- Dunia maya dihebohkan dan murka melihat video dan foto perlakuan barbar dan sadis yang dilakukan oleh korporasi, dengan menjadikan binatang-binatang hidup sebagai alat ujicoba.
- Video dan foto menyebar sejak pertengahan Oktober 2019 memperlihatkan perlakuan sadis beberapa monyet kecil, kucing dan anjing dijadikan bahan percobaan di sebuah laboratorium kesehatan di Hamburg, Jerman.
- Hewan itu diberi racun untuk ujicoba tes keamanan dosis bagi manusia. Dampak mengerikan ke hewan itu terjadi muntah, pendarahan internal, gangguan pernapasan, sampai kematian.
- Di Tiongkok, sebuah penelitian sabuk pengaman menggunakan 15 anakan babi didudukkan paksa dan diikat ke kursi mobil dengan menggunakan seatbelt, yang kemudian ditabrakkan. Hewan itu cedera parah kemudian mati.
Beberapa hari belakangan ini dunia maya dihebohkan, lebih tepatnya dibuat ‘murka’, melihat perlakuan barbar dan sadis yang dilakukan oleh korporasi, dengan menjadikan binatang-binatang hidup sebagai alat ujicoba.
Foto-foto hewan malang ini beredar luas di sosial media, dan membuat murka jutaan orang. Banyak yang awalnya tidak percaya bahwa di era modern seperti ini, hal itu masih saja terjadi tanpa terdeteksi dari awal.
Yang pertama terjadi di Jerman yang foto dan videonya menyebar sejak pertengahan Oktober 2019. Awalnya, sebuah rekaman video mengerikan yang diambil secara rahasia menunjukkan beberapa monyet kecil menangis dan menjerit kesakitan saat menjadi bahan percobaan di sebuah laboratorium di Jerman.
Video-video tersebut dirilis oleh kelompok aktivis pembela hak-hak satwa. Tak hanya monyet kecil, video tersebut juga menunjukkan kucing dan anjing yang terlihat berdarah dan bahkan sekarat setelah menjalani uji coba yang kejam.
baca : Kebun Binatang Indonesia Dinilai Tempat Pembunuhan Satwa
Video direkam secara diam-diam di dalam Laboratory of Phramacology and Toxicology (LPT) yang berlokasi di Hamburg oleh seorang pekerja, dan kemudian dipublikasikan secara luas oleh Cruelty Free International (CFI) dan SOKO Tierschutz, organisasi non profit yang menyerukan penghentikan kekerasan pada hewan.
Dalam video itu terlihat monyet-monyet mungil tersebut merintih, menjerit, dan menangis seperti bayi yang baru lahir ketika mereka digantung di sabuk logam yang diikatkan di lehernya. Satwa-satwa itu menjadi bahan percobaan untuk tes toksikologi. Juga diperlihatkan bahwa ketika satwa-satwa itu tidak diikat dan diujicoba, mereka dikurung di dalam sangkar kecil yang mengakibatkan mereka menjadi gila.
“Satwa-satwa itu bahkan masih mengibas-ngibaskan ekor mereka ketika mereka dibawa untuk kemudian dihabisi, (terlihat juga) anjing-anjing yang sudah pasrahg putus asa untuk kontak (dengan) manusia,” kata Friedrich Mülln, aktivis dari SOKO Tierschutz.
baca juga : Kejam, Perut Satwa Purba Ini Disayat untuk Diambil Telurnya
Menurut CFI, ujicoba juga dilakukan dengan sengaja memasukkan racun ke tubuh satwa untuk melihat berapa banyak bahan kimia atau obat yang diperlukan yang bisa mengakibatkan bahaya yang serius, dalam upaya untuk mengukur berapa dosis “aman” bagi manusia.
Dampaknya tentu saja mengerikan, mulai dari muntah, pendarahan internal, gangguan pernapasan, demam, penurunan berat badan, lesu, masalah kulit, kegagalan organ, dan bahkan kematian. CFI menduga hewan tidak diberikan pereda nyeri atau anestesi.
baca : Miris.. Duyung Terdampar Di Pantai Ini Malah Dipotong-potong dan Dijual
Di belahan dunia yang lain, kejadian yang sama terjadi. Kali ini, para peneliti di Tiongkok mendapat kecaman dari berbagai penjuru dunia karena menggunakan babi hidup dalam simulasi kecelakaan berkecepatan tinggi dengan menabrakkan mobil pada dinding penghalang.
Babi-babi naas ini digunakan secara khusus untuk mendesain sabuk keselamatan (seatbelt) untuk anak-anak.
Dalam ujicoba tersebut, setidaknya 15 anakan babi didudukkan paksa dan diikat ke kursi mobil dengan menggunakan seatbelt. Kaki depannya terlihat diikat dengan kain. Dalam ujicoba tersebut, tujuh babi langsung terbunuh seketika, dan lainnya menderita beberapa cedera parah termasuk luka sobek, pendarahan dan memar di bagian dalam. Enam jam kemudian, mereka pun mati.
baca juga : Pari Raksasa Langka Beratnya Ratusan Kilogram Dipotong-potong dan Dijual
Tubuh mereka kemudian dibedah untuk diteliti penyebab cedera dan kematiannya. Saat dilakukan penelitian, paru-paru menjadi bagian yang mengalami luka paling parah selain hati dan limpa.
Penelitian yang dilaporkan dalam International Journal of Crashworthiness tersebut dilakukan para peneliti yang mengklaim bahwa mereka menggunakan babi karena struktur anatomisnya mirip dengan anak manusia berusia enam tahun, sebuah klaim mengada-ada yang dibantah oleh PETA (People for the Ethical Treatment of Animals), sebuah organisasi non profit yang berbasis di Maryland, AS. Zachary Toliver dari PETA mengatakan bahwa anatomi tubuh babi berbeda secara fundamental dengan anatomi manusia.
PETA juga melaporkan bahwa babi babi tersebut sengaja tidak diberi makanan selama 24 jam sebelum percobaan, tidak diberi air selama enam jam sebelumnya, diberi obat bius untuk mengurangi stress.
Disclaimer video : konten mengandung gambar yang menyedihkan dan tidak cocok dilihat anak-anak
Sumber : metro.co.uk, theguardian.com, peta.org, nst.com.my, observers.france24.com, dan unilad.co.uk