- Ribuan hektar persawahan di rawa lebak di Kabupaten OKI terancam gagal tanam. Penyebabnya, ribuan sawah tersebut masih digenangi air karena hujan terus turun.
- Pada 2010-2014 lalu, Kabupaten OKI juga mengalami gagal tanam. Sekitar 7.998 hektar lahan sawah rawa lebak tidak dapat ditanam akibat debit air yang tidak kunjung surut.
- Pada Maret-April 2024, ratusan hektare sawah di Sumatera Selatan juga gagal panen. Misalnya pada 400 hektar persawahan di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin.
- Perubahan iklim global dan rusaknya bentang alam lahan basah Sungai Musi, menyebabkan masyarakat di lahan basah Sungai Musi mengalami kesulitan melakukan aktivitas pertanian, perikanan dan peternakan, baik di musim kemarau maupun penghujan.
Hujan yang mengguyur wilayah lahan basah Sumatera Selatan, dari Desember 2023 hingga saat ini, membuat warga di Kecamatan Pampangan, Kabupaten Ogan Komering Ilir [OKI], Sumatera Selatan, belum menanam padi. Ribuan hektar sawah rawa lebak masih tergenang air.
“Seharusnya kami menanam pada Februari atau Maret. Tapi air di sawah masih tinggi. Belum tahu sampai kapan,” kata Angkut Join, Kepala Desa Bangsal, Kecamatan Pampangan, Kabupaten OKI, Sumatera Selatan, kepada Mongabay Indonesia, pertengahan April 2024.
Luas sawah di Desa Bangsal sekitar 400 hektar yang dimiliki 50-an kepala keluarga.
“Saya dan beberapa warga sudah ngerencam [melakukan pembibitan padi]. Semoga Mei atau Juni bisa ditanam,” kata Muhammad Husin, warga Desa Bangsal.
Dijelaskan Husin, bukan hanya sawah di desanya yang tergenang. Hampir semua sawah rawa lebak di Kecamatan Pampangan terendam, sehingga belum dapat ditanam.
Berdasarkan data Kecamatan Pampangan Dalam Angka 2017, luas sawah rawa lebak di Kecamatan Pampangan mencapai 8.924 hektar. Persebarannya ada di Desa Ulak Kemang [896 hektar], Desa Ulak Kemang Baru [465 hektar], Desa Sepang [965 hektar], Desa Keman [887 hektar], Desa Keman Baru [187 hektar], Desa Ulak Pianggu [379 hektar], Desa Kandis [823 hektar], Desa Ulak Depati [253 hektar], Desa Tapus [1.176 hektar], Desa Pulau Layang [896 hektar], Desa Kuro [645 hektar], Desa Bangsal [400 hektar], Desa Menggeris [424 hektar], dan Pulau Betung [528 hektar].
Umumnya, persawahan di Kecamatan Pampangan sekali panen setahun. Berdasarkan data BPS OKI 2016, produksi padi di Kecamatan Pampangan sebesar 8.734 ton.
Persawahan rawa lebak di Kecamatan Pampangan tergantung tadah hujan, serta mengandalkan mesin saat musim kemarau guna mendapatkan air dari sungai.
“Kami belum menanam. Lihatlah, sawah seperti danau itu. Semoga, Mei ini sudah surut dan sekarang kami baru ngerencam,” kata Solmi, warga Desa Pulau Layang.
Dijelaskan Romi, selama 15 tahun terakhir, persawahan di daerahnya selalu menghadapi kendala. Baik di musim penghujan maupun kemarau.
“Tahun 2023 akibat kemarau panjang [El Nino], nyaris gagal panen,” katanya.
Masyarakat di Kecamatan Sirah Pulau Padang juga belum melakukan menanam padi.
“Banyu mase dalam [air masih tinggi],” kata Farel, warga Desa Terusan Menang, Kecamatan Sirah Pulau Padang.
Dijelaskan Farel, air di persawahan keluarganya di Lebak Belanti, setinggi dada orang dewasa.
Luas Lebak Belanti diperkirakan belasan ribu hektar. Sebagian besar lebak ini dijadikan persawahan oleh ratusan kepala keluarga dari beberapa desa di Kecamatan Sirah Pulau Padang.
Mengulang 2014
Tahun 2014 lalu, Dinas Pertanian Kabupaten OKI, merilis data yang menyebutkan selama empat tahun [2010-2014], sekitar 7.998 hektar lahan sawah rawa lebak gagal tanam akibat debit air yang tidak kunjung surut.
Persawahan gagal tanam tersebut meliputi Kecamatan Kota Kayuagung [2.550 hektar], Kecamatan Sirah Pulau Padang [2.490 hektar], Kecamatan Jejawi [813 hektar], serta Kecamatan Pampangan [2.145 hektar].
