- Seorang warga Rusia bernama Andrei Zhestkov, ditangkap petugas keamanan bandara internasional Ngurah Rai, Bali karena berusaha menyelundupkan seekor orangutan.
- Orangutan malang ini diberi obat tidur dalam keranjangnya yang dimasukkan dalam koper untuk lolos dari pemeriksaan x-ray di terminal keberangkatan pada Jumat (22/3/2019) sekitar jam 23.00 WITA.
- Aparat masih menelusuri asal asal orangutan tersebut, meski pelaku mengaku mendapatkan dari pasar gelap di Jawa. Aparat curiga motif penyelundupan untuk menjual orangutan di negaranya
Seorang warga Rusia bernama Andrei Zhestkov, ditangkap petugas keamanan bandara internasional Ngurah Rai, Bali karena berusaha menyelundupkan seekor orangutan
Penyelundupan diketahui saat tersangka melakukan pre-screening x-ray untuk cek-in di terminal keberangkatan pada Jumat (22/3/2019) sekitar jam 23.00 WITA. Rencananya, penumpang GA870 ini akan boarding pada Sabtu (23/03/2019) pukul 09.35 untuk berangkat ke Seoul menuju ke Vladivostok, Rusia.
Orangutan malang ini diduga diberi obat tidur selama didalam keranjangnya, dan keranjangnya itu dimasukkan dalam koper untuk lolos saat cek-in. Selain orangutan, dalam koper juga ditemukan 2 ekor tokek dan 5 ekor kadal.
Orangutan kemudian diserahkan ke Balai KSDA Bali untuk penanganan lebih lanjut. Dan pelaku ditangani Polsek KP3 Bandara Ngurah Rai.
baca : Dokter Hewan: Orangutan dengan 74 Peluru, Dipastikan akan Buta dan Cacat Seumur Hidupnya

I Ketut Catur Marbawa, dari Balai KSDA Bali mengatakan dari pengakuan awal pelaku, orangutan diberi dari teman pelaku sesama warga Rusia yang telah duluan berangkat ke Rusia. Pengakuannya juga orangutan dibeli di pasar gelap di Jawa seharga USD3000.
“Tersangka ditangkap petugas keamanan saat sudah check-in dan memiliki boarding pass. Ketika melewati X-ray, ketahuan lalu dibongkar,” jelas Catur pada Mongabay-Indonesia,Jumat (22/3/2019). Setelah itu keamanan menghubungi karantina.
Mengenai motifnya, Catur belum bisa menyimpulkan apakah dipelihara atau dijual kembali. “Saya kurang tahu, dia mengaku tidak tahu itu satwa dilindungi. Dibilang hanya monyet diberi temannya yang duluan berangkat. Tapi itu kan pengakuan? (Kalo orangutan dijual) harganya wah,” lanjutnya.
Selain itu, dalam koper pelaku sudah ada persiapan seperti pil CTM dan susu. Sehingga diduga pelaku memang berniat menyelundupkan.
perlu dibaca : Keji! Ditembaki Senapan Angin, 74 Peluru Bersarang di Induk Orangutan ini, Bayinya Mati Kekurangan Gizi

Mengenai asal orangutan, Catur mengatakan itu harus ditelusuri. Habitat Orangutan di Bali tidak ada, hanya beberapa kebun binatang yang memiliki izin konservasi. Misalnya Bali Zoo dan Taman Safari and Marine Park.
“Saya bisa simpulkan tak mungkin mereka suplier karena perlu satwa koleksi.
Kemungkinan didatangkan dari luar (Bali),” sebut Catur.
Perdagangan satwa liar kerap diketahui di pelabuhan, sementara di pelabuhan Gilimanuk tak ada pemindai x-ray. “Kecuali digeledah semua kendaraan, kompartemen. Pernah tangkap satwa burung ditaruh di banyak kompartemen di belakang mesin,” jelas Catur.
Saat ini menurutnya tidak ada izin penangkaran bagi Orangutan. Beda dengan satwa dilindungi lain seperti Jalak Bali bisa diperdagangkan dan izin penangkaran.
Catur menyebut kecil kemungkinan orangutan itu berasal dari kebun binatang di Bali karena nilai eksotis orangutan yang tinggi. “(Dengan tingkat) kelangkaan tinggi apa iya binatang yang berharga untuk ikonik dikasih orang, kan tidak mungkin,” serunya. Apalagi Orangutan ini diperkirakan berusia 2 tahun. Sementara di kebun binatang Bali, orangutan termuda sekitar 9 tahun dan hanya berjumlah 10 ekor.
Ia menyebut tidak ada batas kuota. Hanya prinsip satwa terlindungi kesehatan dan jika perilakunya sudah tak bisa dilepasliarkan di alam. Sifat keliaran satwa juga menurutnya harus dilihat terus. Kalau siap diliarkan akan dirilis. Tak semata memperkaya satwa kebun binatang.
menarik dibaca : Sophia Latjuba Ingin Lagi, Sherina Penasaran Ikut Pelepasliaran Orangutan

Mongabay-Indonesia pernah memberitakan kasus menjurus eksploitasi orangutan yang diprotes aktivis lingkungan dan satwa liar. Misalnya protes keras dilayangkan Jamartin Sihite, CEO BOSF (Borneo Orangutan Survival Foundation), terkait foto dan video Luna Maya bersama orangutan yang beredar di media sosial. Dalam video yang diunggah di [email protected], akun resmi The Sanctoo Villas & Spa Gianyar Bali pada 25 April 2017 itu, Luna Maya berpose menggunakan gaun pengantin bersama satu individu orangutan. Foto ini sudah dihapus dalam akunnya.
Manajemen MRA yang menaungi Her World/Brides Indonesia membantah foto selebritas Luna Maya bersama individu orang utan diterbitkan sebagai halaman sampul majalah tersebut. Hanya dalam story majalah.
“Orangutan adalah kera besar satu-satunya di Asia yang selain kerabat dekat manusia, sebagai primata, punya jasa lingkungan terhadap hutan sebagai habitatnya. Mereka bersama banyak satwa lain, menebar benih, menjaga kualitas hutan, dan pada akhirnya kita manusia yang menikmati hasil dari hutan yang terjaga baik itu berupa oksigen, tata air yang baik, dan hasil hutan lainnya,” terang Jamartin dalam keterangan tertulisnya kepada Mongabay Indonesia, Rabu (4/10/2017).
baca : Heboh Foto Luna Maya dan Orangutan, Begini Sebenarnya Aturan Penggunaan Satwa Dilindungi

Menurut Jamartin, kebun binatang adalah lembaga konservasi ex-situyang tujuannya memberikan edukasi kepada publik. Mereka diizinkan memelihara orangutan dan satwa dilindungi lainnya untuk kepentingan edukasi kehidupan satwa di alam liar, mengenali manfaat dan jasa mereka terhadap lingkungan, serta memahami hebatnya ciptaan Tuhan.
Karenanya, orangutan di kebun binatang seharusnya menjadi duta bagi spesiesnya yang terancam punah. Seluruh pemanfaatan dokumentasi dalam bentuk foto, video, dan pertunjukan, selayaknya bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang lebih komprehensif kepada publik.
Balai Konservasi Sumber Daya Aman (BKSDA) Bali juga pernah berkirim surat pada Bali Zoo tertanggal 5 Oktober 2017, meminta penghentian paket breakfast with Orangutan.
baca juga : Fotonya Jadi Heboh, Luna Maya Katakan Menyayangi Orangutan