- Kegiatan Menghadap Laut 2.0 yang dilaksanakan serentak pada 18 Agustus 2019 di 108 titik di seluruh Indonesia, menjadi bukti kepedulian masyarakat secara umum terhadap masa depan bangsa yang ada di laut
- Menghadap Laut 2.0 memiliki target besar untuk membersihkan kawasan pesisir dari sampah, terutama sampah plastik yang selama ini sudah mengancam ekosistem pesisir dan laut. Dari kegiatan tersebut, sampah plastik akan terkumpul dari 108 titik di Indonesia
- Selain sampah plastik, kawasan pesisir juga diserbu sampah lain, seperti limbah tekstil yang ada di Jakarta. Sampah tersebut, juga menjadi ancaman, karena ada material yang terbuat dari plastik yang berfungsi untuk mengikat tekstil menjadi kain
- Kebersihan pantai yang harus terus dijaga, bukan hanya menjadi tanggung jawab Negara saja. Lebih dari itu, masyarakat harus mau terlibat untuk bekerja sama dalam membersihkan. Bagaimana pun, keterlibatan masyarakat akan berdampak sangat besar untuk masa depan nanti
Indonesia adalah salah satu negara yang sangat beruntung di dunia. Tak hanya ditinggali oleh banyak suku yang merentang dari pulau Weh di Aceh sampai Merauke di Papua, kekayaan yang paling berharga adalah alam. Termasuk, kekayaan laut yang menguasai dua per tiga dari total wilayah negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Situs Pandu Laut Nusantara, salah satu komunitas yang fokus untuk mendukung kelestarian laut dan pesisir, menyebut bahwa Indonesia adalah negara kepulauan yang luasnya hampir mencapai 2 juta kilometer persegi. Dari luas tersebut, 70 persen adalah wilayah laut dengan 17.504 pulau ada di antaranya.
Tak cukup di situ, kekayaan Indonesia bertambah lagi, karena sejak lama sudah ditasbihkan menjadi negara dengan garis pantai terpanjang kedua di dunia dengan 95.181 kilometer. Dengan bentang alam seperti itu, ditambah posisi Indonesia yang ada tepat di garis khatulistiwa, membuat kekayaan bahwa laut menjadi sangat banyak.
baca : Gerakan Menghadap Laut, Gerakan Bersihkan Sampah Plastik dari Lautan

Tercatat, ada 75 persen spesies terumbu karang di dunia yang sudah menjadikan bawah laut Indonesia sebagai rumah bagi mereka. Kemudian, ada juga 2.200 jenis ikan yang menjadikan perairan Indonesia sebagai lokasi favorit mereka untuk memijah ataupun sekedar migrasi. Semua itu, ada di laut Indonesia.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sudah lama menyadari segala potensi yang ada tersebut. Berbagai cara dan upaya untuk melindungi perairan laut dan kehidupan bawah lautnya, selalu dicoba oleh KKP. Dari regulasi, hingga melibatkan masyarakat secara langsung, selalu dicoba untuk dilaksanakan oleh KKP, terutama sejak dipimpin oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti.
Alasan itu pula, yang mendorong Susi untuk menginisiasi program Menghadap Laut yang dilaksanakan sebagai peringatan hari Kemerdekaan RI. Gelaran tersebut, sesuai dengan namanya, adalah kegiatan kepedulian terhadap laut dengan menjadikan laut sebagai teras rumah dan bukan belakang rumah.
Tahun ini, gelaran Menghadap Laut menjadi yang kedua dilaksanakan oleh Pandu Laut Nusantara bersama KKP dan organisasi lain. Kegiatan yang dilaksanakan serentak di 108 titik lokasi di seluruh Indonesia itu, berlangsung pada Minggu (18/8/2019) dengan berpusat di Pantai Timur Ancol, Jakarta Utara.
baca juga : Ratusan Orang di Bitung ‘Menghadap Laut’ Bersama Menteri Susi. Ada Apa?

