Gugah Kepedulian Bersama Selamatkan Harimau Sumatera

Hari Harimau Sedunia, jatuh setiap 29 Juli 2016,  kembali dirayakan pada 8 kota di Indonesia. Jambi, salah satu kota tempat perayaan Hari Harimau Sedunia ini digagas Forum Harimau Kita (FHK) bersama relawan Kawan Imau dan Tiger Heart.

Ada aksi damai di Jembatan Gentala Arasy, Jambi pada 6 Agustus lalu. Lalu, ditutup Minggu, (14/8/16), lomba mewarnai, pembuatan poster, penggalangan dukungan terhadap pelestarian harimau Sumatera oleh masyarakat Jambi berupa cap tangan dan berbagai atraksi seni dari beberapa komunitas seni.

Acara dihadiri Gubernur Jambi, Zumi Zola ini bertempat di Lapangan Kantor Gubernur Jambi. “Ini pendidikan lingkungan bagus bagi masyarakat Jambi terutama anak-anak. Agar kelak mereka dapat berperan melestarikan harimau Sumatera” katanya.

Dia mengatakan, penyadartahuan mengenai penyelamatan harimau Sumatera penting demi kelestarian satwa ini. Zola juga membubuhkan tangan sebagai dukungan pelestarian harimau Sumatera.

Tahun ini, Hari Harimau mengusung tema ”Perberat Hukuman Pelaku Perdagangan Harimau Sumatera” dengan jargon #BuruPemburu sebagai sebuah bentuk kampanye mengajak masyarakat luas mendorong para penegak hukum menjatuhkan hukuman maksimal.

Inisiatif kampanye  ini muncul dari keprihatinan penggiat konservasi harimau karena populasi harimau terus menurun. Habitat hilang dan perburuan menjadi penyebab utama populasi harimau berkurang. Permintaan harimau dan organ tubuh menyebabkan perburuan marak.

Purwanto, Plh Kasubbag Tata Usaha BKSDA Jambi mengatakan, mayoritas peminat harimau baik kulit, awetan atau organ tubuh adalah masyarakat kalangan atas dan para pejabat. Terbukti, saat operasi tangkap tangan di Kabupaten Bungo Maret lalu, tim gabungan dari polisi dan Seksi II Balai Penegakan Hukum Lingkungan Hidup dan Kehutanan Sumatera mengamankan harimau awetan diduga milik anggota DPRD Jambi.

Zola mengatakan,  pemerintah daerah memberikan imbauan kepada seluruh pejabat jika memiliki harimau awetan atau organ lain harimau agar menyerahkan pada pihak berwenang.

FHK juga akan mendorong agar imbauan ini segera terealisasi. “Kami dorong imbauan gubernur tak hanya lisan juga berbentuk surat edaran,” kata Yoan Dinata, Ketua FHK.

Kampanye penyelamatan harimau Sumatera pada Hari Harimau Dunia di Banda Aceh. Foto: Chik Rini
Kampanye penyelamatan harimau Sumatera pada Hari Harimau Dunia di Banda Aceh. Foto: Chik Rini

 

 

Penegakan hukum

Untuk menekan populasi harimau Sumatera,  pemerintah dan para penggiat konservasi terus upaya penegakan hukum terhadap perdagangan satwa liar ilegal khusus harimau Sumatera.

Pada 2 Agustus, tim Subdit Tipidter Ditreskrimsus Polda Jambi,  bekerja sama dengan Seksi II Balai Gakkum LHK Sumatera,  berhasil meringkus dua pelaku perdagangan satwa ilegal.

Dari dua tersangka, Muhammad Nasution (49) dan istri, Warsilah (45) sebagai pembuat satwa awetan tim berhasil menyita dua kulit harimau, lima awetan kepala rusa sambar (Cervus unicolor), kepala rusa tutul (1), awetan kucing hutan/kucing kuwuk (1), awetan kucing emas (1), awetan macan dahan (1) dan awetan trenggiling (1).

“Kedua tersangka, Muhammad Nasution (49) dan Warsilah (45), ditangkap di rumahnya di Lorong Haji, Kelurahan Wijayapura, Jambi Selatan,” kata Kapolda Jambi, Brigjen Pol Yazid Fanani.

Dalam penyidikan lanjutan, polisi tak menahan keduanya.   Kasubbid Penmas Bidang Humas Polda Jambi mengklarifikasi, Warsilah bukan tersangka. Muhammad juga tak ditahan karena sakit.

