,

Wisata Alam Seraya Kontak Langsung dengan Primata, Berbahayakah?

Monkey Beach, begitu nama lokasi wisata di Pulau Penang, Malaysia ini. Pulau ini tak berpenghuni manusia tetapi monyet. Jumlahnya ratusan. Satwa-satwa ini hidup liar di alam.

Wisatawan dapat melihat langsung primata-primata  ini. Mereka bergelantungan di pepohonan. Ada  juga yang di tanah.

Pengunjung ada yang memberi makan. Di sekitar lokasi, banyak warung-warung menjual berbagai sajian seafood. Jarak antara manusia dengan primata cukup dekat, tak sampai enam meter.

Menurut pemandu wisata, pemberian makanan dan kontak manusia dengan primata sudah lama berlangsung. Hewan-hewan ini akan berebut makanan yang diberikan manusia. Mereka liar, namun ketergantungan dengan manusia karena terbiasa diberi makanan.

Hal serupa di Monkey Beach juga terjadi tempat-tempat wisata alam di Indonesia. Salah di Pantai Papupa-Watu Ulo, Jember, Jawa Timur. Kala ke Pantai Papuma, monyet-monyet liar juga berseliweran di pantai bahkan di penginapan yang disediakan buat wisatawan. Mereka tak jarang, mendekati manusia untuk ‘meminta’ makanan. Bahkan, homestay tak boleh ditinggal terbuka, karena mereka akan masuk dan mengambil makanan, bahkan barang-barang lain. Para pengunjungpun banyak yang senang memberikan makanan kepada mereka.

Bagaimana dengan fenomena seperti ini? Ricko Lamno Jaya, peneliti primata sekaligus dokter hewan di Orangutan Informasion Center (OIC) angkat bicara.

Menurut dia, sebaiknya manusia tak memberikan makanan dan tidak terlalu dekat kontak dengan hewan, terutama primata. Dengan lingkungan mereka terjaga, satwa punya ketersediaan pakan cukup, dan memiliki insting mencari makan tanpa ketergantungan dengan manusia.

Wisata alam, seperti menikmati keindahan pantai dan hutan bisa tetap berjalan tanpa harus ada kontak langsung seperti memberi makanan pada primata liar. Foto: Ayat S Karokaro
Wisata alam, seperti menikmati keindahan pantai dan hutan bisa tetap berjalan tanpa harus ada kontak langsung seperti memberi makanan pada primata liar. Foto: Ayat S Karokaro

Wisata alam, katanya, sebenarnya sangat baik untuk memberikan pembelajaran atau melihat lagsung kehidupan mereka. Manusia bisa berkunjung, dan menikmati satwa liar. Namun dia mengingatkan, riskan berdekatan atau kontak langsung apalagi memberi makan satwa-satwa ini.

Dengan kontak langsung, katanya, berpotensi saling menularkan penyakit, baik manusia ke satwa maupun hewan ke manusia. Untuk itu, guna mengantisipasi tertular penyakit primata atau bahkan menularkan penyakit ke mereka, kala ke lokasi wisata seperti ini, wajib menjaga jarak terhadap satwa, minimal sekitar delapan meter. “Ini mencegah tertular penyakit dari hewan atau justru sebaliknya. Ini berbahaya.”

Jika manusia yang menularkan penyakit ke satwa, sangat berbahaya. Satwa-satwa liar ini akan membawa penyakit ke hutan hingga primata lain (komunitas mereka) mungkin akan tertular.

Jadi, katanya, penularan secara erosol, bisa diperkecil dengan jarak tak terlalu dekat, ditambah manusia menggunakan pengaman lain seperti sarung tangan dan masker.

Secara sederhana, ucap Ricko, karena kedekatan DNA antara manusia dengan primata, flu dan gejala batuk saja bisa tertular. Atau kala hewan memiliki rabies atau penyakit parasite bisa tertular pada manusia. “Jika manusia bisa langsung terdeteksi dengan berobat, bagaimana dengan hewan yang tertular? Tidak mungkin mereka bisa terdeteksi, karena liar dan hidup di hutan, apalagi dokter hewan tidak bisa memeriksa mereka satu persatu, paling hanya dapat dilihat dari sifat keseharian, baru bisa diambil tindakan.”

“Saran saya, harus ada pemeriksaan kesehatan terhadap pengunjung yang akan ke lokasi wisata primata seperti di Mongkey Beach. Dokter harus disiapkan. Begitu juga dokter hewan, harus ditempatkan untuk mengamati tingkah laku hewan. Meski liar bisa evakuasi kok, setelah itu dikarantina, jika sehat dilepaskan lagi, ” kata Ricko.

Dia menawarkan solusi, seperti pengawasan ketat pemerintah atau pengelola wisata salah satu menyediakan pakan alam yang banyak di sekitar hutan yang disesuaikan keperluan satwa. Juga dengan melarang manusia membawa atau memberikan primata ini makanan.

“Mungkin bisa diubah sedikit demi sedikit dengan penyediaan pohon pakan di lahan itu, dan pengurangan kontak antara manusia dengan hewan. Sebab, kebiasaan pengunjung memberikan makanan membuat mereka belajar mencari makanan mudah. Insting mencari makanan di alam akan berkurang. Ini berdampak buruk bagi kehidupan mereka karena tergantung dengan manusia.”

Mencari sisa-sisa makanan yang diberikan manusia di Monkey Beach, lokasi wisata alam di Malaysia. Hal serupa juga dijumpai di Indonesia. pengunjung tak jarang berperilaku kurang baik dengan memberi makan primata yang sebenarnya liar ini. Foto: Ayat S Karokaro
Mencari sisa-sisa makanan yang diberikan manusia di Monkey Beach, lokasi wisata alam di Malaysia. Hal serupa juga dijumpai di Indonesia. Pengunjung tak jarang berperilaku kurang baik dengan memberi makan primata yang sebenarnya liar ini. Foto: Ayat S Karokaro
Artikel yang diterbitkan oleh
,