Sampah Plastik
Susi Pudjiastuti yang langsung memimpin kegiatan tersebut di Ancol, mengapresiasi semangat dan kemauan para aktivis dan masyarakat umum yang berpartisipasi langsung dalam kegiatan Menghadap Laut 2.0 di seluruh Indonesia. Dia mengharapkan, begitu acara selesai dilaksanakan, akan terkumpul sedikitnya 300 ton sampah dari seluruh lokasi di Indonesia.
Menurut dia, pengumpulan sampah memang menjadi tujuan utama dari kegiatan tersebut. Apalagi, jika berkaca pada kegiatan serupa pada 2018, sampah yang berhasil dikumpulkan mencapai 360 ton dan itu berasal dari Sabang hingga ke Merauke. Untuk itu, tidak berlebihan jika pada 2019 target pengumpulan sampah minimal 300 ton.
“Tahun lalu, kita lakukan di 110 titik di Indonesia dan berhasil menggerakkan hampir 360 ton sampah dan 100 ribuan orang yang terlibat,” ucapnya.
Salah satu sampah yang menjadi perhatian utama dari kegiatan tersebut, adalah sampah plastik, terutama plastik sekali pakai. Kata Susi, sampah plastik sekali pakai menjadi salah satu persoalan terbesar di lautan Indonesia dan hingga saat ini terus dicarikan solusinya. Yang paling mudah agar sampah plastik tidak semakin banyak, adalah mengubah perilaku masyarakat secara umum.
menarik dibaca : Ternyata Sampah Plastik Laut Berasal dari Industri Pesisir Pantai. Benarkah?

Susi menerangkan, salah satu kebijakan yang sudah coba diterapkan, adalah pelarangan penggunaan plastik sekali pakai, terutama air minum kemasan dalam botol plastik. Kebijakan tersebut sudah berjalan sejak 2018 di lingkungan kantor KKP dan diberlakukan denda sebesar Rp500 ribu bagi pegawai yang melanggar kebijakan pelarangan.
Dari lingkungan kecil di KKP, Susi berharap kebijakan tersebut bisa menyebar luas hingga ke berbagai lingkungan dan komunitas. Hal itu, karena kesadaran untuk menjaga lautan dari sampah plastik, akan sangat bergantung pada kesadaran masyarakatnya. Jika tidak mau berubah, sampah plastik juga akan susah untuk menghilang dari lautan.
Dengan latar belakang seperti itu, Susi mendorong kembali dilaksanakannya kegiatan Menghadap Laut 2.0 yang tujuan utamanya adalah membangun kesadaran bangsa Indonesia tentang pentingnya laut sebagai bagian dari kehidupan mereka. Masyarakat harus sadar bahwa laut adalah masa depan bagi bangsa Indonesia.
Dengan melibatkan 300 komunitas, organisasi, perusahaan swasta, badan usaha milik Negara (BUMN), dan pemerindah daerah, kegiatan Menghadap Laut 2.0 menjadi aksi strategis untuk menjaga pantai dan laut dari sampah dan kerusakan ekosistemnya.
“Jadi saya pikir semua profesi di sini bersatu, semua bangsa bersatu, semua suku bersatu, Indonesia bersatu, untuk jaga laut Indonesia,” ujarnya.
perlu dibaca : Masalah Sampah Makin Pelik, Saatnya Mengurangi Dari Diri Sendiri

