- Monyet ekor panjang [Macaca fascicularis] merupakan satwa liar yang sering terlihat di pinggir hutan maupun wilayah mangrove.
- Kehidupan monyet ekor panjang di Indonesia juga mengalami ancaman.
- Perburuan monyet ekor panjang didasari banyak hal, umumnya untuk dipelihara secara ilegal atau diperdagangkan.
- Untuk mendapatkan anak monyet ekor panjang, pemburu harus memisahkan anak dengan induknya. Tidak jarang, pelaku membunuh atau melukai sang induk.
Monyet ekor panjang [Macaca fascicularis] merupakan satwa liar yang sering terlihat di pinggir hutan maupun wilayah mangrove. Jenis ini menyukai buah-buahan dan juga memangsa berbagai jenis binatang kecil seperti ketam maupun serangga.
Syahrul, pegiat lingkungan di Provinsi Aceh, mengatakan monyet ekor panjang masih mudah ditemukan, baik di pinggir jalan yang berdekatan dengan kawasan hutan atau di tempat-tempat wisata.
“Dikarenakan banyak orang yang membuang sisa makanan sembarangan, akhirnya perilaku monyet ini pun menjadi mencari makanan yang dibuang. Terutama, di kawasan wisata,” ujarnya, Selasa [18/7/2023].
Baca: Dampak Negatif, Memberi Makanan pada Kawanan Monyet Endemik Sulawesi
Syahrul menjelaskan, sejauh ini tidak pernah mendengar kabar perburuan monyet ekor panjang untuk dijadikan komoditas ekspor.
“Sejauh ini yang ada dijadikan peliharaan. Jumlahnya juga tidak dalam skala besar.”
Baca: Monyet Misterius Ini Hasil Hybrid Bekantan dengan Lutung Perak?
Mastura, warga Desa Seubon Ayon, Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar, menjelaskan tingkah unik monyet ini yang pernah masuk rumahnya.
“Kalau kami lupa menutup pintu rumah, rombongan monyet akan masuk. Mereka memakan nasi atau telur ayam, juga mengambil apapun yang bisa dibawa,” katanya.
Baca: Bekantan, Monyet Belanda yang Menyukai Hutan Mangrove
Sementara Nuraini, pelaku wisata di hutan mangrove Kota Langsa, Aceh, menuturkan pengalamannya dengan satwa ini.
“Yang diambil bukan hanya makanan, tapi juga barang bawaan pengunjung seperti kunci kendaraan dan lainnya,” ungkapnya, Senin [17/8/2023].
Baca juga: Terlarang, Mengapa Topeng Monyet Masih Beraksi di Jawa Timur?
Ancaman
Kehidupan monyet ekor panjang di Indonesia juga mengalami ancaman.
Galuh Sekar A, di Forestation Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada [UGM], menulis bahwa penurunan populasi monyet ekor panjang dipengaruhi perdagangan ilegal. Bahkan, sejak tahun 2020-2021, lebih dari 4.700 individu dijual melalui media sosial.
“Faktor penyebab populasi satwa ini turun juga karena belum adanya perlindungan secara hukum. Indonesia juga masih mengizinkan penangkapan dan ekspor monyet ekor panjang liar,” katanya.
Berdasarkan data Action for Primates, Indonesia menjadi salah satu negara yang mengekspor monyet ekor panjang ke Amerika Serikat dan China untuk tujuan laboratorium.
“Tahun 2020, Indonesia mengekspor 2.793 ekor ke China dan 120 ekor ke Amerika Serikat. Jumlah ini diprediksi meningkat pada 2021,” terangnya.
Wendi Prameswari dari Yayasan International Animal Rescue Indonesia [YIARI], dalam diskusi online PRIMALI Berdaya dengan tema, “Raising Awareness for Living Beings: Long-Tailed Monkey Conservation” yang dilaksanakan pada 3 Agustus 2022 mengatakan, Indonesia belum melindungi monyet ekor panjang.
“Monyet ekor panjang merupakan satwa yang hidup berkelompok dan kosmopolit atau satwa yang bisa beradaptasi di berbagai tipe habitat. Satwa ini pemakan segala jenis makanan atau omnivora,” ujarnya.
Wendi menjelaskan, untuk mendapatkan anak monyet ekor panjang, pemburu harus memisahkan anak dengan induknya. Tidak jarang, pelaku membunuh atau melukai sang induk.
“Perburuan monyet ekor panjang didasari banyak hal, umumnya untuk dipelihara secara ilegal atau diperdagangkan,” paparnya.