- Orangutan kalimantan [Pongopygmaeus] bernama Gracia baru saja melahirkan bayi keempat.
- Gracia adalah orangutan berusia 40 tahun yang bahkan telah memiliki cucu. Dia menghuni habitat gambut di Taman Nasional Sebangau, Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
- Tiga anak Gracia lainnya adalah Georgia, betina yang lahir pada 2003. Lalu, Gretel [betina yang lahir 2010], serta Gara [jantan yang lahir 2016]. Nah, Georgia sudah melahirkan bayi yang artinya Gracia telah menjadi nenek.
- Di Indonesia, terdapat tiga jenis orangutan, yakni orangutan kalimantan [Pongopygmaeus], orangutan sumatera [Pongo abelii], dan orangutan tapanuli [Pongo tapanuliensis]. Ketiga jenis orangutan ini berstatus Kritis atau satu langkah menuju kepunahan di alam liar.
Kabar gembira datang dari Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Satu individu orangutan betina bernama Gracia, dilaporkan baru saja melahirkan. Menariknya, Gracia yang merupakan penghuni lahan gambut di Taman Nasional Sebangau berusia 40 tahun itu, melahirkan anaknya yang keempat.
“Kami belum tahu, anaknya jantan atau betina. Jadi belum diberikan nama. Kami mengalami kendala mengikuti Gracia dan bayinya karena asap,” ungkap Abdul Azis, Koordinator Orangutan di Borneo Nature Foundation [BNF] kepada Mongabay Indonesia.
Asap yang dimaksud Azis adalah kejadian kebakaran hutan dan lahan [karhutla], yang terjadi di Kalimantan Tengah. Berdasarkan data Satuan Tugas Karhutla Kota Palangka Raya, hingga Oktober 2023, jumlahnya sebanyak 635 kejadian. Akibat asap ini, tim BNF menghentikan sementara mengikuti aktivitas Gracia dan bayinya.
Azis sendiri sudah mengenal baik Gracia dan keluarganya sejak belasan tahun lalu, terutama setelah Gracia melahirkan bayi pertama. Mereka biasanya, mengikuti Gracia dari subuh hingga sore, saat bangun pagi lalu kembali tidur di sore atau malam hari.
Baca: Naik Status, Perlindungan Orangutan Kalimantan dan Habitatnya Harus Serius
Pada Agustus 2023, setelah mengikuti kegiatan harian dan perkembangannya, Azis mulai mencurigai perilaku Gracia. Ini dikarenakan ciri-ciri fisiknya agak berbeda. Azis menduga primata endemik itu bunting. Orangutan memiliki kemiripan dengan manusia, yaitu durasi mengandung bayi bisa mencapai sembilan bulan.
Tanda lainnya adalah gerakan Gracia menjadi lambat. Sebelumnya, jarak tempuh dalam mencari makan mencapai satu kilometer, namun saat itu setiap hari hanya 200 meter.
Untuk memastikan kondisi tersebut, Azis dan tim BNF menggunakan test pack atau tes kehamilan dengan cara mengambil urine Gracia yang tersisa di sejumlah dahan. Hasilnya, memang positif.
“Berikutnya ketika kami mengikuti Gracia, kami kaget ternyata ia sudah melahirkan. Usia bayinya pertama kali kami lihat diperkirakan 10 hari. Sekarang jika dihitung-hitung sekitar satu bulan lebih,” ujar Azis, Senin, 30 Oktober 2023.
Baca: Sensasi Sebangau, Wisata Air Nuansa Gambut
Generasi baru orangutan
Kelahiran ini menjadi pelengkap generasi baru orangutan kalimantan. Ada kebahagiaan tersendiri bagi tim BNF ketika orangutan betina liar memiliki tren positif dalam menjaga populasinya.
Sebelum kelahiran ini, tiga anak Gracia lainnya adalah Georgia, individu betina yang lahir pada 2003. Lalu, pada 2010 Gracia melahirkan bayi betina bernama Gretel, kemudian pada 2016 Gracia melahirkan bayi jantan bernama Gara.
Bahkan, Georgia sudah melahirkan bayi. Artinya, Gracia telah menjadi nenek, tapi hebatnya masih bisa melahirkan lagi.
“Kelahiran tersebut meningkatkan populasi orangutan di alam liar. Ini hal positif, mengingat status mereka yang sangat terancam,” kata Risfatul Ulya, peneliti orangutan dari BNF, sebagaimana dikutip dari situs Borneo Nature Foundation.
Baca juga: Masuk Kebun Warga, Satu Individu Orangutan Ditranslokasi ke Taman Nasional Sebangau
Taman Nasional Sebangau yang memiliki luas sekitar 568.700 hektare adalah rumah bagi orangutan kalimantan. Pada tahun 2016, tim dari Balai Taman Nasional Sebangau [BTNS] melakukan survei orangutan untuk mengetahui estimasi jumlah populasinya. Metode yang digunakan adalah teknik sensus sarang. Lokasinya berada di site monitoring SSI [Mangkok] dan site monitoring Punggulas.
Dari hasil survei tersebut, di lokasi monitoring SSI dengan luas 20 ribu hektare, ditemukan 108 individu atau dalam setiap satu kilometer persegi terdapat dua individu. Sementara di site monitoring Punggulas, setelah diinterpolasi dengan luas site 20.000 hektare, ditemukan 250 individu, atau empat individu dalam lima kilometer dan minimal satu individu dalam setiap satu kilometer.
Dengan estimasi populasi orangutan di site SSI adalah 108 individu, maka diperkirakan mengalami kenaikan 5 individu dari baseline data tahun sebelumnya [2012] sebanyak 103 individu atau 4,85%. Sedangkan untuk site Punggualas tidak mengalami kenaikan, hanya perubahan data setelah dilakukan analisa/perhitungan ulang.
“Jumlah populasi orangutan pada survei 2006 adalah 5.400 orangutan. Untuk jumlah populasi berdasarkan survei 2015 adalah 5.826 orangutan untuk seluruh kawasan Taman Nasional Sebangau,” tulis tim monitoring sebagaimana dikutip pada situs resmi Taman Nasional Sebangau.
Di Indonesia, terdapat tiga jenis orangutan, yakni orangutan kalimantan [Pongo pygmaeus], orangutan sumatera [Pongo abelii)] dan orangutan tapanuli [Pongo tapanuliensis]. Semua jenis orangutan di Indonesia dilindungi berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.106 tahun 2018 tentang Jenis Tumbuhan dan Satwa Dilindungi.
Berdasarkan IUCN, ketiga jenis orangutan ini berada dalam status Kritis [Critically Endangered/CR], atau satu langkah menuju kepunahan di alam liar.