- Yangtze finless porpoise adalah satu-satunya porpoise air tawar di dunia. Spesies ini merupakan keluarga cetacea termasuk lumba-lumba dan paus.
- Selama ribuan tahun porpoise ini telah hidup di perairan air tawar. Makanan mereka adalah berbagai ikan. Tetapi ketika manusia mulai menetap di sepanjang sungai, kedekatan porpoise dengan manusia telah menempatkannya dalam bahaya.
- Habibat porpoise tanpa sirip itu terancam punah. Populasinya sempat mengalami penurunan akibat dari penambangan pasir, polusi, dan kerusakan habitat.
- Pemerintah Tiongkok membuat kebijakan pemulihan Sungai Yangtze. Populasinya kini meningkat dari 1.012 menjadi 1.249 selama lima tahun terakhir.
Yangtze finless porpoise atau porpoise tanpa sirip Yangtze telah hidup ribuan tahun di Sungai Yangtze, Tiongkok. Porpoise seringkali dikira lumba-lumba. Hal itu bisa dimaklumi karena porpoise dan lumba-lumba serta paus merupakan satwa mamalia air dalam satu ordo cetacea.
Meskipun satu kerabat dengan lumba-lumba, Yangtze finless porpoise (Neophocaena asiaeorientalis asiaeorientalis) sangat mudah dibedakan sebab mereka tak memiliki sirip. Sekalipun satwa ini temasuk ordo cetacea tetapi ada perbedaan dari sisi habitatnya. Jika lumba-lumba biasa hidup di laut, mereka berhabitat di air tawar.
Analisis genetik menunjukkan bahwa porpoise tanpa sirip Yangtze memasuki sungai air tawar antara 5.000 dan 40.000 tahun yang lalu. Barangkali porpoise tanpa sirip ini membuktikan adanya evolusi dari makhluk hidup.
Kini, porpoise tanpa sirip termasuk hewan terancam punah (critically endangered). Penangkapan ikan berlebihan, aktivitas lalu lintas pengiriman kapal, dan polusi lingkungan sebabkan penurunan populasinya.
Nasib tidak mengenakan itu dipengaruhi oleh lambatnya reproduksi mereka. Sebab porpoise tanpa sirip hanya rata-rata berkembang biak setiap 18 bulan sekali. Alhasil spesies ini memiliki peluang 86% untuk punah pada abad berikutnya.
“Sudah lama diketahui bahwa porpoise tanpa sirip Yangtze adalah yang paling terancam punah dari kelompok taksonominya,” kata Richard Sabin, seorang kurator Museum Mamalia dari Natural History Museum, Kamis (8/6/2023).
baca : Mamalia Malang yang Terjaring Nelayan Itu Porpoise…
Ancaman penambangan pasir menambah peluang kepunahan itu. Dalam Proceedings of The Royal Society yang diterbitkan pada 11 Januari 2023, disebutkan bahwa penambangan pasir di Danau Dongting, Tiongkok, mengganggu habibat dari porpoise tanpa sirip.
Penambangan pasir membuat kontak mereka dengan danau terganggu. Ditambah lagi, lalu lintas air untuk transportasi tambang pasir semakin menghalangi wilayah jelajah mereka.
Upaya Pemulihan Porpose Air Tawar Satu-Satunya di Dunia
Kendati beberapa dekade mengalami penurunan populasi, harapan bersemi dari kebijakan Kementerian Pertanian dan Urusan Pedesaan Tiongkok. Dikutip dari laporan World Wide Fund for Nature (WWF), hasil dari sensus terbaru menunjukkan bahwa populasi porpoise tanpa sirip Yangtze telah meningkat dari 1.012 ekor menjadi 1.249 ekor selama lima tahun terakhir.
Di alam, populasi mereka meningkat lebih dari 23 persen. Hal ini membuktikan bahwa upaya konservasi bersama menyelamatkan satu-satunya porpoise air tawar di dunia dari kepunahan membuahkan hasil.
Hasil ini cukup melegakan. Sebab selaras dengan upaya puluhan tahun oleh pemerintah setempat memulihkan Sungai Yangtze melalui Undang-Undang Perlindungan Sungai Yangtze.
baca juga : Di Ujung Kepunahan: Mamalia Laut Terkecil di Dunia Tersisa 10 Individu
Selama beberapa dekade terakhir populasi mereka telah anjlok. Namun kini, kebijakan konservasi yang pro lingkungan memberikan dampak yang signifikan bagi kelestarian satwa istimewa seperti porpoise tanpa sirip.
Instrumen hukum ternyata efektif melestarikan habitat porpoise tanpa sirip. Survei terbaru di tahun 2022, menemukan populasi 595 lumba-lumba tanpa sirip di arus utama Sungai Yangtze, 492 di Danau Poyang dan 162 di Danau Dongting.
“Tapi masih ada pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan kelangsungan hidup jangka panjang spesies ikonik ini yakni tentang bagaimana meminimalisir pelanggaran yang telah ditertibkan. Yang penting situasi hari ini menumbuhkan harapan bahwa kesadaran konservasi jika dibarengi upaya secara kolektif akan berhasil,” kata Lunyan Lu, CEO WWF Tiongkok.
baca juga : IUCN Red List : Pesut dan Finless Porpoise Terancam Punah
Sumber : nhm.ac.uk, panda.org, dan royalsocietypublishing.org