- Warga Desa Koja Doi, Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur [NTT] kini menikmati listrik energi surya yang dipancarkan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Surya [PLTS].
- Bupati Sikka, Nusa Tenggara Timur, Fransiskus Roberto Diogo, meresmikan langsung penggunaan listrik tersebut, pada Kamis [28/11/2019].
- Pembangkit Listrik Tenaga Surya yang dibangun di Pulau Koja Doi dan Parumaan menggunakan baterei juga guna menampung daya agar listrik bisa dipergunakan malam hari.
- PLN UP3 Flores Bagian Timur [FBT] berkomitmen membangun Pembangkit Listrik Tenaga Surya, agar masyarakat yang berada di perairan gugus Teluk Maumere, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur, dapat menikmati listrik.
Wajah Putri Untung Indahsari, perempuan berhijab RT 01 RW 01 Desa Koja Doi, Kamis [28/11/2019], pagi itu berseri. Rumah panggung sederhananya, berdinding bambu belah [halar], dipilih PLN UP3 Flores Bangkit Timur [FBT] sebagai tempat peresmian beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Surya [PLTS] Koja Doi.
Bupati Sikka, Nusa Tenggara Timur, Fransiskus Roberto Diogo, meresmikan langsung penggunaan listrik tersebut dengan menghidupkan meteran yang disambut gembira warga.
“Pemasangan meteran listrik 450 VA tidak bayar, dan saya juga mendapatkan dua bola lampu gratis dari PLN,” terangnya kepada Mongabay Indonesia.
Putri yang hanya tinggal bersama sang ibu di rumah, pernah menggunakan lampu sehen tenaga surya, namun sejak lama panelnya rusak. Setelah tidak berfungsi, ia hanya menggunakan lampu pelita malam hari, sementara menonton televisi dan mengisi baterai telepon genggam harus numpang di tetangga.
“Saya senang sekaligus terharu bisa menikmati listrik lagi,” terangnya.
Baca: Menikmati Koja Doi, Desa Peraih Sustainable Tourism. Apa Keunikannya?
Koja Doi merupakan desa di Kecamatan Alok Timur, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur [NTT]. Letaknya di kepulauan yang masuk Taman Wisata Alam Laut [TWAL] Gugus Pulau Teluk Maumere. Menuju Koja Doi menggunakan kapal motor, butuh waktu 1-2 jam, berangkat dari Pelabuhan Maumere-Sikka.
Wilayah desa ini berada di dua pulau. Pulau Kecil Koja Doi, Dusun Koja Doi dihuni 134 kepala keluarga (KK), sementara di Pulau Besar terdapat dua dusun: Koja Besar [96 KK] dan Margajong [228 KK]. Saat berada di desa ini, panas matahari begitu terasa di kepala. Rata-rata suhunya sekitar 35 derajat Celcius. Memanfaatkan sinar mentari sebagai sebagai sumber listrik adalah pilihan cerdas.
Baca: Inilah Para Pahlawan Sampah dari Koja Doi
Samyadin, warga Koja Doi mengaku, warga desa sebenarnya sudah tidak asing dengan energi surya. Sejak 2014, warga telah mendapatkan pemasangan listrik super ekstra hemat energi [Sehen] dari PLN dengan menggunakan panel surya.
Pembayarannya sekitar Rp500 ribu dengan cara mencicil. Ada yang perbulan atau bisa langsung. “Sejak awal, PLN janji bila listrik masuk desa ini maka warga yang telah menggunakan lampu sehen tidak perlu membayar biaya meteran listrik,” ungkapnya.
Sem, panggilannya, mengaku gembira. Dia yang terbiasa menggunakan generator listrik milik desa, yang pasokan listriknya hanya jam 6 sore hingga 12 malam, sangat terbantu. Sem dan warga biasanya membayar Rp20 ribu per bulan, bila menggunakan dua bola lampu sementara yang memiliki televisi ditarif Rp60 ribu per bulan.
“Sekarang PLTS sudah ada, kami senang bisa menikmati listrik 24 jam, tidak seperti dulu,” tuturnya.
Baca juga: Mongabay Travel: Kojadoi, Pesona Jembatan Batu di Pulau Tanpa Kendaraan Bermotor
Energi surya
Manajer UP3 PT. PLN Flores Bagian Timur, Lambas R. Pasaribu menjelaskan, untuk Desa Koja Doi, ada bantuan CSR dari Yayasan Baitul Maal [YBM] PLN NTT untuk listrik dengan daya 450 VA bagi 56 pelanggan.
Lambas mengatakan, saat ini sudah ada 20 pelanggan dan meteran listrik yang dipergunakan memakai sistim prabayar atau beli pulsa.
“Kami sudah siapkan dua operator untuk pembangkit dan jaringannya. Masyarakat di sini sangat membantu baik pembersihan lahan maupun pemasangan tiang sehingga PLTS cepat beroperasi,” terangnya.
