- Orangutan tapanuli dideskripsikan pada tahun 2017 sebagai spesies kera besar baru, dengan populasi kurang dari 800 ekor, ia adalah spesies kera besar yang paling terancam punah di bumi.
- Habitat mereka telah berkurang secara drastis akibat deforestasi yang didorong oleh pertambangan, pertanian, dan penebangan.
- Proyek bendungan pembangkit listrik tenaga air yang didukung investasi dari Tiongkok, dibangun sejak 2015, membelah hutan tempat tinggal orangutan, meningkatkan risiko kepunahan.
- Proyek ini menimbulkan pro kontra, termasuk adanya kekhawatiran warga yang tinggal di sekitar wilayah proyek bendungan ini, karena takut kehilangan tempat tinggal dan mata pencaharian mereka
Pada tahun 2017, orangutan Tapanuli diidentifikasi sebagai spesies kera besar baru — dan langsung menjadi kera besar paling terancam punah di planet ini, dengan total populasinya yang kurang dari 800 ekor. Habitat orangutan tapanuli terbatas di area kecil ekosistem Batang Toru, Sumatera Utara Indonesia. Mereka menghadapi ancaman perdagangan satwa liar ilegal, pertambangan, konflik dengan manusia, dan rencana pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air.
Sebuah studi di tahun 2021 menemukan bahwa kera besar telah kehilangan hampir 97,5 persen habitatnya selama 130 tahun terakhir.
Proyek bendungan senilai USD1,6 miliar, yang didanai dan dibangun oleh perusahaan Tiongkok dan diharapkan dapat memasok listrik bersih ke Sumatera Utara, berisiko semakin memecah habitat mereka dan mengancam akan memutus konektivitas antara kelompok populasi orangutan yang terpisah.
Terlepas dari upaya para aktivis, warga, dan kelompok konservasi, proyek bendungan yang saat ini masih dalam pembangunan, mendorong orangutan tapanuli semakin dekat ke ambang kepunahannya.
Tulisan asli dalam bahasa Inggris VIDEO: Fight for Survival: The battle to save the last Tapanuli orangutans. Artikel ini diterjemahkan oleh Ridzki R Sigit
