- Puluhan siswa belajar sejarah di museum situs purbakala Patiayam, Dukuh Kancilan, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
- Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya saat ini kondisi museum Patiayam lebih bagus. Awalnya pada tahun 2005-2010 fosil-fosil yang ditemukan di Situs Patiayam itu dititipkan penyimpanannya di rumah warga setempat.
- Koleksi Museum Situs Purbakala Patiayam merupakan kategori masa Plestosen sehingga museum ini bisa dijadikan sebagai sumber materi pembelajaran zaman praakasar atau zaman Indonesia purba.
- Setidaknya ada 17 spesies yang sudah berhasil diidentifikasi. Selain fosil gading gajah purba juga terdapat fosil anoa purba (Dubois santeng), fosil tempurung kepala dan tanduk Cranium cervus yang tidak lengkap.
Wajah puluhan pelajar nampak ceria saat memasuki museum situs purbakala Patiayam, Dukuh Kancilan, Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ruangan yang semula sepi, pagi itu mendadak ramai dengan kehadiran siswa yang sedang belajar sejarah di luar sekolah tersebut.
Di pintu masuk, mereka sebelumnya diminta berbaris terlebih dahulu untuk mendengarkan penjelasan dari salah satu pengelola museum yang berjarak 13 km dari Masjid Menara, atau 15 km dari Museum Kretek. Dengan membawa mengaphone pengelola nampak semangat menjabarkan sejarah adanya museum situs purbakala ini.
“Untuk temuannya, dari museum ini jaraknya sekitar 1 km, itu yang terdekat. Sementara penyebaran keluasan situs sekitar 3800 hektare, bahkan sampai Kabupaten Pati,” beber Siti Asmah (44), pengelola sekaligus juru kunci museum, Kamis (18/11/2021).
baca : Kembalinya Sang Fosil Hidup Kalimantan
Usai menceritakan tentang sejarah museum, wanita dua anak ini kemudian mengajak para pelajar untuk mengenal koleksi fosil yang ada di ruangan. Pengenalan pertama diawali dengan memperkenalkan sepasang fosil gading gajah purba (Stegodon trigonocephalus) yang diperkirakan ukurannya 3 kali lebih besar dari gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus).
Fosil ini ditemukan pada 4 Maret 2008 oleh penduduk setempat bernama Karmijan, ketika itu dia sedang menggarap ladang di lahan Perhutani kawasan Gunung Slumprit, Patiayam. Ukuran panjang fosil mencapai 3,7 meter, dengan diameter 17 cm dan garis lingkar 55 cm.
Fosil gajah purba ini merupakan temuan pada formasi Slumprit (pleistonsen bawah), diperkirakan umurnya sekitar 750.000-1,5 juta tahun. Di bawah gading tersebut ada juga tulang bagian-bagian tubuh gajah purba lainnya.
Mengalami Tiga Kali Pemindahan
Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya saat ini kondisi museum Patiayam lebih bagus. Sebagai bentuk usaha penyelamatan dan pelestarian fosil sebagai cagar budaya, awalnya pada tahun 2005-2010 fosil-fosil yang ditemukan di Situs Patiayam itu dititipkan penyimpanannya di rumah warga setempat bernama Rakiyan Mustofa.
Karena kondisi rumah dirasa jauh dari persyaratan sebagai museum, sehingga nama yang digunakan ketika itu adalah “Rumah Fosil”, yaitu rumah yang kegunaanya untuk menampung penemuan fosil tersebut. Karena temuan semakin banyak, sementara tempat penampungan sudah tidak cukup akhirnya pada tahun 2010-2013 Rumah Fosil dipindahkan ke bangunan eks ruangan Pusat Kesehatan Desa (PKD) milik Desa Terban.
baca juga : Kemungkinan Besar, Fosil Dinosaurus Bisa juga Ditemukan di Bulan?
Lokasi ini juga dijadikan tempat penampungan dan penyimpanan fosil sementara. Saat dipindahkan di bangunan PKD itu pengunjung semakin banyak berdatangan. Tidak hanya penduduk lokal warga luar daerah juga banyak penasaran ingin melihat fosil-fosil tersebut. Selain sebagai penampungan temuan fosil lainnya, ruangan itu juga dijadikan ruang display (pamer).
