- Kasus rabies perlu penanganan serius di Nusa Tenggara Timur.
- Penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian vaksin pada hewan peliharaan.
- Stok vaksin rabies di Kementerian Pertanian sebanyak 184.500 dosis. Sebanyak 5.500 dosis berada di Pusat dan 179.000 dosis di NTT.
- Hewan utama penular rabies ke manusia adalah anjing, kelelawar, kucing, dan monyet. Virus rabies dapat menular melalui air liur, gigitan, atau cakaran hewan yang tertular rabies.
Theresia Seja [69], warga Dusun Waturesa, Desa Wolorega, Kecamatan Paga, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur [NTT], meninggal di Rumah Sakit Umum Daerah [RSUD] TC Hillers Maumere, Sabtu [16/12/2023], saat menjalani perawatan akibat tertular rabies.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka, Hengki Sali menjelaskan, korban digigit anjing di jari tangan kanannya pada 20 September dan baru dibawa ke puskesmas 12 Oktober.
“Pasien hanya dirawat semalam.”
Hengki mengatakan, saat dirawat di RSUD korban menunjukkan gejala rabies, seperti gelisah, takut angin dan air, serta bicara melantur.
“Kondisinya menurun hingga meninggal.”
Theresia merupakan korban kelima. Sebelumnya, empat anak di Sikka meninggal dengan kasus terakhir AD [10], Jumat [11/8/2023].
Bukan hanya di Pulau Flores, rabies juga melanda Pulau Timor. Hingga Jumat [8/12/2023], terdata 310 kasus di Kabupaten Timor Tengah Utara [TTU], yang merenggut 2 nyawa di 2 kecamatan, dari 17 kecamatan sebaran rabies.
Di Timor Tengah Selatan [TTS], juga terdata 1.774 kasus rabies, hingga Selasa [7/11/2023]. Jumlah korban meninggal sebanyak 11 orang.
Baca: Cegah Penularan, Sikka Tetapkan Kejadian Luar Biasa Rabies
Kasus
Sekertaris Komite Rabies Flores Lembata [KRFL] Asep Purnama, mengatakan virus rabies bisa hidup di semua binatang berdarah panas. Anjing yang paling banyak tertular dan menularkan ke manusia melalui gigitan [99%]. Hingga Oktober 2023, terdata 25 kematian manusia akibat rabies di NTT.
“Untuk mengetahui keberadaan virus rabies di suatu daerah, sebaiknya kita fokus pada anjing.”
Seekor anjing diduga tertular rabies, jika menggigit seseorang hingga beberapa korban tanpa provokasi. Untuk itu, lakukan observasi pada anjing tersebut setelah menggigit, selama 14 hari.
“Bila dalam jangka waktu tersebut mati, patut diduga ada virus rabies.”
Bila anjing dibunuh karena sangat agresif dan berpotensi menggigit korban lain, segera lakukan pemeriksaan otaknya. Fluorescent Antibody Technique [FAT] bisa memastikan apakah anjing tertular atau tidak.
“Jika hilang atau kabur setelah menggigit, bisa dianggap sebagai anjing rabies.”
Asep menegaskan, kita jangan hanya menangani korban gigitan. Perlu juga analisa, untuk mengetahui apakah daerah kita terancam rabies atau tidak. Rabies seperti penyakit menular lain, penyebaran bisa cukup jauh karena daya jelajah anjing 2 hingga 10 km.
“Rabies merebak di Kelurahan Sarotari, Flores Timur, Pulau Flores, tahun 1997. Dalam 3 tahun sudah menyebar di 9 kabupaten, di Pulau Flores dan Lembata. Harus ada langkah cepat mengatasinya,” terangnya.
Baca: Bali Helat Uji Coba Vaksin Oral Rabies Pertama di Indonesia
Darurat rabies
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kementerian Pertanian, mengupayakan pencegahan penyakit rabies di NTT. Tercatat, hingga 20 November 2023, kasus gigitan hewan penular rabies [GHPR] pada manusia di Kabupaten TTU dan TTS, mencapai 1.823 kasus dan di Pulau Flores 12.941 kasus.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan [PMK], Muhadjir Effendy, menjelaskan, vaksinasi Rabies di NTT baru terealisasi 17,59%.
“Perlu disiapkan alokasi dana siap pakai untuk operasional penanganan rabies, guna penambahan vaksin, peralatan, pelatihan petugas, sosialisasi, dan pendampingan,” jelasnya, dikutip dari situs Kementerian Pertanian.
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan [Dirjen PKH], Nasrullah mengatakan, stok vaksin rabies di Kementerian Pertanian sebanyak 184.500 dosis.
Rinciannya, sebanyak 5.500 dosis berada di Pusat dan 179.000 dosis di NTT.
“Vaksinasi dilakukan dengan target minimal 70% dari seluruh populasi anjing di seluruh wilayah tertular rabies, termasuk di NTT,” paparnya.
Baca juga: Waspada, Ada Penyakit Zoonosis di Sekitar Kita
Di Indonesia, mengutip alodokter, rabies atau yang dikenal dengan “penyakit anjing gila” masih menjadi masalah yang mengancam kesehatan masyarakat. Meski demikian, penyakit ini dapat dicegah dengan pemberian vaksin pada hewan peliharaan.
Hewan utama penular rabies ke manusia adalah anjing, kelelawar, kucing, dan monyet. Virus rabies dapat menular melalui air liur, gigitan, atau cakaran hewan yang tertular rabies.