- Belalang ranting (nama lainnya serangga tongkat atau belalang tongkat) adalah hewan unik yang menyerupai ranting pohon.
- Hewan ini memiliki perilaku yang cukup aneh, yakni ketika disentuh akan jatuh dan berdiam diri seperti berpura-pura mati.
- Namun ketika gagal berkamuflase, jenis belalang ini akan menjadi santapan yang empuk bagi para predator utamanya yakni burung dan juga predator lain seperti berbagai jenis mamalia, reptil bahkan laba-laba.
- Belalang ranting termasuk dalam famili Phasmatodea dan diperkirakan ada sekitar 3.500 spesies yang tersebar di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis seperti Indonesia.
Ketika kamu melihat ranting berada di area pepohonan, semak-semak atau bahkan kawasan hutan, sebaiknya mulai sekarang memperhatikan dengan baik-baik. Bisa jadi itu bukanlah kayu kering atau cabang-cabang kecil dari pepohonan, melainkan hewan unik bernama belalang ranting. Seperti yang dialami oleh Hari Suroto, ketika sedang melakukan penelitian di situs megalitik Tutari, Jayapura, Papua.
“Di lereng bukit Tutari banyak ditumbuhi pohon-pohon kayu putih yang dapat menjadi tempat berteduh dari teriknya sinar matahari. Saya menemukan hewan unik yang menyerupai ranting,” kata Hari Suroto menceritakan pengalamannya pada Mongabay, awal September 2023.
Mula-mula peneliti pada Pusat Riset Arkeologi Lingkungan BRIN itu menemukan sesuatu yang sepintas memang terlihat seperti ranting-ranting pohon. Namun, ketika menyaksikan lebih dekat, ternyata itu adalah fauna unik bernama belalang ranting. Jika ditelusuri lagi, hewan ini memiliki nama lain; yakni serangga tongkat atau belalang tongkat. Bahasa Inggrisnya disebut stick insect. Hewan ini juga dapat ditemui di negara sub tropis, namun lebih banyak di negara-negara tropis seperti Indonesia.
Ia mendeskripsikan belalang ranting memiliki tubuh bulat memanjang seperti ranting dan memiliki kaki yang ramping memanjang. Dari hasil penelusurannya juga menyebut bahwa belalang ranting dewasa memiliki panjang tubuh maksimal mencapai 20 sentimeter. Belalang ranting yang dijumpai Hari di situs Megalitik Tutari berwarna putih karena menyerupai ranting pohon kayu putih dan juga memakan daun-daun pohon kayu putih.
Namun ada juga belalang ranting yang berwarna hijau menyerupai daun. Menurutnya warna ini sebagai bentuk kamuflase untuk menghindari serangan dari predator. Situs megalitik Tutari sendiri merupakan salah satu destinasi wisata di Jayapura yang berjarak cukup dekat dengan bandar udara Sentani dan danau Sentani.
“Jika beruntung, para pengunjung dapat menjumpai belalang ranting di situs megalitik Tutari. Namun harus memperhatikan dengan baik karena hewan ini pintar berkamuflase. Selain itu, pengunjung juga harus bertanggung jawab dengan cara menjaga belalang ranting ini meski ia bukan hewan langka atau dilindungi,” katanya.
Perilaku aneh
Perilaku yang dianggap aneh dari hewan ini adalah saat disentuh. Lalu, belalang ranting akan menjatuhkan diri lalu berdiam seolah sedang berpura-pura mati. Sehingga banyak yang akan menyangka itu benar-benar terlihat seperti ranting atau benda mati, karena telah berkamuflase dengan warna dedaunan yang ada di sekitarnya.
Di Indonesia belum banyak yang melakukan penelitian tentang jenis serangga ini. Diketahui bahwa serangga ini termasuk dalam famili Phasmatodea dan diperkirakan sekiranya 3.500 spesies yang tersebar di seluruh dunia, terutama di negara-negara tropis. Sementara di Selandia Baru, para peneliti telah mengidentifikasi sepuluh genus belalang ranting dan sebanyak 23 spesies yang dikenali. Meski demikian jumlah ini kemungkinan akan bertambah seiring dengan kemajuan penelitian taksonomi dan para ilmuwan sudah mengetahui adanya spesies yang belum terdeskripsi dari berbagai lokasi.
“Karena banyaknya masalah taksonomi yang ditimbulkan oleh belalang ranting, identifikasi belalang ranting di Selandia Baru belum dapat dilakukan dengan andal dalam banyak kasus,” tulis Thomas Buckley peneliti senior untuk ahli serangga di Selandia Baru.
Hal yang unik lainnya adalah banyak spesies belalang ranting ini, termasuk beberapa yang ditemukan spesiesnya di Selandia Baru, dapat bereproduksi tanpa jantan atau tanpa melalui perkawinan; suatu cara reproduksi yang dikenal dengan nama partenogenesis.
Meski demikian, ketika gagal berkamuflase, jenis belalang ini akan menjadi santapan yang empuk bagi para predator utamanya yakni burung dan juga predator lain seperti berbagai jenis mamalia, reptil bahkan laba-laba.