- Ikan duwo, sebutan lainnya ikan nike, adalah jenis ikan yang paling populer di Gorontalo.
- Kehadiran ikan duwo tidak setiap saat. Bagi masyarakat Kota Gorontalo, penanda musim ikan duwo adalah suara terompet kerang yang dibunyikan pedagang keliling di malam hari.
- Selain populer, ikan duwo di Gorontalo berhubungan dengan mitos yang banyak dipercayai para orangtua mengenai kemunculannya di Teluk Gorontalo.
- Berdasarkan penelitian, sebaran ikan duwo tidak hanya ditemukan di Gorontalo. Melainkan, tersebar di daerah lainnya di Indonesia dan juga di kawasan Asia dan Oceania.
Bagi masyarakat Gorontalo, nama ikan nike atau ikan duwo begitu familiar di telinga.
Ukurannya sangat kecil, sekitar 5 cm panjangnya. Bagi warga seputaran Kota Gorontalo, salah satu tanda kemunculan ikan duwo adalah ketika mendengar suara khas terompet kerang yang dibunyikan oleh pedagang ikan keliling di malam hari.
Ikan duwo terkenal dengan rasanya yang enak dan gurih. Biasanya, diolah menjadi perkedel, atau ditumis maupun dibakar dengan adonan sagu yang dibungkus daun pisang yang dalam bahasa Gorontalo disebut ilepao.
Jika sedang musimnya, ikan duwo akan mudah ditemui di pasar tradisional, di pinggir jalan trotoar, atau oleh pedagang ikan keliling yang menggunakan sepeda atau sepeda motor. Untuk harga, bervariasi mulai dari 20 sampai 35 ribu Rupiah per kilogram.
Saat menangkap ikan duwo, nelayan melakukannya berkelompok. Lokasi favorit nelayan untuk menangkapnya adalah perairan laut Teluk Gorontalo; yang berada di sebagian Kota Gorontalo dan sebagian Kabupaten Bone Bolango.
Baca: Ikan Beracun Ini Ternyata Memiliki Nilai Ekonomi Tinggi
Kemunculan
Kemunculan ikan duwo biasanya pada akhir bula penanggalan Hijriah.
Hingga saat ini, mitos mengenai ikan duwo banyak diceritakan para orangtua. Salah satunya, ikan duwo berasal dari gumpalan-gumpalan darah yang hanyut dari sungai menuju laut.
Mitos lainnya, asal muasal ikan ini merupakan penjelmaan seorang pemuda dan gadis sedarah atau bersaudara. Mereka terpisah sewaktu kecil dan bertemu saat remaja, hingga akhirnya jatuh cinta.
Cerita ikan duwo juga ditulis dalam buku berjudul “Hiu Paus di Botubarani” [BPSPL Makassar, 2019], yang menjelaskan keterkaitan kehadiran hiu paus dengan kemunculan ikan duwo yang ditangkap nelayan sebagai makanan hiu paus.
“Ikan nike dahulu adalah sepasang kekasih yang menjalani cinta terlarang akibat memilki hubungan sedarah. Sang lelaki dan wanita tersebut lalu pergi ke Sungai Bone dan menjelma menjadi ikan nike. Hingga kini, cerita tersebut masih berkembang dan diceritakan dari generasi ke generasi,” tulis para peneliti dalam buku tersebut.
Baca: Inilah Nasib Manggabai, Ikan Endemik Danau Limboto
Wujud nyata
Seperti apakah ikan duwo itu?
Kepopuleran ikan duwo di Gorontalo sering diklaim sebagai ikan endemik; yang hanya ditemukan di perairan laut Teluk Gorontalo saja. Namun, anggapan itu keliru.
Ikan duwo memiliki nama ilmiah Awaous melancephalus. Duwo pada dasarnya merupakan gerombolan atau schooling larva ikan dan termasuk jenis ikan amphidromous, yang melakukan migrasi dari laut menuju perairan tawar melakukan pemijahan.
Ketika telurnya menetas, maka schooling larva ikan tersebut akan terbawa arus sungai menuju laut.
Jika merujuk pada nama ilmiah Awaous melancephalus, ikan duwo merupakan famili dari Gobiidae, dan merupakan spesies kaya famili. Penyebarannya bisa ditemukan di banyak tempat di Asia dan Oceania seperti halnya Indonesia, India, Srilanka, China, Taiwan, Vietnam, Thailand, hingga di Solomon Island dan Fiji.
Baca: Begini Nasib Payangka, Ikan Endemik Danau Tondano
Penelitian yang dilakukan Femy M. Sahami, akademisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Gorontalo [UNG] tentang ikan duwo yang dilakukan di perairan laut Teluk Gorontalo, telah menemukan 9 spesies: [1] Sicyopterus pugnans, [2] Sicyopterus cynocephalus, [3] Sicyopterus longifilis, [4] Sicyopterus parvei, [5] Sicyoopterus lagocephalus, [6] Stiphodon semoni, [7] Belobranchus segura, [8] Belobranchus belobranchus, dan [9] Bunaka gyrinoides.
Sementara spesies Awaous melanocephalus disebut tidak ditemukan karena ada kemungkinkan waktu pengambilan sampel tidak bertepatan dengan musim pemijahan. Sedangkan penelitian lainnya menunjukkan bahwa musim bertelur dan pemijahan Awaous melanocephalus pada Juni sampai November.
Baca juga: Ikan Air Tawar Endemik Itu Berstatus Terancam Punah
Penelitian terbaru lainnya dari akademisi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNG, Nuralim Pasisingi, tentang penangkapan ikan nike atau duwo, menyebut bahwa nelayan Gorontalo melakukan penangkapan larva ikan ini mengikuti kemunculan alaminya di perairan setiap musimnya. Jumlah hari kemunculannya bervariasi, mulai dari 4 sampai 12 hari.
“Berdasarkan informasi dari nelayan, ikan nike paling dominan muncul di perairan per musimnya lebih dari 6 hari. Meskipun demikian, sebagian kecil nelayan memutuskan melakukan penangkapan pada rentang 4-6 hari saja. Aktivitas penangkapan oleh nelayan Gorontalo umumnya dilakukan malam hari,” tulis Nuralim dalam publikasi ilmiahnya.
Saat penangkapan malam hari itulah, para pedagang ikan keliling biasanya menunggu di tepi pantai serta membeli ikan duwo langsung dari nelayan. Setelah itu, mereka menjualnya ke warga di Kota Gorontalo malam itu juga.
Penjualan ikan duwo oleh pedagang keliling menggunakan sepeda atau sepeda motor. Mereka meniup terompet kerang sebagai tanda bahwa sekarang adalah musim ikan duwo di Gorontalo.