- Pulau Semujur adalah sebuah pulau di pesisir timur Kabupaten Bangka, yang sebelah utaranya merupakan Laut China Selatan. Di masa lalu, Pulau Semujur merupakan rumah Suku Laut Sekak yang pada era Orde Baru dipindahkan ke Desa Baskara Bakti.
- Pulau Semujur secara administratif masuk Desa Kebintik, Kecamatan Pangkalanbaru, Kabupaten Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung. Luasnya 13 hektar. Jumlah penduduknya sekitar 240 jiwa yang tinggal di 83 pondok kayu ulin berdinding bambu.
- Dalam 10 tahun terakhir pulau ini mengalami abrasi. Dulunya di sepanjang garis pantai Pulau Semujur terdapat banyak pohon mangrove, kelapa, serta ketapang berukuran besar. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, satu persatu pohon itu hilang karena terpaan ombak besar.
- Pulau Semujur masuk Kawasan Konservasi Laut Daerah [KKLD] Perairan Kabupaten Bangka Tengah. Terkait kerusakan terumbu karang, rencananya akan dimasukkan ke dalam zona lainnya sebagai zona rehabilitasi.
Baca sebelumnya: Semangat Menjaga Laut di Pulau Semujur [Bagian 1]
**
Jika kita menyusuri Pulau Semujur, Kabupaten Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung, di sisi selatan dan timur pulau tersebut terlihat sejumlah pohon Ketapang. Masyarakat percaya tumbuhan itu berfungsi sebagai pelindung dari angin kencang serta terpaan ombak besar.
“Mungkin usianya ratusan tahun, tidak ada yang berani menebang. Sudah ada sejak Suku Laut Sekak mendiami pulau ini. Sebagian masyarakat percaya, jika pohon tersebut ditebang, akan datang badai besar yang menerpa Pulau Semujur,” kata Maydi, Ketua RT Pulau Semujur, kepada Mongabay Indonesia, Minggu [27/12/2020] lalu.
Akan tetapi, satu atau dua pohon besar saja belum mampu menghalang laju abrasi yang terjadi di sisi barat dan utara pulau.
“Abrasi semakin parah dalam 10 tahun terakhir. Awalnya pulau ini memiliki luas sekitar 14 hektar, mungkin lebih. Tetapi saat dilakukan pengukuran terakhir, luas Pulau Semujur hanya 13 hektar,” ujar Maydi.
Baca: Pesona Pulau Begadung yang Bebas Tambang Timah dan Bom Ikan
Masih menurut Maydi, dulunya di sepanjang garis pantai Pulau Semujur terdapat banyak pohon mangrove, kelapa, serta ketapang berukuran besar. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, satu persatu pohon itu hilang karena terpaan ombak besar.
“Abrasi terjadi di sebelah barat dan utara pulau, hal ini diperparah saat musim angin utara seperti sekarang,” lanjutnya.
Baca juga: Sungai Upang dan Masa Depan Konservasi Pulau Bangka
Kerusakan terumbu karang
Berdasarkan data penelitian yang dilakukan Imam Soehadi, Sulistiono, dan Bambang Widigdo dengan judul “Kondisi Perairan Keramba Jaring Apung Ikan Kerapu di Perairan Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah” diunggah 2018, dijelaskan pentingnya peran gugusan karang penghalang yang berada di bagian utara, timur laut, tenggara dan selatan Pulau Semujur. Terutama dalam hal meredam kekuatan ombak.
Berdasarkan pengamatan Mongabay Indonesia yang berkunjung ke Pulau Semujur Minggu, [27/12/2020], kondisi karang-karang penghalang yang berada di lokasi tersebut banyak yang sudah tertutup subtrat lumpur.
Dikutip dari laman www.ppk-kp3k.kkp.go.id dituliskan bahwa tutupan karang mati di Pulau Semujur pada bagian selatan pulau sebesar 30,4% dan bagian utara sekitar 12,14%.
“Lumpur itu kemungkinan besar berasal dari limbah yang dihasilkan dari aktivitas penambangan timah di pesisir pantai Batu Belubang dan sekitarnya. Jarak Pulau Semujur dari daratan Pulau Bangka hanya belasan mil,” kata Maydi.