PLN, menurut Lambas, memberikan bantuan meteran listrik 450 VA bersubsidi sebanyak 20 rumah yang tentunya menguntungkan pelanggan kurang mampu. Bila beli token atau pulsa listrik Rp5 ribu, pelanggan dapat menggunakan 2 bola lampu masing-masing 10 watt yang dapat bertahan sebulan lebih, kalau digunakan malam saja.
“Ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat, tetapi perlu manajemen pemakaian agar penggunaan listrik hemat. Bola lampunya bisa dibeli di toko dan lebih baik menggunakan yang hemat energi,” sarannya.
Kabupaten Sikka sendiri terdapat beberapa pulau besar di kawasan Teluk Maumere seperti Pulau Besar dan Koja Doi, Parumaan, Sukun serta Pulau Palue [ada 8 desa].
Untuk pulau-pulau tersebut, menurut Lambas, semuanya akan menggunakan PLTS. Setelah Koja Doi, PLTS Parumaan akan beroperasi sedangkan PLTS di Waibleler jaringan sudah terkoneksi dengan PLN.
“Untuk Pulau Palue, dalam tahap pencarian lokasi, sementara di Hoder, dayanya mencapai 1 MWp,” jelasnya.
Meski berdaya besar, PLTS Waibleler tidak menggunakan baterai sehingga hanya bisa dipergunakan siang hari. “Di Parumaan dan Koja Doi menggunakan baterai sebagai penampungan daya hingga malam bisa dipergunakan,” ujarnya.
Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo saat peresmian mengatakan, listrik sangat penting bagi warga Koja Doi karena desa ini merupakan tujuan wisata. Adanya PLTS, membantu menggerakkan ekonomi masyarakat.
Desa Koja Doi berhasil meraih penghargaan green untuk kategori Tata Kelola Destinasi dalam Indonesia Sustainable Tourism Award [ISTA] 2019 dari Kementerian Pariwisata, Kamis [26/9/2019].
Satu obyek wisata khas dan unik di Koja Doi adalah jembatan alami penghubung Pulau Besar dan Pulau Koja Doi. Jembatan sepanjang 680 meter ini terbuat dari susunan bebatuan. Di depannya, ada pulau kecil sehingga dinamakan Koja Doi yang artinya kenari kecil.
Jembatan itu dibangun untuk memudahkan warga Pulau Koja Doi menuju Pulau Besar. Sebelumnya, warga harus menggunakan perahu untuk mengakses fasilitas seperti sekolah dan poliklinik di Pulau Besar.
Sektor wisata yang sedang dikembangkan, kata Robi sapaannya, terbantu. “Masyarakat yang sedang membangun homestay, usaha kuliner dan lainnya di Koja Doi akan sangat mendapatkan manfaatnya,” terangnya.
Rasio elektrik
Asisten Manager Management Stakeholder PT PLN [Persero] UIW NTT, Yohan Tokael pada workshop “Energi Baru dan Terbarukan” di NTT yang diadakan Mongabay Indonesia, Sabtu [23/11/2019] menjelaskan, Rasio Desa Berlistrik di NTT hingga Oktober 2019 sebesar 90,22 persen.
“Desa di NTT sebanyak 3.353 desa dan dari jumlah tersebut sebanyak 3.025 desa sudah berlistrik, sementara sisanya belum,” ujarnya.
Rasio elektrisasinya sebesar 84,68 persen dari total rumah tangga di NTT, sebanyak 1.311.533 unit. Diperkirakan, sekitar 1.110.594 rumah sudah berlistrik. Untuk wilayah Kabupate Sikka, sebut Yohan, rasio elektrisasi sebesar 84,59 persen dan rasio desa berlistrik sebesar 95 persen.
“Di Sikka, sudah terpasang 3 PLTS, untuk PLTS Koja Doi kapasitasnya 190 kWp yang melayani maksimal 190 pelanggan. Sementara di Pulau Parumaan, dayanya 420 KWP dengan pelanggan sebanyak 574 rumah. Ada juga PLTS di Desa Waibleler dengan daya 1 MWp,” ungkapnya.
Untuk Waibleler, Mongabay Indonesia telah mengunjungi lokasi ini pada Kamis [5/12/2019] dan seorang petugas PT. Indo Solusi Utama menjelaskan kondisi PLTS ini. Di lahan seluas dua hektar, di Desa Waibleler, Kecamatan Waigete, puluhan panel surya sudah terpasang memanjang.
Rudi, staf perusahaan tersebut mengatakan, daya listrik yang dihasilkan mencapai 1 MWP dan langsung terkoneksi dengan jaringan listrik PLN. “Terdapat puluhan inverter yang berfungsi mengubah arus DC [direct current] ke AC [alternating current],” jelasnya.