Persembahan Tulus untuk Konservasi Gajah Sumatera

Melanjutkan aksi kampanye #JanganBunuhGajah, penyanyi Tulus mewujudkannya dalam bentuk donasi yang diberikan kepada World Wild Fund (WWF) Indonesia. Dari kampanye itu, Tulus menyumbangkan donasi yang terkumpul dari penggemarnya, Teman Tulus dan mereka yang peduli gajah. Donasi itu nantinya akan digunakan untuk membeli kalung GPS (GPS Collar) untuk menandai atau melacak keberadaan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus).

Tulus memberikan donasi secara simbolis di sela “Diskusi Konservasi Gajah pada Bentang Alam yang Terus Berubah: Teknik Molekuler untuk Studi Ekologi, Mitigasi Konflik, dan Mengungkap Perdagangan Ilegal Satwa Liar” di Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Jakarta Pusat, Kamis (10/8/2016).

Pelantun tembang Pamit ini mengatakan, dia akan terus melanjutkan program kampanye #JanganBunuhGajah. Selain belum memenuhi target, dia juga menginginkan kampanye ini bisa menumbuhkan kesadaran lingkungan, meningkatnya kepedulian akan gajah. Tulus mendapat banyak informasi tentang gajah, namun tak bisa turun ke lapangan, sehingga membantu dengan apa yang bisa dilakukannya.

“Persoalan ini nyata, senang bisa ikut menyumbang GPS (Global Positioning System) Collar ini. Tetapi harapan untuk tumbuhnya kesadaran ini yang lebih utama,” ujarnya.

Patroli gajah di sekitar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Foto: WWF-Indonesia/Marino
Patroli gajah di sekitar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan. Foto: WWF-Indonesia/Marino

Dia menekankan pentingnya kesadaran ini karena banyak orang yang bahkan belum tahu. Hal itu dibuktikan dengan pertanyaan yang muncul saat kampanye #JanganBunuhGajah diluncurkan. “Masih ada loh yang tanya, emang kenapa, ada apa dengan gajah. Berarti memang tidak semua tahu,” kata pria bertubuh tinggi besar ini. Melalui media sosial itu, kata dia, upaya untuk memberikan informasi dan kesadaran bisa dilakukan.

Penyanyi bernama lengkap Muhammad Tulus Rusydi ini menjelaskan kampanye harus dilakukan lebih luas. Dia meyakini di luar sana banyak anak muda yang ingin tahu dan peduli tentang ancaman terhadap gajah di Indonesia. Tetapi mereka tidak tahu wadahnya. Untuk ke depan, penyanyi ini akan fokus dengan kampanye #JanganBunuhGajah. Dengan kemampuan menyanyinya, dia menyampaikan pesan positif untuk lebih peduli dengan gajah.

“Saya ingin membangun spirit kepedulian, bukan untuk mengompori atau terjun langsung karena saya bukan ahlinya. Tapi agar orang lebih berempati dengan gajah yang terancam keberadaannya.”

Tulus sebelumnya bertemu dan membuat video klip dengan gajah Yongki, mengaku belum pernah berinteraksi langsung dengan gajah. Dia jatuh cinta ketika sang pawang minta berkenalan dengan Yongki. Menurut si pawang, gajah akan tahu niat seseorang itu baik atau tidak. Rupanya, perkenalan singkat itu berhasil. Tak sampai 30 menit, Tulus sudah berada di punggung Yongki. Adegan itu menjadi scene penutup video klip lagu Gajah. Kenangan bersama Yongki pun tersimpan di benaknya.

infographic-9c962aa33d65daab

Hingga akhirnya, dia menerima kabar kematian Yongki. Padahal saat itu, Tulus sedang menerima limpahan kebahagiaan karena memenangkan lima penghargaan di Anugerah Musik Indonesia. “Mestinya saya happy karena karya saya diapresiasi. Tapi yang terjadi, pada malam itu saya marah dan sedih karena menerima kabar itu.”

Tulus menuturkan, Yongki membantu dia dan para kru untuk mengakses tempat-tempat indah yang pernah disentuh manusia. Yongki ditemukan terbunuh di Bukit Barisan Selatan, Lampung. Tubuhnya mati dengan gading hilang, September 2015.

Aksi #JanganBunuhGajah ini dimulai 10 Maret 2016. Kampanye ini coba menggalang dana melalui penjualan merchandise yang keuntungannya diberikan kepada WWF-Indonesia guna pengadaan alat pendeteksi kalung GPS untuk gajah-gajah di alam liar. Beberapa merchandise yang ditawarkan antara lain t-shirt, tumbler, tas belanja dengan ilustrasi gajah karya Elfanidary dan mug buatan tangan kerjasama dengan Pori Keramik. Merchandise bisa diperoleh melalui situs milik Tulus, www.situstulus.com

Artikel yang diterbitkan oleh
, , , ,