- Kawasan hutan lebat Gunung Batukaru di Kabupaten Tabanan adalah habitat sejumlah satwa dan tumbuhan liar di Bali karena masih dilindungi dan disakralkan masyarakat setempat
- Berkah lainnya adalah sumber-sumber air panas di hulu, yang dimanfaatkan warga setiap hari dan menjadi tempat tujuan wisata, selain kawasan Jatiluwih .
- Air panas Belulang dan Angseri adalah dua area pemandian untuk publik yang dikelola warga setempat, airnya nyaris tak pernah surut.
- Gunung Batukaru yang berketinggian 2.276 mdpl sudah tak aktif, jadi tak akan erupsi. Gunung tertinggi kedua setelah setelah Gunung Agung ini menjadi lokasi pelepasliaran sejumlah binatang dilindungi hasil sitaan atau pascarehabilitasi.
Musim hujan mulai turun di Bali, walau belum merata. Saat dingin, yang dicari adalah kehangatan. Salah satunya mandi dan berendam di air panas.
Contohnya di dua lokasi sumber air panas ini, yang mendapatkan pasokan air panas nyaris sepanjang hari dari Gunung Batukaru, Tabanan. Di tempat ini, air seperti tak pernah habis, terus mengucur kemudian mengalir ke sungai.
Seorang anak memapah bapaknya usai menikmati pancuran Air Panas Belulang di Desa Mangesta, Penebel, Tabanan. “Bapak saya rutin ke sini, mengurangi sakit, dia sudah pikun,” urai anaknya. Kakek diingatkan hati-hati berjalan di ruang ganti, karena lantai cukup licin.
Tanpa menunggu lama, badan langsung diguyur air panas dari pancuran bambu. Kubangan kecil di atas permukaan lantai yang sudah menguning karena kadar belerang air panas ini membantu merendamkan bagian bawah tubuh. Kulit kepala menghangat di bawah gemuruh pancuran. Rasanya menenangkan.
Air ini bersumber dari dalam Pura Batu Panas persis di atas pancuran. Warga meyakini sumber air panas itu ada di halaman pura itu yang mendapatkan berkah dari aliran panas bumi Gunung Batukaru.
baca : Asyiknya Trekking di World Heritage di Kaki Gunung Batukaru
Pancuran terus menjatuhkan air tanpa henti kemudian mengalir ke saluran irigasi atau sungai kecil di sampingnya. Suhu panasnya stabil, cukup panas ketika mengenai kulit untuk pertama kali sampai beberapa menit kemudian suhu tubuh sudah beradaptasi.
Sekitar 100 meter dari pemandian air panas yang didesain terbuka beratapkan langit ini adalah pemandangan indah sawah. Sekelompok petani sedang nigtig –cara tradisional memanen padi– menghentakkan padi ke sebuah kayu agar bulir-bulir lepas dari tangkainya.
Selain sejumlah pancuran, ada dua kolam hangat untuk berendam. Kolam kecil di sebelah pancuran hanya cukup berdua, sementara kolam lebih besar bisa menampung belasan orang.
Satu grup anak muda yang baru tiba membersihkan kolam dahulu dari dedaunan. Air panas memang cara asyik menikmati dingin sisa hujan. Terlebih menikmatinya di luar musim libur, tak perlu antre untuk menikmati pancuran.
baca juga : Sejenak Melepas Kepenatan di Danau Beratan
Tak hanya air panasnya, perjalanan menuju Belulang bisa dinikmati. Sepanjang perjalanan adalah pemandangan sawah sampa tiba di lokasi air panas. Usai trekking di persawahan kawasan heritage Jatiluwih, air panas Belulang adalah pilihan yang tepat. Hanya sekitar 10 menit berkendara dari pusat Jatiluwih menuju Desa Mangesta, tetangganya.
Karena berada satu area dengan pura, areal parkir cukup luas dan akses logistik pun mudah. Ada warung-warung menjual makanan, minuman, serta aneka hasil Kelompok Tani Wanita desa setempat. Ada teh bunga telang, minyak VCO, dan sabun alami.
Air panas Angseri
Sekitar 16 km dari air panas Belulang ke arah utara adalah air panas Angseri. Masih dalam Kabupaten Tabanan di areal kaki Gunung Batukaru. Angseri memberikan pengalaman lebih lengkap dalam menikmati air panas. Selain kolam dan pancuran, pengelolanya menyediakan kolam-kolam kecil dalam ruang tertutup. Sedikitnya ada enam kamar pribadi yang bisa menampung berendam 5 orang.
