Kehilangan Dua Klien Raksasa Akibat Rusak Hutan, APP Raih Empat Bintang ISO 26000

Pekan lalu, dua perusahaan besar Amerika Serikat, yaitu jaringan pedagang eceran Dollar General dan penerbit buku anak-anak raksasa Walt Disney, memutuskan hubungan dengan pabrikan kertas nomor tiga terbesar di dunia Asia Pulp and Paper yang berbasis di Indonesia, karena berbagai kasus perusakan hutan tropis di Indonesia yang menjadi rumah tiga spesies terancam punah, orangutan Sumatera, harimau Sumatera dan gajah Sumatera.

Dua perusahaan besar ini, tak lagi mau menjual dan menggunakan produk Asia Pulp and Paper untuk segala keperluan bisnis mereka, karena tak ingin terlibat dalam perusakan hutann tropis Indonesia di masa mendatang. Jaringan Dollar General, memiliki 100 ribu toko di seluruh daratan Amerika. Sementara, Walt Disney memiliki 25.000 pabrik di seluruh dunia yang menggunakan produk pabrikan kertas tersebut.

Penebangan yang dilakukan oleh salah satu sub-kontrak APP, PT Tebo Multi Agro di Bukit Tiga Puluh, Jambi. Foto: Eyes on The Forest

Dua fakta besar itu, rupanya tak menyurutkan langkah SGS (Societe Generale de Surveillance) sebuah firma audit kelas dunia untuk menganugerahi ISO 26000 kepada Asia Pulp and Paper. Menurut SGS, Asia Pulp and Paper lolos dalam segala penilaian terkait organisasi perusahaan yang baik, memperhatikan sektor lingkungan, menjalankan praktek kerja yang adil, tingkat kepuasan konsumen, keterlibatan masyarakat dan pengembangan. Masih menurut penilaian SGS, APP bahkan mendapat empat bintang, dari angka maksimal lima bintang, dan berhak menyandang status advance. Semua penilaian ini dilakukan berbasis SGS Performance Standard atas ISO 26000.

“Tujuan penilaian performa dari SGS adalah mengidentifikasi bagaimana organisasi bisa berkembang dalam performa mereka di berbagai sektor tanggung jawab sosial. Kami puas dengan melihat perusahaan sebesar APP memilih metode kami, dan menganut nilai-nilai pengembangan yang kontinyu,menunjukkan komitmen pada pemangku kepentingan internal dan eksternal. Dan melakukan praktek kerja yang berkelanjutan yang membuat APP bisa berjalan untuk terus melakukan pengembangan dan evaluasi performa mereka,” ungkap Guy Escarfall, Direktu Operasional SGS Indonesia.

Nada puas juga disampaikan oleh Direktur Operasional Sustainability & Stakeholder Engagement APP, Aida Greenbury. “APP berupaya menjadi pemimpin pasar yang bertanggung jawab dalam bisnis pulp and paper. ISO 26000 hanyalah sebuah langkah pertama menuju komitmen yang lebih besar untuk menjalankan bisnis yang bertanggung jawab. Langkah selanjutnya adalah melakukan replikasi dalam program yang sukses di dalam pabrik kami lainnya, dan kami berharap hal itu juga memungknkan untuk verifikasi di tahun 2013.”

Pembuatan kanal di hutan di wilayah Senepis, Riau oleh APP. Foto: Eyes on the Forest

Asia Pulp and Paper meluncurkan komitmen terhadap lingkungan yang mereka tuangkan dalam APP Sustainablity Roadmap 2020 pada bulan Juni 2012 silam. Komitmen ini berisi moratorium APP terhadap penebangan hutan alam untuk dijadikan sumber dasar kertas mereka. APP bahkan sudah menerbitkan laporan perkembangan kuartal pertama komitmen ini tanggal 5 September silam.

Komitmen lingkungan Sustainability Roadmap 2020 APP ini, ditanggapi dingin oleh aktivis lingkungan. Organisasi lingkungan Greenpeace menekankan bahwa hal terpenting adalah kerjasama ini bisa memastikan bahwa Asia Pulp and Paper (APP) harus menghentikan suplai kayu mereka yang bersumber dari hutan alam dan hutan gambut jika komitmen yang mereka tuangkan dalam ‘Sustainability Roadmap 2020′ ingin dianggap sebagai sebuah langkah yang serius.

“APP harus secepatnya menghentikan untuk menerima kayu dari hasil penebangan hutan alami dan memastikan bahwa tidak akan ada ekspansi lahan yang akan dilakukan, kecuali perluasan lahan tersebut dilakukan berbasis pada perkebunan serat kayu yang sudah mereka miliki selama ini,” jelas Bustar Maitar dari Greenpeace Asia Tenggara kepada Mongabay.com. “Hanya dengan cara itulah, dan bukan dengan upaya kampanye humas serta memilih siapa mitra mereka, APP bisa membangun kredibilitas dengan mitra mereka dan kepada mantan pembeli mereka di seluruh dunia.”

Kendati kehilangan dua klien besar, saat ini APP tetap berencana menambah kapasitas produksi mereka. APP tidak memublikasikan rencana mereka untuk membangun pabrik baru di Sumatera Selatan, namun media melaporkan bahwa proyek yang disokong oleh Sinar Mas Grup sebagai pemilik APP akan memiliki kapasitas sekitar 2 juta ton per tahun dan akan memakan biaya sekitar 3 miliar dollar AS. Saat ini Sinar Mas sudah mendapat pinjaman senilai 250 juta dollar dari sebuah bank di Indonesia yang tidak disebutkan namanya, menurut keterangan dari Investor Daily.

Aktivis lingkungan menekankan bahwa pembangunan pabrik baru ini akan menambah tekanan bagi hutan alami yang ada di Sumatera Selatan dan propinsi di sekitarnya dimana tidak akan pernah cukup perkebunan untuk menyuplai kapasitas produksi pabrik besar ini. Namun, APP menekankan bahwa ekspansi pabrik ini akan sejalan dengan komitmen lingkungan yang mereka tuangkan dalam ‘Sustainablitiy Roadmap’ untuk melindungi hutan konservasi yang bernilai tinggi atau HCVF dan akan menjalankan praktek perkebunan HTI yang berkelanjutan. APP juga akan menjaga bahwa setelah 2015, perkebunan baru akan masuk dalam kriteria kandungan karbon yang tinggi, dan tidak akan memasukkan hutan gambut dan hutan lain yang disebabkan oleh konversi.

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,