- Pulau Kelapan yang terletak di Selat Gaspar, Kecamatan Lepar Pongok, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
- Pulau Kelapan yang mayoritas dihuni Suku Bugis dikenal sebagai penghasil ikan teri.
- Di Pulau Kelapan terdapat sejumlah biota laut yang dilindungi terbatas, yakni ikan terubuk, bambu laut, ikan capungan banggai, dan ikan napoleon. Sedangkan yang dilindungi penuh adalah lumba-lumba, hiu paus, duyung atau dugong, pari gergaji, siput lola, kima, hingga penyu.
- Pulau Kelapan masih terbebas dari aktivitas pertambangan laut. Masyarakat tidak diperbolehkan menggunakan alat tangkap merusak, seperti bom ikan.
Baca sebelumnya: Pulau Kelapan dan Jalur Perdagangan Maritim Nusantara
**
Dari atas kapal, terlihat ribuan ikan teri atau bilis [Stolephorus tri] menyambut kedatangan kami di Pulau Kelapan yang terletak di Selat Gaspar, Kecamatan Lepar Pongok, Kabupaten Bangka Selatan, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.
“Hampir semua wilayah Pulau Kelapan dikelilingi terumbu karang mati maupun hidup. Dermaga yang panjang berguna saat kondisi surut jauh seperti sekarang,” kata Roy, kapten kapal yang menemani tiga jam perjalanan kami mengarungi gugusan Kepulauan Lepar Pongok menuju Pulau Kelapan.
Sejak dulu, Pulau Kelapan yang mayoritas dihuni Suku Bugis dikenal sebagai penghasil ikan teri. “Ini didapat dari sejumlah bagan masyarakat di sekitar Pulau Kelapan,” lanjutnya.
Berdasarkan penelitian di Journal of Tropical Marine Science berjudul “Pemetaan Sebaran Terumbu Karang Di Perairan Pulau Kelapan, Kabupaten Bangka Selatan Berdasarkan Data Satelit Sentinel 2A” oleh Khoirul Amrillah dkk [2019], di Pulau Kelapan terdapat 16,5 hektar terumbu karang.
“Ekosistem terumbu karang membentuk terumbu karang tepi yang dikelilingi ekosistem mangrove dari jenis Rhizopora sp dan Avicennia sp serta vegetasi padang lamun di sekitar perairan dangkal,” tulis penelitian itu.
Riset yang sama menyatakan, secara umum persentase tutupan karang hidup di Perairan Pulau Kelapan berkisar antara 49,94% – 78,88%. Wilayah perairan timur Pulau Kelapan memiliki persentase paling baik [78,88%], diikuti bagian barat [75,54%], bagian utara [63,74%], dan bagian selatan [49,94%].
“Dari hasil penelitian, diperoleh 19 genus karang di perairan Pulau Kelapan yaitu: Acropora, Cycloceris, Echinopora, Euphyllia, Favia, Fungia, Galaxea, Hydnophora, Lobophylla, Merulina, Montipora, Pachyseris, Pavona, Pectinia, Platygyra, Pocillopora, Porites, Psammocora, Seriatopora,” tulisnya.
Berdasarkan data penelitian tersebut, secara umum kondisi perairan masih dalam toleransi pertumbuhan karang yang baik.
Ikan berkurang
Selain berkebun, masyarakat di Pulau Kelapan menggantungkan hidup dari hasil laut. Pulau Kelapan terkenal sebagai penghasil cumi-cumi dan teri.
Namun sejak 2005, hasil tangkapan ikan masyarakat makin berkurang. “Dulu, dalam satu malam bisa dapat hingga 200 kilogram ikan bilis, sekarang hanya 30 kilogram,” kata Roi, pemilik bagan di Pulau Kelapan, Rabu [23/6/2022].
Berkurangnya hasil tangkapan, diduga karena semakin banyak masyarakat lain yang ikut mendirikan bagan serta mulai keruhnya perairan.
“Apalagi saat memasuki masa transisi dari musim timur ke musim angin tenggara seperti sekarang, air laut mulai keruh,” terang Jumain, tokoh masyarakat Pulau Kelapan.
Hingga sekarang, Pulau Kelapan terbebas dari aktivitas pertambangan laut. “Masyarakat tidak menggunakan alat tangkap merusak, seperti bom ikan. Kami melarang keras masyarakat, begitu pun bagi masyarakat luar,” kata Muhammade, tokoh adat di Pulau Kelapan.
Berdasarkan pengamatan M. Rizza Muftiadi, dosen sekaligus peneliti dari jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan UBB, di Pulau Kelapan terdapat sejumlah biota laut yang dilindungi terbatas, yakni ikan terubuk, bambu laut, ikan capungan banggai, dan ikan napoleon.
Sedangkan yang dilindungi penuh adalah lumba-lumba, hiu paus, duyung atau dugong, pari gergaji, siput lola, kima, hingga penyu.
“Populasi sejumlah biota tersebut semakin berkurang di alam. Keberlangsungan hidup mereka bergantung pada kelestarian terumbu karang,” jelasnya.
Wisata bawah laut
Berdasarkan Peraturan Daerah RZWP3K [Renzana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil] Kepulauan Bangka Belitung tahun 2020, Pulau Kelapan masuk zona wisata alam bawah laut seluas 408,3 hektar.
“Kondisinya banyak dikelilingi terumbu karang tepi yang masih terjaga, sangat potensial sebagai spot snorkeling ataupun diving,” kata Rizza.
Selain itu, terumbu karang di Pulau Kelapan berada pada kedalaman kurang dari 20 meter. “Hal ini tentu akan memudahkan wisatawan yang ingin melihat keindahan bawah laut,” lanjutnya.
Masalah yang harus diatasi adalah sampah serta alat tangkap nelayan yang kerap tersangkut di terumbu karang.
“Kehadiran sampah juga membahayakan sejumlah biota laut,” tegas Rizza.
Bungawati, Kepala Dusun Pulau Kelapan, mengatakan keindahan ekosistem terumbu karang di Pulau Kelapan sudah sejak lama diminati turis dari Malaysia, Singapura, maupun Australia.
“Sekitar tahun 1980-an, turis dari Australia sering snorkeling, mereka tertarik keindahan terumbu karang,” katanya.
Bungawati berharap, potensi Pulau Kelapan mendapat perhatian pemerintah daerah.
“Kami berharap, ada alur atau kerangka wisata yang jelas di Pulau Kelapan. Keterlibatan masyarakat lokal juga penting, sebagai ekonomi alternatif masyarakat,” paparnya.