- Jumlah spesies burung endemis di Indonesia bertambah 10 spesies pada tahun 2024, menjadi 1.836 spesies.
- Penambahan ini terjadi karena beberapa faktor, termasuk identifikasi spesies baru dan pemecahan taksonomi.
- Indonesia menjadi negara dengan kekayaan spesies burung endemis terbanyak di dunia, dengan 542 spesies.
- Sebagian besar spesies endemis Indonesia tersebar di Sulawesi, Maluku, dan Nusa Tenggara. Pulau Kalimantan memiliki spesies endemis paling sedikit, yaitu 6 spesies.
Burung Indonesia mengeluarkan rilis terbaru yang mencatat bahwa jumlah spesies burung endemis di Indonesia bertambah. Bila tahun 2023 tercatat 1.826 spesies, maka pada tahun 2024 bertambah 10 spesies atau menjadi 1.836 spesies. Para peneliti mengkonfirmasi bahwa spesies-spesies yang sebelumnya belum pernah tercatat di Indonesia, akhirnya bisa diidentifikasi.
Identifikasi yang didapat merupakan hasil penelusuran dari berbagai sumber, seperti publikasi ilmiah, catatan tervalidasi pengamat burung, hasil diskusi dengan lembaga penelitian dan universitas. Adapun hasil diskusi yang dilakukan melibatkan ahli konservasi, taksonomi dan ekologi. Selain itu, berdasarkan panduan Handbook of the Birds of The the World (HBW) dan Birdlife International (HBW & BirdLife International, 2023)
“Perubahan tersebut disebut turut mempengaruhi jumlah spesies burung endemis di Indonesia, yaitu bertambah satu spesies dimana tahun sebelumnya berjumlah 541 spesies. Untuk itu, tahun 2024 ini jumlahnya bertambah 542 spesies,” ungkap Ria Saryanthi, Conservation Partnership Adviser Burung Indonesia, melalui keterangan tertulis, belum lama ini.
Adanya pemecahan taksonomi yang terjadi turut mempengaruhi jumlah dan komposisi spesies burung endemis Indonesia. Dari 15 spesies yang baru masuk ke dalam daftar di priode ini, empat diantaranya tersebar terbatas di wilayah Indonesia.
Baca : Burung Prasejarah yang Diyakini Punah Seabad Lalu, Kini Kembali ke Alam Liar
Burung Endemis Terbanyak di Dunia
Dengan 542 spesies endemis yang didapati itu, Indonesia disebut menjadi negara dengan kekayaan spesies burung endemis terbanyak di dunia. Dalam studi Sukamtoro, et al pada 2007 menyebutkan, negara yang memiliki lebih dari 17.000 pulau ini dikenal mempunyai tujuh wilayah avifauna dimana masing-masing wilayah mempunyai keunikan dan keragaman spesies burung.
Spesies endemis juga tersebar relatif tidak merata antar wilayah avifauna. Sebagian besar spesies endemis Indonesia tersebar di Sulawesi (169 spesies, 31 persen), diikuti Maluku (23 persen), dan Nusa Tenggara (20 persen).
Hal ini menandakan Wallacea yang melingkupi ketiga wilayah tersebut sebagai hotspot spesies burung endemis Indonesia. Sementara Pulau Kalimantan menjadi wilayah sebaran spesies endemis paling sedikit (6 spesies, 1 persen). Hal ini disebabkan sebagian besar spesies burung endemis pulau yang bakal menjadi ibukota Indonesia ini juga tersebar di wilayah negara tetangga yaitu Malaysia.
Menurut Ria, terdapat sembilan spesies burung yang menjadi hasil pemecahan taksa dari delapan spesies burung, sementara burung endemis ini didefinisikan sebagai spesies burung yang hanya tersebar di dalam batas wilayah administrasi Indonesia.
Diantara adalah burung kacamata morotai (Zosterops dehaani) yang dipisahkan dari kacamata halmahera (Zosterops atriceps) berdasarkan perbedaan morfologi, bioakustik, dan ekologi menjadi salah satu contohnya.
Baca juga : Kasuari, Burung Purba Penjaga Hutan Papua
Pada tahun ini, juga terdapat lima spesies burung yang menjadi catatan baru untuk wilayah Indonesia, seperti camar paruh-ramping (Larus genei), uncal Kalimantan (Macropygia tenuirostris), petrel kermadec (Pterodroma neglecta), penggunting-laut hitam (Ardenna grisea), dan seriwang india (Terpsiphone paradisi).
“Informasi kehadiran camar paruh-putih (Larus genei) terpantau oleh pengamat saat burung tersebut sedang bermigrasi di wilayah Sumatra Selatan. Sedangkan untuk catatan kehadiran empat spesies lainnya didapatkan dari penggalian data hasil observasi lapangan yang dikumpulkan oleh para pengamat burung di platform sains warga bernama eBird,” jelasnya.
Ia juga menyampaikan, di tahun 2024 ini perubahan status keterancaman spesies burung kerapkali terjadi. Berdasarkan data evaluasi Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN) oleh BirdLife International, terdapat perubahan status keterancaman pada 62 spesies burung di Indonesia.
Perubahan itu terdiri dari 40 spesies burung yang mengalami penurunan status keterancaman. Sebanyak 14 spesies baru berhasil dievaluasi dan ditetapkan statusnya, termasuk sembilan spesies baru hasil pemecahan takson.
“Kemudian ada delapan spesies yang status keterancamannya menjadi lebih tinggi,” tuturnya.
Baca juga : Dedikasi Jamal Adam Menjaga Burung Tetap Ada di Tidore
Sains Warga Sangat Membantu
Menanggapi bertambahnya jumlah spesies burung di Indonesia oleh Burung Indonesia, Walid Rumblat, Dosen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta mengatakan, penambahan jumlah spesies burung itu sangat mungkin terjadi mengingat Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman hayati yang tinggi.
Ia pun memprediksi, dari tahun ke tahun jumlah spesies burung di negara berlambang burung garuda ini akan terus bertambah seiring dengan semakin masifnya penelitian-penelitian tentang burung dilakukan.
“Apalagi saat ini kan makin banyak bermunculan sains warga atau pengamat burung lokal. Keberadaan mereka tentu sangat membantu dalam mendokumentasikan keanekaragaman burung-burung yang ada di Indonesia,” jelasnya saat dihubungi Mongabay, Selasa (02/04/2024).
Lebih-lebih data-data saat ini dipermudah oleh teknologi, informasi bisa tersampaikan begitu cepat, orang foto bisa langsung unggah dan share di sosial media. Artinya, kontribusi ilmuwan warga melalui beragam platform sains warga juga bisa semakin diperhitungkan.
Sejalan dengan hal itu, Achmad Ridha Junaid, Biodiversity Conservation Officer Burung Indonesia menyampaikan, data yang dikumpulkan secara sukarela oleh ilmuwan warga bisa menjadi salah satu rujukan valid dalam memantau keragaman burung di Indonesia.
“Atas dasar itu pula Burung Indonesia membuat platform sains warga AMATISEKITAR. Ini dilakukan untuk membuka peluang seluas-luasnya bagi masyarakat yang ingin berkontribusi pada perbaruan data dan informasi tentang keanekaragaman burung,” tandasnya. (***)