Data kompilasi Wildlife Conservation Society–Indonesia Program (WCS-IP), Fauna & Flora International Indonesia Programme, Zoological Society of London (ZSL), dan Ditjen Penegakan Hukum KLHK menyebutkan, harimau menjadi komoditas utama pasar gelap, baik domestik maupun internasional.

Dalam kurun tiga tahun terakhir, hingga Juni 2016, tercatat setidaknya 58 harimau diperdagangkan. dua hidup, 14 awetan, 13 kulit utuh, 70 taring, dan delapan tulang serta komoditas lain.

WCU Kerinci Seblat, juga menangani 48 kasus terkait perdagangan harimau melibatkan 64 orang, 29 kasus ditangani WCU–WCS-IP merepresentasikan lebih 80% kasus harimau di Indonesia.

Menurut data IUCN–World Conservation Union, saat ini populasi harimau Sumatera tersisa sekitar 441–679 di alam.

“Hasil studi terbaru selama lima tahun terakhir menyatakan enam dari 30 kantong habitat, sudah tak terdeteksi harimau lagi. Habitat ini antara lain, di Tanah Karo, Parmonangan, Maninjau, Buki Kaba, Bukit Betabuh–Bukit Sosa dan Asahan.

“Penyebab penurunan populasi harimau adalah habitat dan perburuan harimau dan hewan pemangsa,” ucap Yoan.

Zumi Zola (memegang poster hijau), kala ikut peringatan Hari Harimau Dunia di Jambi. Foto: Lili Rambe
Zumi Zola (memegang poster hijau), kala ikut peringatan Hari Harimau Dunia di Jambi. Foto: Lili Rambe

Sementara di Aceh, kota pertama rangkaian kampanye Global Tiger Day di Indonesia.  Kampanye penuh warna-warni ini khas anak muda menarik perhatian pengguna jalan.

Jumat pagi, mereka  berkumpul di depan Tugu Mesjid Raya Baiturrahman dengan dress code kaos hitam, para perempuan memakai kerudung orange sebagai lambang harimau.

Mereka ada yang melukis wajah mirip harimau, ada yang memakai topeng harimau. Mereka datang dari lintas komunitas dan organisasi masyarakat sipil untuk menunjukkan dukungan pada penyelamatan harimau Sumatera yang hampir punah di Indonesia.

Aksi menyerukan penyelamatan harimau sumatera ini menjadi paling meriah yang pernah ada di Banda Aceh. Ia melibatkan lebih 50 anak muda diinisiasi Gerakan Earth Hour Aceh dan Forum Kolaborasi Komunitas, didukung WWF Indonesia, FHK, Forum Konservasi Leuser dan Flora dan Fauna Internasional.

Apa yang mereka lakukan?   Ada berorasi dan membaca puisi. Ada flashmob, dengan menari beramai-ramai di tengah keramaian pasar untuk mendapat dukungan cap jempol dari masyarakat Banda Aceh.

Sepanjang aksi, mereka mengusung poster dan spanduk dengan lukisan cat warna warni dan kata-kata unik.

“Harimau Saja Aku Sayang, Apalagi Kamu!”

“Harimau Tinggal di Hutan, Bukan Pajangan di Rumah Tuan”

“Ada juga yang berbahasa Aceh . “Tanyo Jaga Rimueng, Rimueng Jaga Tanyo (Kita Jaga Harimau, Harimau Jaga Kita).

“I Give My #ThumbsForTiger to See Wild Tiger Numbers Doubled”

“Kami menyiapkan poster-poster ini sejak seminggu lalu dengan mengecat bersama-sama,” kata Koordinator Aksi dari Earth Hour Aceh, Cut Ervida Diana.

Sebuah kain panjang dibentang di pinggir jalan lalu ditempel cap jempol warna orange. Motif loreng harimau. Kain ini akan dikumpulkan oleh FHK dalam aksi bersama delapan kota lain di Indonesia sepanjang Agustus.

“Kain ini akan dikirim ke Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya. Kita akan meminta pemerintah serius memerangi perburuan dan perdagangan harimau dengan memberi hukuman berat bagi pelaku kejahatan,” ucap Ervida.

Di Aceh, perburuan dan perdagangan harimau cukup tinggi. Hampir setiap tahun polisi menangkap pemburu dan pedagang kulit, tulang dan awetan harimau.

“Kita semua harus melawan upaya-upaya perburuan dan perdagangan demi menyelamatkan harimau Sumatera. Kami mengajak masyarakat berani melapor ke penegak hukum jika melihat perburuan, jual beli harimau baik hidup atau mati.”