Dampaknya, Kabupaten OKI mengalami penurunan produksi gabah kering hingga 32 ribu ton setiap tahun [2010-2014].
“Kalau air masih menggenangi sawah hingga Mei, kemungkinan besar seperti kejadian 2013 dan 2014 lalu, warga kami tidak bisa menanam,” kata Angkut.
Di sisi lain, Angkut juga mencemaskan La Nina, yang diperkirakan muncul pertengahan 2024.
“Kami pernah membaca sejumlah berita, katanya tahun ini ada La Nina. Takutnya, hujan tidak pernah berhenti,” jelasnya.
Gagal panen
Ratusan hektar persawahan rawa lebak di Desa Gelebak Dalam, Kecamatan Rambutan, Kabupaten Banyuasin, gagal panen karena tergenang air.
“Pada Maret-April sekitar 400 hektar sawah di sini gagal panen. Selama tiga bulan sawah digenangi air, yang mencapai pinggang orang dewasa,” kata Hendri Sani, pengelola penggilingan padi di Desa Gelebak Dalam.
Luas persawahan di Desa Gelebak Dalam mencapai 800 hektar. Setiap tahun dihasilkan ribuan ton gabah kering dari hasil panen dua kali setahun.
Sementara, 400 hektar sawah yang dapat dipanen itu sebelumnya mengalami penurunan produksi. “Kalau biasanya menghasilkan lima ton per hektar, kini kisaran 1-2 ton gabah kering per hektar,” kata Hendri yang pernah menjabat Kepala Desa Gelebak Dalam.
Persawahan yang gagal panen tersebut berada di wilayah rawa pasang surut, sementara yang berhasil panen di rawa lebak.
Berdasarkan pemantauan Mongabay Indonesia, meskipun ketinggian air dalam beberapa bulan ke depan tidak dapat diprediksi, sejumlah warga tetap melakukan penanaman.
“Semoga air tidak naik lagi, sehingga padi yang ditanam tidak busuk,” kata Ahmad, warga Desa Gelebak Dalam.
Pada Januari 2024, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Selatan, menginformasikan luas persawahan yang rusak dan gagal panen akibat banjir mencapai 1.978 hektar dari 11,3 ribu hektar persemaian padi.
Wilayahnya tersebar di Kabupaten OKI, Kabupaten Musi Rawas, Kabupaten Musi Banyuasin, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Kabupaten Empat Lawang, Kabupaten Musi Rawas Utara, dan Kabupaten PALI [Penukal Abab Lematang Ilir].
“Dari total tersebut, tidak bisa panen sebanyak 939,2 hektar pertanaman dan 1,6 hektar persemaian,” kata Bambang Pramono, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Selatan, yang dikutip Kantor Berita RMOLSumsel, Kamis [25/1/2024].
Hujan susah, kemarau susah
Perubahan iklim yang membuat cuaca menjadi esktrem, baik di musim kemarau maupun penghujan, sangat berdampak bagi masyarakat yang hidup di wilayah basah Sungai Musi, khususnya di sekitar rawa lebak.
Aktivitas ekonomi dari pertanian, perikanan, dan peternakan terganggu.
“Populasi ikan terus berkurang. Kami bersawah juga mengalami kesulitan, termasuk peternakan kerbau rawa. Kerbau rawa banyak yang mati karena kelaparan dan wabah penyakit, baik di musim kemarau maupun penghujan,” kata Angkut.
Dikatakan dia, bukan hanya perubahan iklim yang menyebabkan masyarakat di desanya maupun desa lainnya di Kabupaten OKI mengalami kesulitan bertani, berkebun, dan beternak.
“Banyak rawa lebak rusak atau berubah fungsi menjadi perkebunan sawit. Banyak kanal dibuat sehingga distribusi air terganggu. Hutan juga hilang, sehingga daerah resapan air berkurang. Semua itu menjadi faktor utama. Hujan atau kemarau ekstrem memperparah kondisi alam,” tegasnya.
Berdasarkan data HaKI, luas lahan basah di Kabupaten OKI sekitar 1,4 juta hektar. Sekitar 647.766 hektar rawa gambutnya berubah fungsi. Dijadikan perkebunan sawit seluas 74.057 hektare, HTI seluas 397.574 hektar, serta sekitar 176.135 hektar menjadi permukiman [transmigran], perkebunan rakyat, lokasi pabrik, dan jalan.
Di Sumatera Selatan rawa lebak mencapai 1,35 juta hektar, sementara 1,6 hektare berupa rawa pasang surut. Sebagian rawa lebak dan rawa pasang surut tersebut, selain menjadi lokasi pencarian ikan air tawar, juga dijadikan persawahan dan pengembalaan kerbau rawa oleh masyarakat.
Tahun Ini, Sebagian Persawahan di Rawa Gambut Sumsel Terancam Gagal Panen