- Krisis iklim menyebabkan pencairan es di kutub, meningkatkan permukaan air laut dan memusatkan massa air di sekitar ekuator.
- Pergeseran massa air ini memperlambat rotasi bumi, mirip dengan penari balet yang merentangkan tangannya. Perlambatan ini semakin besar karena pencairan es di Greenland dan Antartika.
- Universal Time Coordinated (UTC) perlu disesuaikan pada tahun 2029 untuk mengakomodasi perlambatan ini.
- Faktor lain yang mempengaruhi rotasi bumi: angin, arus laut, perubahan bentang alam, gaya gravitasi, dan gempa bumi.
Salju di kutub mencair gara-gara krisis iklim. Berakibat permukaan air laut naik, dan massa airnya berkumpul di sekitar ekuator. Kita tahu, krisis iklim lebih banyak disebabkan karena ulah manusia. Nah, gara-gara ulah manusia ini, rotasi bumi kena getahnya. Perputaran bumi pada porosnya jadi melambat. Kok bisa?
Agar mudah memahaminya, bayangkan penari yang berputar di atas seluncur es sambil merentangkan kedua tangannya, menyilangkan ke dada, lalu kembali merentangkan kedua tangannya. Kecepatannya berubah dari lambat, semakin cepat, lalu kembali melambat. Banyaknya air yang mengumpul di sekitar equator itu mirip dengan penari balet yang merentangkan kedua tangan tadi.
“Ini menunjukkan hukum kekekalan momentum angular, sebuah prinsip yang berlaku pada semua obyek yang berputar termasuk bumi,” kata Duncan Agnew, ahli geofisika di Scripps Institution of Oceanography, California, penulis makalah yang diterbitkan jurnal Nature, Maret 2024.
Menurutnya, krisis iklim memaksa kita memperbaiki patokan waktu yang digunakan selama ini. Sebenarnya rotasi bumi secara umum diakui terjadi perlambatan. Setidaknya sejak dunia sepakat menyelaraskan perhitungan waktu resmi berdasar jam atom dan kecepatan rotasi bumi.
Namun analisis Duncan menyebut bahwa laju penurunan kecepatan rotasi bumi kali ini ternyata semakin besar. Gara-garanya, pencairan es di Greenland yang berada di kutub utara dan Antartika yang berada di kutub selatan meningkat. Sehingga Universal Time Coordinated (UTC) yang dulu bernama Greenwich Mean Time (GMT) itu harus disesuaikan pada 2029 nanti.
Baca : Bagaimana Jika, Bumi Benar-benar Datar?
Kecepatan rotasi planet bumi sendiri memang tidak konstan. Kadang cepat, lebih sering melambat. Menurut para ahli, waktu yang dibutuhkan bumi untuk berputar dalam porosnya yang kemudian kita sebut sebagai satu hari sebenarnya adalah 23 jam 56 menit 4 detik. Namun kita menganggap dalam sehari ada 24 jam atau 86.400 detik.
Sebenarnya banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan rotasi bumi. Beberapa di antaranya angin dan arus laut, perubahan bentang alam, gaya gravitasi oleh matahari dan bulan, juga gempa bumi. Peristiwa gempa bumi pada 2004 di Aceh pada 26 Desember 2004, tepatnya di dasar Samudera Hindia lepas pantai Sumatera yang menyebabkan tsunami juga berpengaruh. Menurut Duncan, peristiwa gempa itu membuat bumi berputar sedikit lebih cepat. Namun ini tidak sebanding dengan perlambatan yang diakibatkan oleh krisis iklim.
Pada kenyataannya, perputaran bumi semakin hari memang cenderung melambat. Sekitar 620 juta tahun lalu waktu dalam sehari hanya 21 jam, kata Rosemary Mardling, seorang ahli astrofisika dari Monash University, Australia. Sementara era dinosaurus yang ada pada 250 juta tahun lalu hingga 65 juta tahun lalu kemungkinan lebih lama lagi namun masih kurang dari 24 jam, yaitu mendekati 23 jam dalam seharinya.
Perubahan waktu rotasi bumi ini membawa sejumlah konsekuensi. Mau tidak mau secara berkala kita harus melakukan penyesuaian waktu. Lembaga yang mengumumkan adanya perubahan waktu itu bernama International Earth Rotation and Reference System Service (IERS) yang berpusat di Frankfurt, Jerman.
Selisih waktu gara-gara krisis iklim itu tidaklah besar. Meski demikian lebih lambat satu detikpun angka itu bisa menimbulkan masalah. Beberapa aktivitas manusia berlandaskan pada perhitungan waktu yang rigid. Misalnya pada dunia penerbangan, perdagangan saham, perbankan, juga aktivitas yang mengandalkan pada jaringan komputer. Sehingga banyak pihak harus mengantisipasi perubahan pencatatan waktu ini.
Baca juga : Studi: Setengah Gletser di Bumi Diperkirakan Hilang Tahun 2100
Sejak 1960-an, dunia menggunakan standar waktu dari jam atom yang berdetak berdasar frekuensi cahaya yang dipancarkan atom. Ketepatannya jangan bandingkan dengan jam buatan manusia bertenaga pegas, atau jam pasir dari abad kedelapan SM.
Jam atom model terbaru yang menggunakan strontium ini ketepatannya mencapai 1/15 milyar detik setiap tahun. Sementara temuan jam atom yang digunakan pada 1960-an masih bisa meleset 1 detik setiap 3000 tahun. Agar bisa digunakan, perhitungan waktu tersebut masih harus dikalibrasi dengan UTC supaya singkron dengan waktu alami planet bumi.
Apakah rotasi bumi yang melambat menyebabkan dunia kehilangan waktunya dan mempengaruhi hidup manusia?
Kenyatannya, manusia tidak merasakannya dan kehidupan berjalan seperti biasa. Namun yang jelas dampak perubahan iklim semakin terasa. Misalnya, frekuensi bencana alam semakin tinggi, kenaikan air laut, cuaca yang makin sulit diprediksi, suhu yang menghangat, kekeringan, merebaknya penyakit, dan hingga rusaknya infrastruktur.
Duncan berharap, analisis pengaruh krisis iklim terhadap ketepatan waktu ini akan membuat semua orang tergerak untuk mengambil tindakan. Menurutnya, ini adalah cara yang bagus untuk menyadarkan orang betapa besar masalah krisis iklim bagi planet bumi. (***)
Umat Manusia Hanya 0,01 Persen dari Kehidupan Planet Bumi. Apa 99,99 persennya?