Peserta lomba poster pada Hari Peringatan Harimau Dunia. Foto: Lili Rambe
Peserta lomba poster pada Hari Peringatan Harimau Dunia. Foto: Lili Rambe

Dalam diskusi di Jakarta, belum lama ini, Sunarto, Wildlife Ecologist WWF-Indonesia mengatakan, harimau Sumatera diperkirakan tak lebih 371 di alam.  Satwa ini,  memiliki nilai jual tinggi hingga permintaan pasar meningkat.

Menurut dia, ada tiga penyebab utama populasi harimau makin berkurang, yakni, habitat menyusut, perburuan liar dan minim pengawasan.  Ancaman perburuanpun makin tinggi disamping perambahan hutan parah.

”Dari tahun ke tahun, jeratan makin meningkat. Sekali operasi bisa menemukan ratusan jerat.”

Terlebih, akses keluar masuk, teknologi makin canggih mempercepat proses perdagangan, mulai awetan utuh, lembar kulit, taring harimaukulit kaki, bagian ekor, tulang, tengkorak, awetan kepala dan kuku, laku di pasaran.

Habitat tergerus

Harimau Sumatera berada dalam wilayah hutan cukup luas. Ia tersebar dalam delapan wilayah dari Aceh hingga Lampung. Yakni, Taman Nasional Gunung Leuser, TN Kerinci Seblat, TN Batang Gadis, TN Bukit Tiga Puluh, TN Berbak Sembilan, dan TN Bukit Barisan Selatan. Sedangkan, TN Way Kambas dan TN Bukit Dua Belas hanya sebagian kecil.

Perambahan hutan dan konflik masyarakat mendominasi penyebab habitat harimau tergerus. Untuk Lampung, deforestasi terbilang minim dibandingkan wilayah lain.

Sedangkan untuk Riau,  masih banyak kawasan belum terlindungi, terutama di Kampar, Senepis dan Kerumutan. Meski, di eErumutan ada suaka margasatwa dan sebagian hutan produksi, yang belum memiliki perlindungan. Status tak jelas juga menjadi penyebab populasi harimau makin berkurang.

Tak hanya perambahan hutan menjadi HTI, alih fungsi lahan menjadi tambang  seperti TN Batang Gadis, geothermal (TNGL) pun menjadi masalah lain.

Masih lemah

KLHK mengakui masih minim pengawasan di taman nasional. ”Jumlah polisi hutan dan unit satuan polisi kehutanan reaksi cepat hanya sekitar 8.000 personil untuk menjaga 120 juta hektar,” kata Direktur Jenderal Penegakan Hukum KLHK, Rasio Ridho Sani.

Kondisi ini, tak hanya mengancam populasi tumbuhan dan satwa liar, juga berpotensi kerugian dari illegal logging. KLHK, katanya, sedang mengusulkan kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi untuk menambah personil penjagaan, minimal 1.000 orang per setahun.

Rasio pun penguatan melalui mitra polisi hutan dan masyarakat untuk pengawasn bersama-sama.

”Ada teknologi drone, range bisa sekitar 200 km, bisa untuk monitoring.”

Dari sisi penegakan hukum, KLHK masih merevisi UU Nomor 5 Tahun 1990. Selama ini, seringkali pelaku kejahatan dihukum rendah. Dia berharap, revisi bisa memberikan efek jera.

Selama ini, yang terkena sanksi baru pelaku yang tertangkap tangan, belum banyak tertangkap pedagang kelas kakap. Pada 2016, terdaat 50 kasus tumbuhan dan satwa liar, 11 perburuan harimau.

Sunarto yakin, pencegahan melalui kampanye mampu menghadang pelaku kejahatan. ”Buat masyarakat menjadi tak bangga dengan membeli bagian tubuh harimau.”

Libatkan masyarakat

Guna memberikan informasi lebih luas kepada masyarakat, lewat tagger Double Tigers, WWF-Indonesia, mengadakan rangkaian acara di Senayan City, Jakarta. Pada kegiatan ini, ada 371 replika harimau Sumatera dari kertas bekas.

Angka ini sesuai jumlah harimau di Indonesia. Nantinya, replika ini dapat diadopsi publik untuk menunjang program konservasi harimau di Indonesia.

”Konservasi harimau sangat penting dan berdampak penyelamatan satwa lain,” ucap Devy Suradji, Marketing Director WWF-Indonesia. Harimau, katanya, predator tertinggi pada ekosistem hutan dalam menjaga keseimbangan dan kesehatan hutan tropis.

Peringatan Hari Harimau Dunia di Aceh. Foto: Chik Rini
Peringatan Hari Harimau Dunia di Aceh. Foto: Chik Rini
Artikel yang diterbitkan oleh
, , , , , , , , , , ,