah melakukan penanaman perdana kedelai di Desa Sahbandar, Kecamatan Kertajati, Kabupaten Majalengka, Kamis (4/5/2017). Pemerintah melaui Kementan menargetkan swasembada kedelai tahun 2020. Foto : Donny Iqbal

 

Dukungan  

Bupati Majalengka, Sutrisno menyambut baik program peningkatan produktivitas kedelai. Dia mengatakan program ini harus terkoneksi dari hulu sampai ke hilir dan terintegrasi dalam rangka percepatan pemenuhan kebutuhan kedelai nasioal.

Sutrisno bahkan memberi sinyal ancaman kepada pihak tertentu yang akan menghambat program swasembada. Menurut dia, jangan sampai program ini gencar dilakukan berikut dengan sarana dan fasilitasnya, namun tidak diimbangi dengan hasil yang telah disepakati.

“Jadi, seperti yang sudah ditargetkan pemerintahan bahwa pangan pokok kita adalah padi, jagung dan kedelai. Menurut data Kementan dua pangan pokok padi dan jagung telah mengalami peningkatan. Semoga saja, target swasembada bisa dicapai bersama,” katanya.

Masih ditempat yang sama Iin (45) warga sekitar, mengaku akan berupaya mencoba menanam kedelai. Sebelumnya Iin dan puluhan petani lainnya , menggarap lahan perhutani untuk ditanami padi dan palawija.

Dia menyebutkan permasalahan yang dihadapi petani lokal adalah ketersediaan air dan banyaknya hama yang mengakibatkan hasil panen menurun. “Petani disini belum semua mencoba menanam kedelai. Tapi jika dari kedelai hasilnya lumayan kami mau menanam. Selama ini, untuk pendapatan dari hasil panen masih tergantung faktor cuaca,” kata Iin yang menggarapa lahan pertanian seluas 1.5 hektare.

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , ,