Bukan Tanpa Alasan, Nama Semut Jenis Baru Ini Radiohead

 

 

Semut dari Genus Sericomyrmex atau yang dikenal dengan semut sutera ini, menjadi perbincangan hangat. Bukan tanpa sebab, penamaannya itu, satu dari tiga spesies yang baru yang ditemukan, terinspirasi dari grup band terkenal asal Inggris, Radiohead.

Berdasarkan laporan ilmiah yang dipublikasikan ZooKeys belum lama ini, para peneliti mengumpulkan semut sutera dari Amerika Tengah hingga Amerika Selatan dan merevisi genus dari data DNA dan morfologi semut itu. Peneliti akhirnya menemukan tiga spesies baru semut dari genus Sericomyrmex tersebut.

Adalah Ana Zesovnik dan Ted R. Schultz dari Smithsonian Institution’s Ant Lab, Amerika Serikat, orang yang menemukan spesies semut itu sekaligus memberikan julukannya dengan nama Sericomyrmex radioheadi. Para peneliti menyisipkan nama Radiohead pada semut spesies baru itu sebagai bentuk penghormatan terhadap karya-karya band legendaris tersebut.

 

Morfologi semut dari genus Sericomyrmex. Sumber: Zookeys/ Ana Ješovnik

 

“Kami ingin memberikan penghormatan atas musik mereka,” kata Ana, sebagaimana dilansir dari Phys.org, 24 April 2017. “Tapi yang lebih penting, kami ingin mengapresiasi upaya konservasi personil mereka, terutama dalam meningkatkan kesadaran akan perubahan iklim.”

Radiohead disebut-sebut sebagai band yang peduli akan permasalahan lingkungan terutama dalam mengingatkan kesadaran tentang perubahan iklim. Hal ini ditunjukkan dengan lagu ciptaan mereka berjudul Fake Plastic Trees. Sang vokalis, Thom Yorke, juga dikenal memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan. Ia bergabung dalam sebuah organisasi lingkungan hidup, Friends of the Earth.

 

 

Sericomyrmex radioheadi, semut endemik Venezuela juga termasuk semut pertanian, atau semut yang dapat membuat kebun jamur yang menjadi makanannya. Umumnya semut pertanian bergotong royong dan memiliki tugasnya masing-masing. Ada yang berkebun, ada juga yang berjaga menghindari makanan mereka dari hama. Semut itu juga diketahui masih kerabat dekat dengan semut pemotong daun.

Dalam studi ini, peneliti mengakui bahwa beberapa spesies yang mereka gambarkan mungkin, pada kenyataannya, merupakan spesies serupa. Karena, semut berada pada tahap awal proses evolusi, sehingga sulit dideteksi.

 

Penulis utama Dr. Ana Jesovnik mengumpulkan sarang Sericomyrmex di Amazon Brazil. Foto Marko Rajkovic via Phys .org

 

Menggunakan mikroskop elektron, peneliti menemukan bahwa badan semut ditutupi lapisan putih seperti kristal. Anehnya, lapisan kristal itu hanya ditemukan pada semut betina (baik pekerja maupun ratu), tapi sama sekali tidak ada pada semut jantan. Lapisan itu pun belum diketahui komposisi kimia maupun fungsinya.

Satu kemungkinan adalah lapisan itu berasal dari mikroba yang memiliki peran untuk melindungi semut dan kebun mereka dari parasit. Hal ini menarik, karena sebagian besar semut pertanian jamur mengelola bakteri penghasil antibiotik di tubuh mereka untuk melindungi kebun dari parasit. Sementara itu, di semut Sericomyrmex bakteri itu tidak ada dan kebun mereka tetap bebas dari parasit.

 

Grup band asal Inggris, Radiohead saat manggung di Italia 2012, yang namanya diabadikan pada semut jenis baru. Sumber: Wikipedia/Daniele Dalledonne/CC BY-SA 2.0

 

Radiohead merupakan grup musik rock alternatif asal Britania Raya yang terbentuk pada tahun 1985. Band itu dipunggawai oleh Thom Yorke, Jonny Greenwood, Ed O’Brian dan Colin Greenwood. Single pertama mereka ‘Creep’ pada tahun 1992 menjadi hits di seluruh dunia beberapa bulan setelah rilisnya album debut mereka, Pablo Honey tahun 1993. Kemudian, popularitasnya makin meroket dengan rilisnya album studio kedua mereka, The Bends.

Mengenai nama, hal yang sama juga sebelumnya dilakukan para peneliti dari Museum of National History, Oxford University yang menamakan spesies udang baru dengan Pink Floyd. Bukan tanpa alasan mereka menamakan udang itu dengan nama band asal Inggris tersebut. Peneliti beranggapan udang unik itu memiliki ciri yang sama dengan Pink Floyd, berwarna merah muda dan dapat membuat suara yang sangat keras sehingga bisa membunuh mangsa-mangsanya. Alasan lainnya, Sammy de Grave, kepala peneliti dalam penelitian tersebut juga merupakan penggemar berat grup musik progresif rock itu sejak muda. (Berbagai sumber)

 

 

Artikel yang diterbitkan oleh
, ,