- Sekelompok peneliti di Tiongkok menemukan fosil dinosaurus kecil mirip burung dengan kaki bawah yang panjang.
- Fosil tersebut menunjukkan bahwa dinosaurus aneh seukuran burung pegar [Phasianus colchicus] ini, pernah menghuni wilayah Tiongkok tenggara sekitar 148 juta hingga 150 juta tahun lampau.
- Hewan tersebut menjelaskan tahap evolusi penting dalam asal-usul burung.
- Para peneliti menamai dinosaurus kecil ini sebagai Fujianvenator prodigiosus. ia merupakan salah satu dinosaurus mirip burung paling awal yang berasal dari periode Jurassic.
Sekelompok peneliti di Tiongkok menemukan fosil dinosaurus kecil mirip burung dengan kaki bawah yang panjang. Fosil tersebut menunjukkan bahwa dinosaurus aneh seukuran burung pegar [Phasianus colchicus] ini, pernah menghuni wilayah Tiongkok tenggara sekitar 148 juta hingga 150 juta tahun lampau.
Para ilmuwan menemukan fosil tersebut di Provinsi Fujian, Tiongkok, pada Oktober 2022 silam. Mereka percaya bahwa hewan tersebut menjelaskan tahap evolusi penting dalam asal-usul burung.
Hewan ini digambarkan memiliki kaki dan lengan yang memanjang seperti sayap. Selain itu, memiliki anatomi unik, yang menunjukkan bahwa ia adalah pelari cepat yang hidup dekat air, seperti bangau atau kuntul, dan menjalani gaya hidup seperti burung-burung yang biasa mengarungi lautan.
Sisa-sisa fosil ini menunjukkan bahwa ia merupakan salah satu dinosaurus mirip burung paling awal yang berasal dari periode Jurassic.
Para peneliti menamai dinosaurus kecil ini sebagai Fujianvenator prodigiosus. Mereka memaparkan penemuannya di jurnal Nature, edisi Rabu [6/9/2023] lalu.
Baca: Ikan Purba Hidup yang Melebihi Era Dinosaurus Ini Ada di Indonesia
Menanggapi penemuan ini, Mark Loewen, seorang ahli paleontologi di University of Utah, di Salt Lake City, Amerika Serikat, yang tidak terlibat dalam penemuan fosil Fujianvenator, mengatakan bahwa ini adalah hewan yang benar-benar aneh dalam kelompok burung.
Sementara itu, pemimpin penelitian, Min Wang, ahli paleontologi di Institut Paleontologi Vertebrata dan Paleoantropologi Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, menegaskan bahwa definisi Fujianvenator akan didasarkan pada klasifikasi campuran fitur yang dimiliki kerangka hewan ini.
Ketika ditanya bagaimana Fujianvenator harus dideskripsikan, Wang menjawab bahwa hewan ini cenderung ‘aneh’.
“Rupa Fujianvenator sangat jauh dari burung moderen manapun,” jelasnya, dikutip kantor berita Reuters.
“Kaki depan umumnya dibangun seperti sayap burung, tetapi dengan tiga cakar di jari-jarinya, yang tidak ada pada burung moderen. Jadi, Anda bisa menyebutnya sayap. Tidak dapat dipastikan apakah hewan ini bisa terbang atau tidak. Berdasarkan fitur kerangkanya, Fujianvenator mungkin kurang pandai terbang,” papar Wang.
Ia menambahkan bahwa fosil yang ditemukan tidak memiliki bulu. “Namun, kerabat terdekatnya dan hampir semua theropoda avian diketahui memiliki bulu. Bulu juga tersebar luas di antara dinosaurus. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Fujianvenator memiliki bulu,” jelas Wang.
Baca juga: Hiu Lebih Tua dari Dinosaurus. Apa Rahasia Mereka Bisa Bertahan Hidup Selama Itu?
Evolusi
Studi-studi tentang dinosaurus menyimpulkan bahwa peristiwa penting dalam evolusi kelompok hewan ini terjadi ketika dinosaurus berkaki dua berbulu kecil dari garis keturunan yang dikenal sebagai theropoda memunculkan burung di akhir masa Jurassic.
Burung tertua yang diketahui – Archaeopteryx [burung seukuran gagak dengan gigi, ekor bertulang panjang dan tidak memiliki paruh yang fosilnya pertama kali ditemukan pada abad ke-19] – berasal dari sekitar 150 juta tahun yang lalu di Jerman.
Wang mengatakan bahwa Fujianvenator adalah avialan, yang terdiri dari semua burung dan sepupu dinosaurus non-unggas terdekat mereka. Burung ini selamat dari bencana asteroid yang membunuh saudara-saudara dinosaurus non-unggas mereka 66 juta tahun yang lalu.
Fosil Fujianvenator, yang ditemukan Oktober tahun 2022 lalu itu, bisa dibilang lumayan lengkap namun tidak memiliki tengkorak dan bagian kakinya, sehingga menyulitkan penafsiran ihwal nutrisi dan gaya hidupnya.
Tulang kaki bagian bawah Fujianvenator – yang disebut tibia – berukuran dua kali lebih panjang dari tulang pahanya – femur. Dimensi seperti itu unik di antara theropoda, kelompok yang mencakup semua dinosaurus pemakan daging seperti Tyrannosaurus dan berbagai jenis lainnya. Fujianvenator juga memiliki ekor bertulang yang panjang.
Sejauh ini, para ilmuwan masih terus mencari pemahaman yang lebih baik tentang asal-usul burung serta dinosaurus non-unggas yang memiliki ciri-ciri seperti burung.
“Bagi saya, Fujianvenator merupakan bukti menarik lainnya yang menunjukkan distribusi luas berbagai dinosaurus mirip burung yang hidup hampir pada waktu yang sama dan berbagi habitat yang sama dengan keturunan burung,” kata Zhonghe Zhou, ahli paleontologi dari Institut Paleontologi Vertebrata dan Paleoantropologi Tiongkok, yang ikut terlibat dalam penelitian ini.
Babak paling awal dalam sejarah burung masih belum jelas karena minimnya fosil. Setelah Archaeopteryx, terdapat jeda sekitar 20 juta tahun sebelum burung-burung berikutnya muncul dalam catatan fosil.
“Satu hal yang pasti. Masih ada jurang yang besar antara burung tertua yang diketahui dan burung tertua kedua,” tandas Zhou.
*Djoko Subinarto, penulis lepas, tinggal di Bandung, Jawa Barat.