Mengetahui potensi tersebut, tahun 2013 hingga 2014 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kudus menyewa lahan Desa setempat untuk membangun Museum. Di tahun ini juga Museum Situs Purbakala Patiayam dikembangkan dan dibangun kembali dengan ukuran yang lebih luas, kurang lebih 12×20 meter persegi, dengan keluasan tanah kurang lebih 7.500 meter persegi.
Selain itu, sebagai pendukung Museum Pemkab Kudus juga membangun Gardu Perlindungan Fosil dilokasi tempat penemuan fosil tersebut. Fungsinya sebagai perlindungan temuan fosil sekaligus sebagai museum alami.
“Sebagai bukti secara langsung ekskavasi dari Balai Arkeologi Jogjakarta pada tahun 2007. Menurut arkeolog tersebut ini merupakan temuan yang spektakuler, hampir satu individu hewan yang utuh, belum tergeser waktu matinya,” terang Siti, yang juga pemilik rumah pertama penampungan fosil tersebut.
baca juga : Kala Kolektor Banyak Berburu Fosil Grobogan (Bagian 3)
Banyak Fosil Binatang
Museum Situs Purbakala Patiayam adalah lokasi yang cocok untuk melakukan perjalanan kembali ke masa prasejarah, diantaranya tentang kehidupan dimasa lalu dan tentang misteri evolusi makhluk hidup yang menarik untuk dikaji. Dalam sejarahnya, Gunung Muria dulu bergabung dengan Pulau Jawa hanya selama masa glasial, yaitu ketika air laut surut.
Bergabungnya Gunung Muria dengan Pulau Jawa adalah karena adanya pelumpuran di sepanjang daratan Semarang-Rembang. Akibat adanya proses ilmiah tersebut, akhirnya terbentuk sebuah situs. Di situs Patiayam banyak ditemukan fosil-fosil hewan purba, dikalangan internasional itu merupakan aset yang berharga.
Koleksi Museum Situs Purbakala Patiayam merupakan kategori masa Plestosen sehingga museum ini bisa dijadikan sebagai sumber materi pembelajaran zaman praakasar atau zaman Indonesia purba. Di Museum Patiayam terdapat banyak fosil-fosil binatang dan tumbuhan.
Setidaknya ada 17 spesies yang sudah berhasil diidentifikasi. Selain fosil gading gajah purba juga terdapat fosil anoa purba (Dubois santeng), fosil tempurung kepala dan tanduk Cranium cervus yang tidak lengkap. Ada juga fragmen kepala kerbau purba (Bosbubalus palaeokarabau), fosil tempurung kepala kerbau purba (Bosbibos palaesondaicus) dengan tanduk, fosil kaki depan kuda nil purba (Metatarsal hexaprotodon), fosil fragmen rahang bawah badak (Mandibula rhinoceros), fosil Maxilla monyet atau rahang atas dan gigi geligi, fosil rahang bawah beserta gigi babi hutan (Mandibulla sinsitra Sus sp), fosil fragmen gigi geraham landak (molar Hytricidae), fosil fragmen Cranium felidae.
Selain itu ditemukan pula fosil spesies hewan laut seperti tempurung atas penyu air tawar (Carapace tryonix sp.), fosil gigi hiu dari famili Notorynchus (Dentary Notorynchus sp.), fosil fragmen gigi hiu purba spesies Isurus sp (Dentary isurus sp.), fosil fragmen gigi spesies buaya purba (Dentary crocodylidae)., ada pula fosil fragmen cangkang kerang laut (Cast tonnidae), dan fosil fragmen cangkang kerang laut (Cast tonna allium).
perlu dibaca : Fosil Manusia Purba Ini Ditemukan di NTT, Bisa Jadi Referensi Global Baru
Damar Sakti (13), siswa Madrasah Tsanawiyah (Mts) Miftahul Huda, Desa Tayu Wetan, Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, mengaku senang bisa berkunjung di Museum Situs Purbakala Patiayam, karena dengan begitu wawasan dan pengalamannya bertambah. Dia juga mengaku takjub melihat gading gajah yang ukurannya sangat besar. Bagi dia ini merupakan kunjungan pertama kalinya
“Setelah dari sini saya ingin mengenalkan tempat ini ke teman-teman kampung, tidak menyangka kalau di Kudus ada museum bagus, saya berharap keberadaan museum ini bisa selalu dijaga,” kesan remaja dua bersaudara ini.