Kolamnya berlantai semen, dan perlu biaya tambahan jika hendak memanfaatkannya. Sekitar Rp30.000/jam. Sementara kolam umum lainnya gratis, hanya membayar tiket masuk Rp15.000/orang.
Kolam privat ini cukup banyak dipesan karena bisa berendam tanpa dilihat orang lain. Namun airnya tak cukup panas jika hendak melegakan sendi-sendi tubuh. Suhunya seperti air hangat suam-suam kuku.
menarik dibaca : Mengagumi Kupu-kupu Barong, Raksasa Cantik Endemik Bali
Sensasi suhu lebih panas bisa dirasakan di kolam pemandian terbuka. Ada dua kolam di lokasi terpisah, anak dan dewasa. Ukurannya hampir sama, hanya kedalaman yang berbeda. Kolam anak berada paling depan, dengan dua pancuran. Sementara kolam orang dewasa berdampingan dengan sungai dangkal dan air terjun kecil di tebing.
Menenggelamkan tubuh sampai leher sambil berbincang dan memandang sungai membuat lupa waktu. Air terjun kecil mengucur di tebing, suaranya berpadu dengan gerak air sungai.
Di dekat kolam air panas untuk anak, ada sebuah area kolam mini dengan tugu persembahyangan serta penanda khusus sebagai kolam pengobatan. Satu keluarga sedang mandi dan berendam. Ketut Arnati, salah satu petugas mengatakan area ini diyakini sebagai tempat berobat. Ia tak tahu persis apa yang membedakan dengan kualitas air di area lainnya, namun di area itu sumber airnya berbeda. Air inilah yang ditampung dalam kolam mini dan pancuran.
Suasana sekitar air panas Angseri dibiarkan alami dengan tutupan rimbun bambu, pepohonan buah, palem, dan lainnya. Perjalanan menuju lokasi juga menyenangkan. Melewati perkampungan dan hutan di kaki gunung. Ketika tiba di parkiran, disambut patung manusia sedang berbincang dengan monyet. Patung perlambang tokoh spiritual ini menunjuk ke arah gunung.
Terlihat loket tiket masuk dan beberapa warung menjual pisang goreng dan snack. Pedagang juga menawarkan aneka sayuran hasil panen sekitar seperti kecombrang yang banyak di daerah sejuk ini, pepaya, daun kol, dan lainnya.
Jalan setapak sekitar 10 menit diteduhi aneka jenis pohon bambu dan tanaman bunga. Selain itu terlihat hamparan sawah dari kejauhan. Suara gemericik air menandai sudah tiba di areal air panas ini.
baca juga : Asyiknya Kemah Manja di Bali Jungle Camping Padangan
Hutan Terjaga
Komunitas pendaki gunung, Merbabu.com, mencatat Batukaru merupakan rute perjalanan batuan vulkanik yang mencakup lima gunung di Bali, tiga diantaranya tingginya lebih dari 2.000 m. Kebanyakan tertutup oleh hutan belantara, gunung-gunung ini disebut mempunyai tiga danau kawah, dan beberapa sumber air panas. Puncak gunung tertingginya adalah Gunung Batukaru.
Gunung Batukaru dengan ketinggian 2.276 Mdpl sudah tak aktif, jadi tak akan erupsi. Gunung ini adalah gunung tertinggi ke dua di Bali setelah Gunung Agung. Bedanya dengan Gunung Agung, Batukaru terjaga kelebatan hutannya. Karena itu menjadi lokasi untuk pelepasliaran sejumlah binatang dilindungi hasil sitaan atau pascarehabilitasi.
Pura Luhur Batukaru ada di sebelah selatan lereng gunung pada ketinggian 1.300 mdpl. Karena lokasinya yang susah dijangkau, pura ini jarang dikunjungi wisatawan. Dampaknya, lingkungan sekitar terjaga dan disakralkan.
Pendakian ke puncak Batukaru bisa dimulai dari Pura dan membutuhkan waktu sekitar 5-6 jam. Pendaki sering bermalam di dekat puncak gunung sambil menunggu munculnya matahari di ufuk timur. Kelebatan hutan bisa membuat jalan setapak tak terlihat. Diperlukan pemandu jika ingin memastikan waktu pendakian.
Vegetasi kawasan ini dikutip dari Merbabu.com, didominasi oleh Dacrycarpus imbricatus, Ficus spp., Crypteronia paniculata, Jambu-jambuan Eugenia spp., kayu bawang Dysoxylum spp. dan baros atau cempaka bulus Magnolia blumei. Beberapa penebangan dan longsoran terjadi secara alami ketika pohon-pohon roboh terguncang oleh gempa yang terjadi pada 1960-an dan 1970-an.