Sampah Tekstil
Selain sampah plastik, Susi menyebutkan, sampah yang juga ditemukan di Ancol, adalah sampah kain dengan jumlah yang sangat banyak dan membuat pantai Ancol menjadi sangat kotor. Sampah kain tersebut, adalah limbah dari perusahaan tekstil dan diperkirakan berasal dari perusahaan tekstik yang sengaja membuangnya ke laut.
Menurut Susi, karena sampah kain sangat banyak mencemari kawasan pantai, dia meminta pada perusahaan yang memiliki usaha tekstil, agar bisa menjaga limbah hasil dari produksi dan membuangnya ke tempat yang tepat. Jangan sampai, sisa-sisa limbah tekstil kemudian dibuang secara sembarangan, terutama ke laut.
“Ini kelihatannya pembuangan dilakukan dengan sengaja, ya,” ujarnya.
Susi terlihat marah setelah melihat sampah tekstil, karena meski limbah tersebut akan terurai dalam jangka waktu tertentu, namun dia paham bahwa alat pengikat bahan tekstil adalah terbuat dari plastik. Dengan demikian, limbah kain tekstil juga pada akhirnya akan sulit terurai karena ada bagian yang terbuat dari plastik.
“Sampah itu diikat dengan plastik. Ini sudah cukup bikin kotor laut kita. Sampah itu dibuang ke laut, nah sebagian terbawa lagi ke pantai,” kata dia.
baca juga : Sampah Plastik Bertebaran di Laut, Teknologi Pirolisis Terus Dikembangkan

Mengingat dampak yang ditimbulkan akan merugikan lingkungan dan ekosistem laut, Susi mengajak masyarakat untuk bisa bersama-sama menjaga kebersihan laut melalui kegiatan gotong royong. Jika laut bisa bersih dari sampah, diyakin kalau produktivitas hasil perikanan juga akan semakin baik dan meningkat.
Pada akhirnya, menurut Susi, jika produktivitas meningkat, maka masyarakat juga akan mendapatkan manfaatnya. Termasuk, kemudahan mendapatkan ikan untuk dikonsumsi secara bersama. Semakin banyak ikan yang dikonsumsi, itu juga sangat bagus untuk kesehatan dan akan meningkatkan kecerdasan otak generasi mendatang.
“Laut adalah sumber protein kita dan ikan adalah sumber protein yang mudah didapakan, tapi juga sangat luar baisa kualitasnya, karena ada kandungan omeganya,” tegas dia.
Susi menambahkan, dalam rangkaian menjaga keberlanjutan sumber daya laut, kawasan konservasi perairan seluas 22,69 juta hektare sudah berhasil dikembangkan hingga saat ini. Dari luas tersebut, 5,34 juta ha dikelola langsung oleh KKP dan 4,63 juta ha dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Sementara, seluas 12,68 juta ha dikelola oleh Pemerintah Daerah.
Diketahui, gerakan bersih pantai dan laut merupakan program tahunan yang sudah dijalankan oleh KKP sejak 2002. Kegiatan tersebut kini sudah menjadi bagian dari rencana aksi nasional (RAN) untuk pengurangan sampah plastik yang masuk ke laut.

Menghadap Laut 2.0 di Pantai Mertasari Sanur, Bali Minggu (18/8/2019). Foto : WWF Indonesia/Mongabay Indonesia
430 ton sampah
Sedangkan Bustar Maitar, Ketua Umum Pandu Laut memperkirakan ada lebih dari 430 ton sampah yang dikumpulkan dari acara Menghadap Laut 2.0 di 108 titik di seluruh Indonesia.
“Angka pasti sampah yang berhasil dikumpulkan tidak ada, karena banyak yang tidak menimbang. Di Jakarta saja ada 7,5 ton sampah berhasil dikumpulkan. Kalau kita rata-ratakan ada 4 ton sampah setiap lokasi, kemungkinan ada sekitar 432 ton dari seluruh lokasi,” kata Bustar yang dihubungi Mongabay Indonesia, Senin (19/8/2019).
Demikian juga dengan jumlah peserta dan relawan yang ikut dalam acara Menghadap Laut 2.0 ini. Bustar memperkirakan ada sekitar 54.000 orang yang terlibat di seluruh Indonesia.
“Kita rata-rata ada sekitar 500 orang ikut serta di setiap lokasi. Artinya ada sekitar 54.000 orang ikut serta seluruh Indonesia. Jumlah itu juga karena banyak yang berinisiatif melakukan sendiri,” tambahnya.