Terkait limpasan limbah terutama akibat penambangan timah di laut, Wahyu Adi, peneliti sekaligus dosen jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Universitas Bangka Belitung menjelaskan, ada penelitian khusus terkait [Permodelan sebaran sedimen tersuspensi dampak penambangan timah di perairan Bangka], oleh Pamungkas dan Husrin tahun 2020.
“Disebutkan bahwa dampak kekeruhan yang ditimbulkan bisa mencapai 16 mil dari titik awal. Terumbu karang sangat tergantung fotosintesis, sehingga perairan yang keruh dapat menimbulkan ancaman terhadap kelangsungan hidup terumbu karang,” terangnya.
Masih menurut Wahyu Adi, kawasan hutan mangrove dan padang lamun juga berperan sebagai penahan ombak. “Kerusakan terumbu karang, banyak terjadi di Pulau Bangka dibandingkan Belitung. Kajian yang kami lakukan ada yang disebabkan oleh penyakit karang, penutupan sedimen [perairan yang keruh], bom ikan dan penggunaan karang untuk bahan bangunan [terutama di pulau kecil],” lanjutnya.
Berdasarkan data Dokumen Antara Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil [RZWP3K], hasil analisis citra tahun 2017, menunjukkan luas ekosistem terumbu karang yang hidup di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekitar 12.474,54 hektar. Luas karang yang mati sekitar 5.270,31 hektar.
Dr. Arief Febrianto, Sekretaris Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepualauan Bangka Belitung menyatakan, Pulau Semujur masuk Kawasan Konservasi Laut Daerah [KKLD] Perairan Kabupaten Bangka Tengah.
“Rencananya, tahun 2022 kita akan melakukan penyusunan rencana pengelolaan dan zonasi [RPZ] kawasan konservasi serta zona lainnya, baik itu zona inti, pemanfaatan, dan perikanan berkelanjutan. Khusus Pulau Semujur, jika memang ada kerusakan terumbu karang, maka nanti kita masukkan ke dalam zona lainnya sebagai zona rehabilitasi,” jelasnya.
Lanjut Arief, terkait limbah tentunya kita harus ada kajian mengenai arus laut terlebih dahulu. “Jika sudah ada riset maka kita berikan pertimbangan mengenai penambangan sehinga limbahnya tidak masuk ke pulau-pulau kecil. Terutama, untuk kawasan konservasi perairan di seluruh Bangka Belitung agar ekosistemnya tetap terjaga dan lestari,” katanya.
Antisipasi abrasi
“Untuk abrasi yang mengintai Pulau Semujur dan pulau-pulau lainnya di Bangka Belitung bisa dilakukan secara alami dan buatan. Secara alami bisa dilakukan penanaman mangrove sedangkan dengan buatan bisa dibangun talud sebagai pemecah ombak,” kata Arief.
Wahyu Adi menambahkan, kegiatan penanaman mangrove juga harus dibarengi perawatan. Jika hanya menanam tanpa merawat, itu kurang tepat.
“Saat ini banyak pihak yang menanam mangrove tanpa adanya pendampingan berkala [minimal monitoring dilakukan setiap tahun] sehingga sulit diukur. Belum ada penelitian khusus yang kami lakukan untuk membandingkan laju kerusakan mangrove dan tingkat penanamannya.”
Lanjutnya, tipikal laut di Bangka merupakan tempat yang unik, tidak semua tempat indah berdampingan dengan ancaman kerusakan. Sebut saja laut yang keruh, hutan mangrove yang berkurang, terumbu karang yang tertutup sedimen, juga lamun yang tertimbun lumpur.
“Apabila penambangan dibatasi dan dengan teknologi pembuangan limbah yang baik, maka potensi alam di pesisir dan laut bisa sangat besar dimanfaatkan bagi masyarakat secara berkelanjutan, jangka panjang. Sangat memungkinkan perairan Bangka menjadi jernih, semoga kita semua bisa berpikir jauh ke depan, bukan hanya untuk jangka pendek,” paparnya. [Selesai]