- Sekitar delapan warga adat Mandailing di sekitar proyek pembangkit panas bumi yang dikelola PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) keracunan, terpapar gas hidrogen sulfida (H2S) pada 16 September lalu. Mereka dilarikan ke rumah sakit-rumah sakit terdekat.
- AKBP M Reza Chairul Akbar Sidik, Kapolres Mandailing Natal mengatakan, saat warga sekitar kediaman mencium bau telur busuk kemudian sejumlah orang langsung pingsan.
- Data Kepolisian Resort Mandailing Natal sudah 100-an orang menjadi korban terhirup gas beracun proyek geothermal panas bumi ini dalam beberapa tahun belakangan.
- Syarifah Ainun, permanent member of the Chemical Engineering Degree Region Sumatera mengatakan, kebocoran pipa oanas bumi Sorik Marapi tak bisa dipandang remeh. Tiap ada kejadian dengan membawa korban ke rumah sakit dan memberikan oksigen bukan pemecahan masalah. Harus ada solusi agar tak terus jatuh korban jiwa.
Kebocoran gas di pembangkit listrik tenaga panas bumi Sorik Marapi di Sumatera Utara, terus terjadi. Pada 16 September lalu, sekitar delapan warga adat Mandailing yang tinggal di sekitar proyek yang dikelola PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) ini terpapar gas hidrogen sulfida (H2S). Mereka dilarikan ke rumah sakit-rumah sakit terdekat.
Saat warga Desa Sibanggor Julu, Kecamatan Puncak Sorik Marapi, Kabupaten Mandailing Natal tengah santai, ada yang tiba-tiba tergeletak di jalan dan menyusul yang lain. Warga yang lain pun melarikan para korban diduga terhirup gas beracun ke rumah sakit terdekat.
Data dari Kepolisian Resort Mandailing Natal, delapan orang diduga terpapar gas beracun hidrogen sulfida, dua perempuan dan enam laki-laki. Empat korban dirawat di RS Panyabungan, empat di RS Permata Madina.
Baca juga: Kebocoran Gas Beracun di Pembangkit Panas Bumi Sorik Marapi, 5 Orang Tewas
AKBP M Reza Chairul Akbar Sidik, Kapolres Mandailing Natal mengatakan, saat warga sekitar kediaman mencium bau telur busuk kemudian sejumlah orang langsung pingsan.
Bau menyengat diduga dari Wellpad Tenggo PLTP Sorik Marapi. Karena panik warga lari dan berkumpul di lapangan bola kaki di sekitar desa, Mereka sempat mendatangi lokasi diduga asal bau menyengat dan ingin bertemu dengan perusahaan. Hingga satu jam menunggu tak ada satupun di lokasi hingga kepala desa meminta warga kembali ke rumah.
Aparat gabungan dari TNI dan Polri berjaga-jaga di sekitar lokasi. Dari informasi, katanya, perusahaan tengah memasukkan kabel ke dalam sumur produksi hingga dugaan kuat bau menyengat dari sana.
Baca juga: Temuan ESDM soal Gas Beracun Sorik Marapi
Kebocoran pipa gas di panas bumi Sorik Marapi sudah berulang kali. Gas hidrogen sulfida yang keluar terhirup warga yang tinggal tak jauh dari pembangkit.
Bahkan, pada 25 Januari 2021, lima orang tewas terhirup gas beracun. Selain memakan korban jiwa, puluhan warga juga dilarikan ke rumah sakit. Pada 6 Maret 2022, kebocoran gas dari pipa juga terjadi, sedikitnya 52 orang jadi korban dan dilarikan ke rumah sakit. Tak sampai 30 hari, pipa gas bocor lagi mengeluarkan semburan lumpur panas bercampur gas beracun dan memakan korban 21 orang.
Masih terus terjadi, pada pada 24 April 2022, 21 orang jadi korban satu anak berusia enam bulan. Data Kepolisian Resort Mandailing Natal sudah 100-an orang menjadi korban terhirup gas beracun proyek geothermal panas bumi ini.
Syarifah Ainun, permanent member of the Chemical Engineering Degree Region Sumatera mengatakan, kebocoran pipa oanas bumi Sorik Marapi tak bisa dipandang remeh.
Tiap ada kejadian dengan membawa korban ke rumah sakit dan memberikan oksigen bukan pemecahan masalah. Harus ada solusi agar tak terus jatuh korban jiwa.
Dia bilang, ada dua pilihan mencegah korban terus berjatuhan, pertama, memindahkan warga, kedua, menutup dan menghentikan kegiatan perusahaan atau memindahkan ke tempat yang jauh dari manusia.
Cara-cara perusahaan dengan memberikan tali asih atau mempekerjakan di perusahaan sama sekali bukan solusi. Terpenting, katanya, bagaimana menyelamatkan nyawa manusia dan makhluk hidup di sekitar lokasi, bukan cara instan yang mengabaikan ancaman keselamatan orang Batak Mandailing ini.
Dia bilang, ada hal lebih penting, katanya, adalah efek jangka panjang dari senyawa gas hidrogen sulfida ini kalau terus terpapar.
“Kalau selama ini kita selalu mendengar kampanye gas beracun CO dari kendaraan bermotor merupakan senyawa berbahaya, ada yang lebih berbahaya lagi yaitu si senyap hidrogen sulfida yang bermain tenang dan bekerja cepat menghabisi target,” katanya.
Manusia yang terpapar langsung zat itu, katanya, bisa sebabkan banyak gangguan. Kalau terpapar bagian mata bisa menyebabkan iritasi, apabila terhirup bisa alami gangguan pernapasan dan kalau terhirup dalam jumlah besar paru-paru bisa berhenti.
Dampaknya, kata Syarifah, dapat sebabkan kematian kalau tidak ditangani serius. Dampak lain orang terpapar hidrogen sulfida, katanya, adalah insomania, kejang-kejang, pusing, gangguan tidur serta radang, termasuk menyebabkan suka marah.
Sampai sekarang, katanya, rumah-rumah warga di lingkar proyek geothermal ini tak ada alat pertolongan pertama seperti tabung oksigen dan masker kalau sewaktu-waktu terpapar gas beracun. Inisiatif perusahaan pun tak ada padahal merupakan tanggung jawab mereka menjamin keselamatan warga sekitar.
Pemerintah juga dianggap abai memperhatikan keselamatan masyarakat sekitar lokasi proyek. Hal itu terbukti, dengan masih ada pipa-pipa untuk mengambil gas alam dari perut bumi melintas di sekitar perkampungan.
Desakan Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi agar memindahkan pipa-pipa dari perkampungan dan desa sampai sekarang belum mereka laksanakan.
Luas izin WKP perusahaan dari Kementerian Energi Sumberdaya Mineral (ESDM) 62.900 hektar. Terletak di 10 kecamatan dengan listrik sekitar 240 megawatt. Proyek energi ini dikelilingi 138 desa dengan ribuan orang.
Daerah itu dihuni Suku Batak Mandailing mulai dari Nasution, Rangkuti, Hasibuan, Harahap dan Siregar.
Masyarakat adat ini sudah tinggal turun temurun. Sebagian besar mata pencaharian dari sawah, bertani tanaman lain dan berkebun.
*******