- Bencana seakan tiada jeda di Bali. Baru sampai 25 Februari tahun ini, Bali sudah alami 245 kali bencana. Terbanyak, tanah longsor, banjir, dan cuaca ekstrem.
- I made Rentin, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mengatakan, seorang warga meninggal, enam luka-luka, dan 436 bangunan rusak. Estimasi kerugian sekitar Rp17 miliar.
- BPBD menilai, pemukiman sekitar hilir sungai di Jembrana, tak layak huni. Namun warga tidak mau pindah ke tanah yang disediakan pemerintah seluas 26 hektar. Alasannya, jauh dari akses jalan, dan berada di pinggir sungai.
- Dewa Made Merthayasa dari Pos Pantau Gunung Agung mengatakan, kondisi gunung dalam keadaan normal, namun tidak disarankan naik sampai ke bibir kawah dan menginap. PVMBG juga memberikan peringatan di Gunung Batur agar membatasi aktivitas dengan tidak berlama-lama dan tak bermalam di area kawah aktif, serta tak mendekati lubang tembusan gas di sekitar kawah untuk menghindari potensi bahaya gas beracun.
Bencana seakan tiada jeda di Bali. Baru sampai 25 Februari tahun ini, Bali sudah alami 245 kali bencana. Terbanyak, tanah longsor, banjir, dan cuaca ekstrem.
Dalam disaster briefing oleh sejumlah pihak pada 27 Februari lalu, warga diminta siaga angin kencang, hujan deras sampai seminggu ke depan, dan dampak yang menyertainya.
I made Rentin, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bali mengatakan, seorang warga meninggal, enam luka-luka, dan 436 bangunan rusak. Estimasi kerugian sekitar Rp17 miliar.
Bencana paling banyak longsor, seperti terjadi di Buleleng, Badung, dan Karangasem. Tiga daerah dengan bencana terbanyak selama dua bulan ini. Dia bilang, tiap kabupaten memiliki kerentanan masing-masing, seperti Buleleng, hulu Bali ini rentan longsor yang langsung berdampak besar pada kerusakan bangunan.
Demikian juga Karangasem dengan 52 kejadian mengakibatkan satu warga meninggal dan 48 bangunan rusak. Sedangkan di Kota Denpasar, bencana terbanyak adalah kebakaran. Terutama karena korsleting listrik saat hujan mencapai puncaknya pada Februari ini.
Di Jembrana, banyak banjir, beruntun beberapa tahun terakhir. Rentin mengatakan, selain hujan deras, penyebab lain adalah alih fungsi lahan di hulu dan penebangan pohon tak terkendali. Hal ini, terlihat saat banjir bandang 2022 yang mengakibatkan korban jiwa dan ratusan rumah rusak berat dan ringan.
“Batang pohon masih sisa di pinggir sungai, pohon-pohon ini tersangkut di Jembatan Biluk Poh. Banjir bandang pun menghantam pemukiman dan sawah,” katanya.
Mereka memberikan rekomendasi relokasi karena sudah terjadi tiga kali berturut pada 2009, 2019, dan 2022 paling parah.
BPBD menilai, pemukiman sekitar hilir sungai di Jembrana, tak layak huni. Namun warga tidak mau pindah ke tanah yang disediakan pemerintah seluas 26 hektar. Alasannya, jauh dari akses jalan, dan berada di pinggir sungai.
Pemerintah memberikan bantuan dana membangun rumah Rp50 juta per keluarga, untuk 20 keluarga dengan rumah rusak atau hilang. Untuk rumah rusak berat Rp20-Rp25 juta. Sebanyak 61 keluarga dengan rumah rusak berat atau hilang di Biluk Poh saja.
Sedangkan kabupaten lain terdampak cuaca ekstrem angin kencang dan hujan lebat, antara lain, Klungkung, Gianyar, dan Tabanan.
Sementara Dewa Made Merthayasa dari Pos Pantau Gunung Agung mengatakan, kondisi gunung dalam keadaan normal, namun tidak disarankan naik sampai ke bibir kawah dan menginap.
PVMBG juga memberikan peringatan di Gunung Batur agar membatasi aktivitas dengan tidak berlama-lama dan tak bermalam di area kawah aktif, serta tak mendekati lubang tembusan gas di sekitar kawah untuk menghindari potensi bahaya gas beracun.Ancaman bencana hidrometorologi perlu menjadi atensi bersama mengingat hujan masih akan berlangsung hingga Maret 2023, meskipun intensitas dan luasan dampaknya berkurang dibandingkan Februari 2023.
Kejadian bencana tahun ini lebih sedikit dibanding periode sama tahun 2022, sebanyak 348 kejadian. Hanya saja, ada peningkatan estimasi kerugian Rp 17 miliar dibanding Rp6 miliar tahun lalu. Kerugian ini didominasi dari bangunan rusak berat karena tanah longsor.
BPBD Bali berharap, simulasi kesiapsiagaan bencana rutin tiap 26 sesuai Surat Keputusan Gubernur pada 2021. Saat ini, sarana dan prasarana tanggap bencana dinilai cukup, misal, Tim Reaksi Cepat (TRC) dan Tim Pusdalops yang bertugas 24 jam.
Ada juga sirine peringatan dini tsunami, gunung api, pencatatan gempa bumi real time, alat SAR, dan lain-lain.
Dia bilang, perubahan cuaca makin memudahkan bencana di Bali beberapa tahun ini. Banjir dan longsor, menyebabkan kerugian jiwa dan material. Pesisir juga abrasi karena sejumlah sebab, seperti di Kuta sedang ada penataan sejumlah fasilitas.
******